Mohon tunggu...
lora siringoringo
lora siringoringo Mohon Tunggu... Guru - Traveller sejati

Hobby travelling yang baru diwujudkan saat tangan ini sudah tidak terbuka dan memfasilitasi sendiri. Tidak ada kata terlamvat tuk mewujudkannya. Niat dan usaha menjadikannya nyata.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesona Lombok

6 Juli 2016   12:22 Diperbarui: 6 Juli 2016   12:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

29 Juni 2016 adalah hari kesembilan perjalanan saya, Lita dan Rumi yang kali ini kami habiskan di Mataram, Lombok NTB.

Pak Hendro namanya supir yang akan menghantar kami kelima destinasi wisata hari ini. Tepat pukul 09.00 WITA beliau datang menjemput walau sebenarnya telat 1 jam dari waktu perjanjian yang disepakati. Hari ini kita ke Kampung Tenun Sukarara dulu ya pak, lalu ke Desa Sade, Pantai Kuta, Tanjung A'an dan pantai Seger seru Rumi.

Di Kampung Tenun Sukarara (baca;Sukerare) kita dapat melihat para pengrajin yang sedang menenun dengan alat ATBM (alat tenun bukan mesin). Berdasarkan adat disini para perempuan belum boleh menikah kalau belum bisa menenun. Hasil tenunan yang dihasilkan luar biasa indah dan rapih dengan motif khas Sasak. Kami pun membeli beberapa kain tenun dan songket untuk buah tangan ke Jakarta dan songket biru untuk sang ibu yang baik hati dan ramah yang mau menerima kami tinggal di rumahnya selama 3 hari 2 malam, ya ibu dari Briptu Agoes yang Desember nanti akan menyandang gelar Brigpol.

Tiba di Desa Sade kami difoto oleh tour guide kami tepat dibawah gapura yang menjadi icon desa tersebut. Sebelum menjelajah sang tour guide menjelaskan sejarah desa ini, desa yang masih mempertahankan bentuk rumah, adat istiadat dan budayanya. Di desa ini masih terdapat 150 kepala keluarga dengan bentuk rumah yang masih sama sejak dulu kala. Rumah yang dibangun dengan campuran tanah liat, sekam dan kotoran sapi atau kerbau yang beratapkan jerami. 

Rumah ini terdiri dari 2 lantai dimana lantai pertama mereka manfaatkan sebagai ruang tamu dan dapur sementara lantai kedua sebagai kamar dan tempat untuk menyimpan hasil panen mereka. Rumah yang mereka tempati ini tidak boleh dibersihkan memakai air sebagaimana layaknya kita membersihkan rumah, karena akan merusak dan membuat pecah atau retak bangunan rumahnya. Sebagai ganti air mereka memakai kotoran sapi atau kerbau (kebayangkan baunya). Kebetulan saat kami berkunjung ada beberapa rumah yang sedang dibersihkan atau lebih tepatnya menurut saya sedang diolesi kotoran sapi.

 Kotoran ini akan dibiarkan sampai mengering dan ini dilakukan seminggu sekali untuk menjaga tektur dan kokohnya bangunan. Yang uniknya dari adat mereka adalah  jika seorang laki-laki suka dengan salah satu perempuan dilingkungan mereka, mereka wajib membawa kabur sang perempuan, menyembunyikannya beberapa hari sampai sang laki-laki didampingi dengan kerabat lain datang menemui orang tua sang perempuan dan menyampaikan maksud hatinya untuk menikah dengan putrinya. Orang tua perempuan pun tidak boleh menolak atau wajib hukumnya menerima permintaan laki-laki yang sudah membawa kabur putrinya. Surung serah aji krame (seserahan) tidak boleh memberatkan satu pihak. 

Bagi mereka yang sudah menikah wajib untuk membangun rumah adat Sade. Diharapkan para laki-laki didaerah ini menikah dengan warga sekampung yang masih merupakan kerabat dekat atau bersepupu, jika ada yang menikah diluar dari desa mereka maka mereka harus keluar meninggalkan desa Sade. Mata pencaharian kepala keluarga warga Sade adalah petani sementara para perempuan adalah penenun, pengrajin dan penjual berbagai souvenir khas Lombok yang kesemuanya mereka jual di desa Sade saja.

Perjalanan selanjutnya Pantai Kuta, pantai yang memiliki pasir berukuran besar layaknya bumbu dapur biji lada. Tiba di pantai ini kami berfoto diicon PANTAI LOMBOK, berjalan memasuki pantai para pedagang menghampiri kami menawarkan dagangan mereka mulai dari; gelang, kain tenun dan kaos bermotif khas wisata Lombok. Pesan dari supir 'kalau tidak mau beli bilang tidak mba, terus bilang tidak sampai mereka pergi atau mereka akan terus mengikuti mba' pesan yang ampuh yang kami praktekkan saat mereka terus memaksa. Disini kami membeli kaos dan topi. Kami juga mengabadikan momen dibatu karang yang berada disisi kanan pantai.

Kami tinggalkan pantai ini menuju Tanjung A'an, Tanjung yang memiliki view yang indah namun sepi pengunjung dan agak sedikit tidak terawat. Di tanjung ini kami asyik berfoto, ber-wefie ria, bermain ayunan, menyantap snack yang kami bawa sambil berbagi ke anjing liar yang menghampiri kami serta santai sejenak diatas bale bambu sambil merebahkan badan dan menikmati waktu serta kesempatan yang Tuhan berikan. Waktu istirahat kami terganggu tatkala para pedagang mendekat dan memelas agar membeli dagangan mereka, ya satu dari kami pun membeli kain tenun lagi.

Usai membeli kain itu kami melaju ke Pantai Seger, pantai yang memiliki kisah tentang Putri Mandalika dengan paras yang cantik jelita. Putri yang banyak dikagumi oleh para laki-laki, namun harus berakhir tragis dengan menceburkan diri di pantai ini karena tidak ingin mengecewakan laki-laki yang mengejarnya. NYALE, tradisi mencari cacing di pantai ini yang dipercaya cacing-cacing tersebut sebagai jelmaan dari Putri Mandalika. Pasir dipantai ini hampir serupa dengan pasir di pantai kuta hanya saja banyak serpihan-serpihan kulit kerang yang membuat kaki kami sakit saat berjalan disekitar bibir pantai hanya untuk sekedar berfoto. 

Puas mengabadikan momen kami di pantai ini kami beranjak sedikit keatas pantai ini yang masih dikenal dengan pantai Seger. Di pantai ini banyak turis asing yang berkunjung untuk sekedar berjemur atau surfing dengan ombak yang mendukung kegiatan surfing. Disini kami hanya duduk memandang ke kejauhan sambil menonton para turis asing yang sedang surfing sambil menikmati kelapa muda. Karena cuaca yang kurang bersahabat sehingga percuma bagi kami untuk berlama-lama menunggu sunset yang tak akan muncul kami pun beranjak meninggalkan pantai ini. Dalam perjalanan kami berhenti sejenak tatkala melihat view yang indah untuk berfoto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun