Syukur kepada Tuhan akhirnya kami pun sampai dan melepas lelah dengan mengambil posisi masing-masing duduk dan merenggangkan kaki diatas aspal yang begitu nyaman beratapkan pepohonan yang sejuk.
Kami pun beranjak menuju rumah ibu yang menyediakan kami makan siang. Setibanya kami disana si ibu memanggil saya untuk mengikutinya ke belakang, dia meminta uang bayaran atas makan siang kami 15rb kali 5 orang. Awalnya saya pikir beliau meminta kami untuk membantunya menyajikan makan siang tersebut namun ternyata beliau belumlah memasak apa-apa selain nasi. Saya pun memberi 75rb padanya dan segera Atik disuruh membeli bahan makanannya.Â
Seraya menunggu si ibu menyuguhi kami dengan kopi Flores yang begitu harum, sayang saya, Rumi dan Lita tidak mencicipi kopi tersebut karena alasan lambung. Tak lama berselang makanan pun tiba tepat didepan kami, namun alangkah terkejutnya kami tatkala kami melihat menu yang disajikan nasi dan mie kuah campur telor tanpa campuran apa-apa lagi. Karena kami semua sudah lapar dan lelah segera kami pun melahap makanan didepan kami sampai hanya nasi saja yang tersisa.
Sembari menunggu makanan kami dicerna oleh usus kami, beberapa teman kami penasaran ingin melihat proses pembuatan kopi beserta kebunnya dan juga proses pemecahan buah kemiri dari kulitnya. Bagi saya itu sudah biasa karena saat saya kecil saya sering memecahkan kemiri dengan menaruhnya dikain dan mengadunya ke lantai, dan untuk kopi sendiri tante saya adalah  penghasil kopi terbesar di Samosir.
Si ibu dan anak-anak disana meminta kami untuk menuliskan beberapa kata-kata bahasa inggris yang sering dipakai ketika bertemu dengan tamu turis asing. Untuk menutup pertemuan ini, kami berfoto didepan rumah sang ibu beserta dengan adik-adik kecil dan anggota keluarga lainnya yang masih bersaudara sepupu.
Kami pun menaiki mobil dan beranjak meninggalkan rumah si ibu sambil melambaikan tangan.
Pengalaman dan kenangan yang tak akan terlupakan.
Ditengah mewahnya kehidupan di kota masih banyak saudara-saudara kita yang kehidupannya jauh memprihatinkan namun mereka tak pernah mengeluh, mereka tak pernah menyesal, mereka tau bersyukur dan menikmati setiap proses yang Tuhan beri.
Indonesia betapa beraneka ragam budaya dan suku yang berdiam dipangkuan mu, betapa ramah setiap warga mu, betapa kaya alam yang bangsa mu miliki, betapa bangga kami menjadi bagian dari bangsa yang besar ini. Jayalah Indonesia ku, menjadi besarlah engkau dan diberkatilah Indonesia ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H