Mohon tunggu...
Lora
Lora Mohon Tunggu... -

Membaca membuat pintar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi yang Mempertahankan Ahok dan Tiupan Sibenyu

4 Maret 2017   13:11 Diperbarui: 6 Maret 2017   00:00 2268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya artikel dengan judul "Jokowi yang mempertahankan Ahok' tersebut yang mampu dan bisa mengimbangi maraknya artikel kunjungan Baginda Raja Salman Abdulazis al Saud di kompasiana, Kenapa kok artikel ini bisa bertahan di tengah euforia Raja Salman, apa karena di tiup Sibenyu yang cerdik?

Saya, anda dan kita semua adalah pemerhati dan (kadangkala) terlibat sebagai pemberi pendapat dalam ruang media sosial yang saat ini sudah terbuka sangat lebar, sekali melempar opini, maka secara tidak sadar kita telah menciptakan sebuah ruang untuk banyak pendapat yang harus di nikmati. namun apakah kita sebagai mahluk sosial yang memiliki egoism dan keterbatasan ini bisa menikmati ruang tersebut?

Saya Anda dan kita semua tidak bisa hanya sekedar mengatakan "tidak usahlah di urusi, atau tidak usahlah di gubris, toh hanya sebuah artikel, nanti juga mereka semua akan lupa, apakah itu sebuah kalimat bijak dari seorang pemberi pendapat, mengapa di saat kita berpendapat minta di gubris, dan di saat orang lain berpendapat kita tidak menggubrisnya?

JOKOWI SAMA SEKALI (BUKAN) YANG MEMPERTAHANKAN AHOK.

Ahok sudah berdiri sendiri sejak dirinya menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta karena posisi itu di tinggalkan oleh Jokowi. dan selanjutnya Ahok memulai berjuang untuk sebuah kepemimpinan yang sesungguhnya, saya mengingat betul ketika Ahok berseteru dengan DPRD, semua pengamat mengatakan "Ahok berani karena di lindungi Jokowi, sebuah kenaifan pendapat dari para pemikir kerdil yang hanya melihat bungkus tidak melihat isi.

Ahok harus terus mendekat kepada Jokowi yang saat ini menjabat sebagai Presiden, alasan utama karena Ahok seorang Gubernur di wilayah ibukota, dan alasan kedua karena Presiden bertempat di ibukota yang secara langsung harus terus melihat, meneliti dan mengawasi keadaan ibukota. secara umum inilah yang membuat kita semua melihatnya "Jokowi dan Ahok Akrab, dan pada akhirnya mengatakan "segala sesuatu yang di lakukan ahok mendapat restu Jokowi bahkan seolah terlindungi oleh Jokowi.

Tidak ada alasan untuk mengatakan Jokowi yang mempertahankan Ahok. kita tidak akan menggunakan alasan undang-undang, karena jika kita menggunakan alasan undang-undang, maka kita akan mengatakan undang-undang yang mempertahankan Ahok. jika Kita menggunakan alasan hukum, maka kita juga akan mengatakan "hukum yang mempertahankan Ahok, dan jika karena alasan politis maka "politiklah yang mempertahankan Ahok. di mana esensi Jokowi yang mempertahankan Ahok? Jokowi dan Ahok Merupakan sebuah keteraturan Pemerintahan.(Presiden dan Gubernur).

Jokowi hanya menjalankan sebuah keteraturan Negara karena dirinya sebagai Presiden,tidak ada kepentingan lain. apalagi soal pribadi maupun dukungan kepada seseorang, saya mengambil contoh di saat terjadinya gosip tak sedap tentang papa minta saham, jika Jokowi mengedepankan kepentingan pribadi, maka setya novanto tidak akan pernah kembali menduduki kursi ketua DPR-RI. dan apabila Jokowi mengedepankan kepentingan pribadi, reshuffle Kabinet tidak akan dua kali terjadi. sebuah keteraturan Negara, di situ kita harus melihat betapa Jokowi selalu menggunakan keteraturan dalam memimpin sebuah pemerintahan.

Mengapa Jokowi terlihat Melindungi, Mempertahankan dan membela Ahok? karena Jokowi tidak akan meninggalkan sebuah keteraturan negara, untuk anda yang mengatakan Jokowi melanggar Undang-Undang, silahkan kembali melihat dengan baik apakah Jokowi yang melanggar undang-undang tersebut. bagaimana dengan si penyusun Undang-undang, pertanyakanlah hal itu.

Tidak ada pemaksaan logika ataupun keterbatasan logika, karena logika yang normal akan selalu berjalan dengan pemikiran yang positif, dan perbedaan pemikiran atau perbedaan pendapat merupakan sebuah esensi Demokrasi. Demokrasi adalah berbeda. dan demokrasi tidak harus menyamakan baju yang kita pakai saat ini.

Saya, Anda dan kita semua adalah pemerhati, pembaca dan sesekali menjadi pengamat yang ikut berinteraksi dengan memberikan pendapat atau opini, hati-hati dalam menulis, banyak celah di ruang pendapat yang menunggu apa yang akan kita tulis selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun