Mohon tunggu...
Lora
Lora Mohon Tunggu... -

Membaca membuat pintar

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Jepara, Suara Masyarakat yang Menentukan, Bagaimana dengan Daerah Lainnya?

8 Februari 2017   09:06 Diperbarui: 8 Februari 2017   13:58 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai politik merupakan kendaraan untuk semua orang bisa menduduki jabatan sebagai pemimpin daerah, karena pengusungan yang di lakukan oleh parpol maka seseorang bisa berpeluang menjadi Gubernur,Walikota, Bupati, bahkan Presiden. meskipun undang-undang mengakomodir melalui jalur independen, namun tetap saja kekuatan pengusungan pasangan calon masih di pegang oleh partai politik.namun sejauh mana Efektifitas suara dari konstituen parpol tersebut,

Mesin parpol memang sangat efektif di saat era reformasi bergulir. kita melihat Legislatif dengan mudah di duduki oleh muka-muka baru yang ingin berpolitik. apakah sejauh ini masih berlaku? penulis mengatakan untuk kedepan mesin parpol menjadi biasa dan bisa tidak berarti jika parpol tidak merawat konstituenya.

Penulis mengambil contoh untuk wilayah jepara, kabupaten yang terletak di jawa tengah ini ikut meramaikan Pilkada serentak yang akan berlangsung 15 Februari mendatang, melihat komposisi suara dukungan parpol terhadap pasangan calon (paslon) Bupati dan wakil Bupati sangat jelas terlihat timpang.di Jepara ada dua paslon. pengusungan parpol yang 9 berbanding 1.(baca: parpol dukungan paslon nomor urut 1 berjumlah 9 dukungan parpol dan paslon nomor urut 2 berjumlah 1,) Apakah ini menandakan atau bisa di sebut sebagai suara rakyat dalam Pilkada nanti, jika pasangan yang hanya mendapat dukungan 1 parpol memenangkan Pilkada tersebut.?

Pada urutan 1 ada Subroto-Nuryaman dan nomor urut 2 Ahmad Marzuqi-Dian Kristiandi. Keduanya merupakan incumben, jika Subroto adalah Wakil Bupati sebelumnya, Ahmad Marzuki adalah sang Bupati petahana, yang menarik adalah dukungan partai politik, jika paslon 1 mendapat 9 dukungan partai pengusung, nomor urut 2 hanya mendapat 1 dukungan. ini merupakan sebuah tantangan untuk segenap elemen masyarakat dan warga Jepara untuk menunjukan kredibilitas juga integritas, apakah mereka mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) tersebut karena partai politik atau karena tanggung jawab sebagi warga harus memilih pemimpin demi kemajuan Jepara pada umumnya,

Adalah PDIP yang berani seorang diri mengusung Ahmad Marzuki dan Dian Kristiandi, untuk melawan 9 partai politik pendukung Subroto dan Nuryaman,jika melihat sisi dukungan, jelas Subroto-Nuryaman bisa menang dengan mudah, seperti saya sebut di atas, 9 berbanding 1. tapi apakah hal itu bisa di jadikan parameter pasti, tentu tidak , karena cerminan untuk saat ini adalah siapa yang bisa berkarya adalah yang bisa terpilih dalam Pilkada.dan ini yang penulis sebut, mesin parpol bisa terkalahkan dengan mesin suara Rakyat.

Melihat euforia paslon nomor urut 2 (Ahmad Marzuqi-Dian Kristiandi) yang begitu heboh, penulis bertanya-tanya. Mengapa begitu ramai dengan suara untuk mereka.? sebenarnya untuk Pilkada serentak ini tidak hanya di jepara saja yang parpol pendukungnya sedikit atau tunggal. namun menjadi tantangan pengamatan jika euforia itu untuk paslon yang notabene sedikit dukungan parpol. untuk itu penulis menyebut, jika terealisasi, maka kemenangan mereka adalah kemenangan masyarakat jepara.

Bagaimana dengan DKI Jakarta,?

Di DKI sendiri paslon ada tiga, AHY-Sylvi, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi. di DKI penulis sebut masih berimbang, karena dukungan parpol merata pada dua pasangan calon. Nomor urut 1 dan 2. pada nomor urut 3 juga ada 2 partai pengusung, menjadi sulit menentukan suara rakyat atau bukan, karena pasti parpol ikut mengklaim kemenangannya.

Jika parpol yang baik akan mengatakan bahwa itu suara rakyat, namun jik parpol yang mengedepankan egoisme, maka akan mengatakan "itu berkat kami." memang benar seperti penulis sebut di atas, bahwa pengusung mereka adalah parpol. tapi itu bukanlah jaminan suara pemilih karena parpol.

Apakah ada perbedaan Jepara yang kabupaten dengan DKI Jakarta yang provinsi, tentu jika melihat dari hal itu sangat berbeda, namun lihatlah yang sama-sama akan menggelar Pilkada serentak. bukan masalah gubernur atau bupatinya yang akan kita analisa, namun kepada pemilih yang memilih karena parpol dan pemilih yang akan memilih bukan karena partai politik.

di sini kita akan menguji kekuatan suara masyarakat, bukan kekuatan suara pasangan calon yang di usung penuh oleh parpol, itu yang penulis maksudkan, begitupun juga dengan daerah brebes, Makasar dan lainya, kita akan mengamati tentang peranan masyarakat setempat dalam mensukseskan Pilkada serentak tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun