Tanggal 20 Mei 2019 aku dinyatakan lulus dengan syarat revisi. 19 Agustus 2019 aku diterima bekerja di sebuah media online nasional.
Ketika mulai bekerja di media online, hatiku merasa kesepian. Aku mencoba mencari wanita yang mau menjadikanku sebagai tempat keluh kesahnya. Namun, semua itu gagal hingga akhirnya di bulan Oktober atau September, aku lupa, mulai menghubungimu lagi.
Aku mengabarimu bahwa aku sedang berada di Bekasi karena menghadiri pernikahan seorang teman lama waktu di pesantren. Setelah itu aku tak terlalu ingat bagaimana selanjutnya.
Kalau tidak salah kamu saat itu ternyata sudah memiliki pacar seorang abdi negara. Aku tahu itu karena kamu memposting foto kalian berdua di WhatsApp status. Bodohnya aku merasa sakit hati.
Dinamika hubungan kembali terjadi, sampai suatu saat kalau tidak salah kamu bercerita bahwa pacarmu itu toxic atau semacamnya (aku tidak terlalu ingat).
Di tahun 2020, awal pandemi Covid-19 hubungan secara virtual mulai lancar. Kita sering video call atau hanya sekedar telpon. Aku mulai bahagia meskipun belum pernah bertemu denganmu.
Hubungan sempat terputus di bulan Oktober, kalau tidak salah tanggal 22. Aku hanya ingat pada tanggal itu bercerita kepada temanku.
Bulan November aku nekat pergi ke Priangan untuk bertemu denganmu. Tentu saja aku tidak memberitahumu bahwa aku akan pergi kesana.
Tanggal 13 November 2019, hari Jumat, aku minta gantian jadwal kepada temanku. Aku mengatakan bahwa busku jadwalnya jam 4, jadi tidak bisa jika aku tetap masuk sesuai jadwal yang kelar jam 9 malam. Untung saja temanku memahaminya dan ia tak keberatan.
Sekitar pukul 17.00 bus Gunung Harta membawaku lepas dari Terminal Tirtonadi ke Priangan. Itu merupakan pertama kalinya aku pergi ke Priangan dengan menaiki bus.
Tengah malam sekitar pukul 23.30, aku tiba di Kadipaten. Aku kemudian tanya kepadamu di chat WhatsApp, "Kadipaten itu mana sih?".