Pukul lima pagi. Burung-burung berkicau. Anak-anak lari di jalanan. Saat aku sedang menggerak-gerakkan jemari, menggerayangi keyboard, menulis sebait diary.
Ini pagi pertama bagiku, meresapi suasana dan menceritakannya padamu. Padahal  sebelumnya, aku adalah salah satu orang yang paling enggan berbagi suasana saat menulis.
Udara masih dingin, menyisakan mimpi-mimpi  indah semalaman. Meninggalkan minggu dengan liburnya, menyambut senin dengan jadwalnya, dan kebahagiaan yang terpancar di setiap wajah orang-orang telah terbayang ketika bertemu nanti siang.
Pagi ini aku menuliskan sebaris harapan, doa, dan agenda yang hendak aku kerjakan. Menuliskan beberapa pekerjaan yang belum selesai dilaksanakan. Melalui tulisan ini, aku berharap dapat menjalankan jadwal-jadwal dengan baik dan segera terselesaikan.
Bagiku, penting menulis agenda pekerjaan ke depan. Misalnya, pagi ini kamu menulis tiga pekerjaan wajib selama satu hari, itu akan membantu kita mengoreksi seberapa jauh keseriusan kita menyelesaikan pekerjaan. Itu pula yang selalu aku lakukan, ya... meski tidak setiap hari, hanya saja, aku mencoba menerapkannya setiap hari.
Menulis tiga rencana setiap pagi ini menurutku sangat berguna untuk mengevaluasi seberapa jauh kita dengan target dan capaian kita. Selain itu, jika kita memiliki rencana setiap pagi, kita akan lebih produktif. Bayangkan saja jika kamu tidak memiliki rencana sama sekali, setiap hari hanya menjalankan rutinitas yang ada. Bertahun-tahun memiliki siklus semacam itu hanya akan membuat kita  berjalan di tempat, tidak ada kemajuan yang berarti.
Nah. Pada kesempatan kali ini aku mau berbagi pengalaman pribadi dan materi dari referensi buku-buku yang pernah aku baca tentang produktifitas. Kuharap kamu mau meluangkan waktumu sedikit saja membaca tulisanku ini ya....
Awali Hari dengan Senyuman
Eh, kamu pernah mendengar kalimat itu gak? "Awali hari dengan senyuman"? Itu bukan sekedar lirik lagu saja, loh. Itu benar-benar bisa membangkitkan mood kita. Biasanya kalau pagi, kita itu sedikit omong. Coba perhatikan habit kita setiap pagi, bangun tidur -- ke kamar mandi -- menjalankan rutinitas shalat bagi yang menjalankan -- membersihkan lingkungan bagi yang menjalankan -- menyiapkan pekerjaan -- memulai aktifitas kerja.Â
Anehnya, kita enggan untuk tersenyum, apalagi berbicara dengan ceria. Kebanyakan orang cenderung menghemat energinya setiap pagi, mereka lebih suka diam dan menyapa rekan sekedarnya saja.
Entahlah bagaimana menurut psikologi atau kesehatan, aku memperhatikan siklus ini karena aku selalu berperilaku seperti itu. Diam dan slow mood.
Aku baru tersadar dengan pola ini ketika beberapa hari yang lalu, ketika pagi-pagi aku hendak latihan bicara di Podcast, gilak, susah sekali mau ngomong saja. Seperti ada batu mengganjal di tenggorokan.
Barangkali... barangkali saja ini loh ya, kita harus melatih keceriaan pagi dengan menebar senyum, berlatih berbicara di Podcast supaya lebih segar dan visioner. Menurutku ini penting meski sederhana, hal-hal sekecil ini jika diabaikan tentu akan menghambat produktifitas  kita bukan?
Menulis Agenda Setiap Pagi
Menulis agenda itu ibarat kita memetakan prioritas pekerjaan. Jika kita tidak memiliki prioritas, biasanya kita akan cederung melakukan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang tidak sejalur. Hanya mengikuti rutinitas dan malah akan menjauhkan dari goals yang sudah kita tentukan.
Menulis agenda seperti ini cocok bagi kita yang memiliki pekerjaan absurd. Misalnya anak kuliahan, pegawai borongan, atau pedagang. Kalau aku sendiri biasanya menulis tentang agenda "projek pribadi", sebab pekerjaan sehari-hari  sudah mesti dikerjakan tanpa adanya perencanaan. Projek pribadi ini biasanya meliputi; Ngiklan di facebook, membuat artikel di blog, bertemu rekan,  membaca tetang bisnis, dan membuat master plan tentang event.
Kalau kamu apa saja?
Manfaat yang aku rasakan ketika menerapkan metode ini adalah aku lebih bisa memetakan pekerjaan prioritas. Terkadang ketika sore hari, saat aku melihat agenda harian, ada satu atau dua pekerjaan yang belum aku lakukan. Dan apabila menurutku aku hanya mampu melakukan satu plan lagi, aku tidak akan memaksa mengerjakannya. Hal semacam ini yang kemudian menjadi evaluasi tersendiri tentang kendala apa yang menyebabkan seluruh planning tak terselesaikan keseluruhan.
Oh. Ya! Sebagai catatan, aku hanya menulis tiga rencana setiap hari. Tidak lebih.
Hal yang paling sulit menurutku ketika kita selalu mencatat kendala-kendala yang kita temukan setiap hari. Habit semacam ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh guruku, Bapak Kiai Tanjung, yang selalu mencatat setiap kendala yang ditemukan di lapangan.
Beliau pernah berkata  pada saat pertemuan dengan kami, bahwa selalu mencatat setiap kendala yang disampaikan oleh para murid-Nya. Lalu beliau membuat opsi-opsi penyelesaiannya.
Tulisan ini juga diterbitkan di personal blog aminmaula.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H