Mohon tunggu...
Amin Maulani
Amin Maulani Mohon Tunggu... Stor Manager -

newbie aminmaula.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melawan Lupa: Simulasi Musyawarah bersama Bapak Kiai Tanjung

15 Agustus 2017   06:54 Diperbarui: 15 Agustus 2017   07:20 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul "Melawan Lupa" merupakan latihan mandiri yang kubuat agar daya ingatku stabil. Melalui tulisan ini aku mencoba menguraikan pengalamanku hari ini, bagaimana proses simulasi musyawarah yang diajarkan Bapak Kiai Tanjung kepada kami, meski dengan sedikit sekali pemahaman yang kudapati. Maka, di awal alenia ini, kuperingatkan pembaca yang kurang paham, untuk segera bertanya langsung kepada beliau. Juga pembaca yang merasa kurang pas, silahkan memperbaikinya melalui kolom komentar...

Kuawali pagi!....

GEMA lagu Nusantara Bangkit meramaikan suasana pagi di dalam masjid Billah Pomosda. Angin sepoi mengempaskan kerah baju, menciptakan dingin menyelimuti hati ini. Aku baru saja duduk di kursi yang telah dipersiapkan panitia, di dalam masjid. Saat lantunan lagu-lagu nusantara mengiringi kami menunggu Bapak Kiai Hadir. Satu-dua audien hadir memenuhi kursi yang telah disiapkan.

Senin, 14 Agustus 2017, sekitar pukul 07.30 WIB, acara dimulai. Aku memasang pendengaranku hikmat saat beliau memberikan materi.

Pagi adalah sesi penjabaran simulasi musyawarah. Dalam penjabarannya, Bapak Kiai Tanjung memberikan sampling-sampling sederhana, terkait kebiasaan manusia yang suka meniru kebiasaan orang lain. Atau bisa dikatakan, kita ini kurang memiliki daya kritis menjalani setiap rutinitas yang diberikan institusi maupun organisasi yang kita tempati.

Lebih konkrit, beliau menjabarkan bagaimana proses pendidikan kita saat ini. Yang mana secara fakta, tujuan pengadaan pendidikan kita memang 100% tidak memenuhi target. Ah ya, begini. Lebih rincinya: Tujuan pendidikan adalah pembentukan adab akhlak. Itu saja. Namun fakta yang terjadi saat ini, bagaimana menurut anda?

Menurut ku, pendidikan saat ini hanya mencetak generasi siap bekerja. Maka dengan tujuan yang sudah melenceng, tentu efek kebijakan dan prosesnya akan mengejar sesuai yang telah ditetapkan. Aku kira kita semua sepakat, bahwa orang disekolahkan hanya bertujuan mencari pekerjaan, supaya hidup nyaman. Ini kemudian menjadikan sekolah di tingkat SMP, SMA, maupun perkuliahan dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan.

Sekali lagi, ini pendapatku. Dan aku kira, kamu pun setuju.

MUSYAWARAH dalam hal ini untuk mencari solusi terkait permasalahan ini. Contoh kasus dalam dunia pendidikan, mengapa program kegiatan sekolah yang dibuat tidak berjalan continue? Di sinilah para pelaksana pendidikan melakukan penyelesaian dengan melakukan musyawarah. Namun musyawarah yang bagaimana? Inilah satu poin penting yang harusnya kamu ketahui.

Aku sering melihat pengamat pendidikan (sebagai contoh), memberikan opini kepada public tentang bagaimana seharusnya masyarakat melakukan. Publik banyak yang mengamininya menjadi pemikiran yang bernas, kualitas, dan tuntas. Tunggu dulu! Mari kita teliti.

Contoh : Pak menteri membuat program one day school akhir-akhir ini. Publik tahu gambaran umumnya. Ah, setelah itu banyak sekali pengamat yang mengkaji kebijakan ini, pro dan kontra. Siapa yang merinci sampai ke hal teknis? Bagaimana menjalankannya, siapa yang melaksanakan, apa tujuan yang dicapai, bagaimana pengelolaaan tenaga kerjanya, dan sebagainya, yang menyangkut hal-hal teknis.

Aku lihat hal-hal teknis semacam ini malah abai dari pengamat maupun pembuat kebijakan. Dan setujukah kamu jika aku mengatakan ini yang menjadikan program-program hanya berjalan diawal saja? Kebanyakan perancang gagasan tak mampu membahas sampai ke teknis!

Aku melihat metode Bapak Kiai Tanjung, dalam bermusyawarah sebagai solusi. Tidak hanya di dunia pendidikan, menyeluruh dalam ranah apapun, karena ini mengenai penyelesaian masalah. Dan oleh sebab itu, aku meloncati tulisanku pada kegiatan di siang hari, simulasi musyawarah menyelesaikan masalah dengan metode urut kacang.

Metode urut kacang ialah, rapat diawali dengan memunculkan masalah oleh salah satu peserta, lalu yang lain menanggapi dengan memberikan usulan satu per satu. Ditahap kedua, menggabungkan dan mengembangkan usulan. Tahap ketiga, voting. Mana yang dirasa menyelesaikan masalah. Tahap ke empat perumusan menjadi teknis. Begitu seterusnya.

CATATAN: "Musyawarah merupakan alat yang sangat strategis membunuh Ego. Karena dalam rapat kita belajar menerima masukan, menghargai pendapat, dan menjalankan pendapat orang lain." Bapak Kiai Tanjung.

Contoh simulasi:

Aku punya masalah di devisiku, jurnalistik. Aku kesulitan menyebarkan opini keberadaan Guruku, bapak Kiai Tanjung sebagai sosok yang mampu memecahkan permaslahan bangsa.

Tahap I. Usulan solusi:

  • * Membuat film pendek tentang kegiatan positif Beliau
  • * Ikut baksos, yasinan, tahlil
  • * Mendekati tokoh agama
  • * Menjaga keteladanan
  • * Melibatkan alumni-alumni untuk ikut berpartisipasi menyebarkan berita keberadaan Bapak Kiai
  • * Membuat testimony, kesaksian.
  • * Dan lain-lain yang masih banyak belum aku tulis.

Tahap II. Penggabungan & Pengembangan

Kemudian peserta diberi waktu 5 menit untuk menggabungkan usulan-usulan tadi. Contohnya menghasilkan seperti ini: "Mind map. Men-viralkan opini yang ada. Membangun uswah dengan mendekati tokoh agama."

Satu. Dua. Dan sampai tidak ada lagi peserta yang mengajukan usulan penggabungan.

Tahap III. Vooting

Usulan penggabungan yang ada, di seleksi dengan melakukan voting. Dengan kesepakatan,usulan diterima jika melebihi 50% suara peserta. Setelah terbentuk, bisa dilakukan voting lagi, apakah semua usulan digunakan atau tidak.

CATATAN: Musyawarah harus ada nilai Rasional, masuk akal, berhubungan.

Tahap IV. Teknis

Ini tahap yang terakhir. Setelah Aku (yang punya masalah), merasa, apakah usulan peserta sudah ku anggap menyelesaikan masalah di divisiku. Maka, hal-hal teknis pun dilanjutkan dengan menyusun hal-hal di bawah ini.

  • * Kapan dilakukan?
  • * Siapa yang melakukan?
  • * Metodenya seperti apa? Dll.

CATATAN:

Hasil musyawarah harus jelas dan mengandung unsur kapan, siapa, metode.

(***)

Inilah simulasi rapat. Penekanan terakhir bagi pembaca: Ini sungguh pemahamanku sebagai pemula, yang tentu jauh dari kata pemahaman sempurna. Sedangkan penekanan dri Guru kami, bapak Kiai Tanjung, metode musyawarah seperti ini masih ada kelanjutanya. Jadi masih buanyak lagi yang belum diberikan kepada kami. Wau. Benar-benar merasa, aku harus menyelam kedalam samudra, agar aku dapat menjejaki lautan ilmu Bapak Kiai Tanjung.

Sudah sekian saja. Ini sudah larut, setelah malam ini kami melakukan simulasi musyawarah per divisi masing-masing. Oh,ya. Kebetulan tim kami selesai paling awal, pukul 21.30 WIB. Rapat simulasi dipimpin oleh Bapak Irawan Arifianto W, sebagai koordinator marketing. Sedangkan yang lain selesai sekitar pukul 23.00 WIB dilanjut penajaman dari Bapak Kiai Tanjung.

Anda juga bisa mengunjungi youtube chanel-nya Bapak Kiai Tanjung dengan kata kunci "Kiai Tanjung" untuk mengetahui ajaran-ajaran AN-Nubuwah.

15 Agustus 2015.

Tulisan ini juga ditulis untuk memenuhi program kemandirian menulis "one day one article".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun