“Kalau jual sendiri di buang kemana emang Rif?” Aku menyelidiki.
“ Ya di pusat oleh-oleh lah, gak mungkin kita jual ke Indomart”. Arif menjawab serius. “Logikanya nih, aku sendiri kalau ke Indomart cuma pas mau beli odol, gak mungkin nyari oleh-oleh”. “Mantep! luar biasa sekali santrinya bapak”. Aku memberikan applouse, spontan memuji mereka lagi.
“Piye sih, kader bangsa ya harus begini, kadernya bapak” Arif langsung menimpali, duduk berlenggang dengan punggung tegak, berjumawa.
“Tapi Rif, kamu tadi seolah bilang kalau kak amin gak punya logika alias robot” celetuk Jamal. Hahahahaha, gelak tawa kami membuncah ruang sunyi. Mengusir penat, jengah, bahkan kami tak tahu sedang menertawakan apa malam ini.
(***)
Catatan :
Bapak : Sebutan yang digunakan para santri, merujuk pada bapak pimpinan, bapaknya para santri, atau bapaknya para murid (Orang yang berkehendak kembali kepada Tuhan). Beliau lebih dikenal dengan sebutan bapak Kyai Tanjung.
Tulisan ini ku persembahkan kepada adik-adik ku yang baru saja selesai mengikuti ujian nasional, di tambahi kewajiban mengikuti magang selama sepuluh hari. Belajar bersosial dengan masyarakat, belajar kreatif dengan tanggap melihat potensi yang ada di sekitar kita. Semoga tiga tahun di SMA Pomosda benar-benar menjadi pelita hidup kita bersama, menginspirasi masyarakat seluruh Nusantara.
Tanjunganom, Nganjuk
Pondok sufi 04-05-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H