Mohon tunggu...
Amin Maulani
Amin Maulani Mohon Tunggu... Stor Manager -

newbie aminmaula.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manajemen Diri dan Seni Membaca Ayat-ayat Tuhan

23 April 2017   20:45 Diperbarui: 24 April 2017   05:00 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak akan berkembang jika tidak mau belajar. Jangan mengulang kesalahan jika  tidak mau dikatakan bodoh.

 Setidaknya, begitulah rumus  kehidupan. Kesalahan yang sudah terlanjur terjadi tak patut jika terulang kembali. Pepatah kuno mengatakan “Jangan terpeleset pada lubang yang sama”.

Pepatah tersebut  terlalu sarkasme,  mencibir kita yang memang  selalu  mengulang kesalahan yang sama.

Namun begitulah manusia pada umumnya, kesalahan yang sama selalu terulang.  Juga gambaran bahwa manusia butuh  belajar dan membaca.

Guru kami, bapak Kyai Tanjung selalu menekankan kepada kami para santrinya,  “latihlah gemar mebaca, membaca tak hanya  buku,  membaca  tanda-tanda  disekitar kita akan lebih efektif dalam mengembangkan diri ”. Beliau juga menekankan kepada kami agar  rajin menulis. Menulis yang bermanfaat berupa efaluasi  dari kegiatan kita sehari-hari. Mencatatnya menjadi efaluasi. Efaluasi  tersebut berguna mengembangkan potensi diri. Pada akhirnya dibarengi dengan spiritual, kecerdasan akan memfungsikan manusia lebih berhati-hati.

Pada satu kasus, manusia merupakan makhluk yang lalim dan bodoh. Di sisi lain, manusia pun memiliki tingkat pembelajaran yang tinggi, dua dimensi berbeda  inilah yang menjdi ciri dan perbedaan  orang yang bersosial dengan orang hutan.

Seringnya kita mengalami permasalahan, tentang pekerjaan,misalnya. Kita cenderung mengulang-ulang kesalahan yang sama. Saya ambil contoh : Pengusaha kripik singkong, tentu memiliki strategi khusus bagaimana memproduksi  tanpa terjadi delay  pemesanan. Proses  produksi barang atau keripik dalam perusahaan, akan berjalan baik  jika lima dasar sistem produksi tidak mengalami error. Kelima dasar tersebut antara lain  manusia,media,  mesin, bahan baku, dan permodalan.

Jika salah satu komponen  diatas mengalami error, baik manusianya, mesinya, kekurangan bahan baku, bahkan keuangan,  tentu akan mengganggu stabilitas produksi kripik.

Namun di sini, yang paling mempengaruhi stabilitas produksi  adalah unsur  manusia.  Bagaimana manusia dalam sistem organisasi produksi dapat menjadi elemen penting mengatasi error produksi. Dengan kata lain, jika error terjadi pada manusia, secara otomatis akan berpengaruh pada variabel lain. Manusia dalam sistem produksi ini, memiliki peranan sangat vital . Error pada mesin, misalnya, akan segera mendapat evaluasi dari pegawai perusahaan  dan seterusnya.

Sedangkan kecenderungan mengulang kesalahan tersebut dapat dilihat dari bagaimana pengelola mengatasi error mesin,misalnya,  hanya memperbaikinya  saja. Tidak melakukan langkah strategis untuk mencegah hal itu terulang kembali, seperti i pengadaan mesin baru, pelatihan teknisi,  penjadwalan service berkala,  dan lain-lain.

Sampai di sini, ternyata kita sampailah pada pembahasan tentang hubungan problem sehari-hari  dan kemampuan mengatasinya, kemauan membaca dan belajar bertindak solutif. Karena untuk menyelesaikan permasalahan tersebut tentu kita tidak langsung mengambil satu langkah. Ada proses yang disebut step by step.

Kita akan membuka kembali catatan-catatan dalam buku induk. Bagaimana permasalahnya, bagaimana tindakan penyelamatnya, siapa yang seharusnya bergerak, dan sebagainya. Yang pada akhirnya kebiasaan seperti ini akan mendorong dan memperudah kita mengidentifikasi lalu  menyelesaikan masalah.

Praktik seperti  ini tentu memerlukan penekanan kepada diri kita sendiri untuk mau membaca ayat-ayat disekitar kita. Bagaimana kita tidak terjerembab  permasalahan yang monoton, selalu rugi, tertumpuk hutang dan sebagainya.

Dari pada hal di atas, muncul pandangan bahwa membaca (dalam artian sempit maupun luas) adalah jendela dunia. Dalam artian luas, membaca ayat-ayat Tuhan menjadi bagian terpenting akan munculnya kecerdasan seseorang. Lebih konkrit  bapak Kyai Tanjung menggaris bawahi dengan bersandar, atau semua yang kita lakukan di dasari dengan niat ibadah.

Praktik seperti ini bisa juga disebut seni belajar, seni kehidupan, atau manusia seniman. Karena pada dasarnya kehidupan adalah seni.  Kesenian tersebut terletak pada  sebuah proses yang kadangkala kita mengalami semacam problem dan ada tuntutan untuk  menyelesaikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun