Tidak akan berkembang jika tidak mau belajar. Jangan mengulang kesalahan jika tidak mau dikatakan bodoh.
Setidaknya, begitulah rumus kehidupan. Kesalahan yang sudah terlanjur terjadi tak patut jika terulang kembali. Pepatah kuno mengatakan “Jangan terpeleset pada lubang yang sama”.
Pepatah tersebut terlalu sarkasme, mencibir kita yang memang selalu mengulang kesalahan yang sama.
Namun begitulah manusia pada umumnya, kesalahan yang sama selalu terulang. Juga gambaran bahwa manusia butuh belajar dan membaca.
Guru kami, bapak Kyai Tanjung selalu menekankan kepada kami para santrinya, “latihlah gemar mebaca, membaca tak hanya buku, membaca tanda-tanda disekitar kita akan lebih efektif dalam mengembangkan diri ”. Beliau juga menekankan kepada kami agar rajin menulis. Menulis yang bermanfaat berupa efaluasi dari kegiatan kita sehari-hari. Mencatatnya menjadi efaluasi. Efaluasi tersebut berguna mengembangkan potensi diri. Pada akhirnya dibarengi dengan spiritual, kecerdasan akan memfungsikan manusia lebih berhati-hati.
Pada satu kasus, manusia merupakan makhluk yang lalim dan bodoh. Di sisi lain, manusia pun memiliki tingkat pembelajaran yang tinggi, dua dimensi berbeda inilah yang menjdi ciri dan perbedaan orang yang bersosial dengan orang hutan.
Seringnya kita mengalami permasalahan, tentang pekerjaan,misalnya. Kita cenderung mengulang-ulang kesalahan yang sama. Saya ambil contoh : Pengusaha kripik singkong, tentu memiliki strategi khusus bagaimana memproduksi tanpa terjadi delay pemesanan. Proses produksi barang atau keripik dalam perusahaan, akan berjalan baik jika lima dasar sistem produksi tidak mengalami error. Kelima dasar tersebut antara lain manusia,media, mesin, bahan baku, dan permodalan.
Jika salah satu komponen diatas mengalami error, baik manusianya, mesinya, kekurangan bahan baku, bahkan keuangan, tentu akan mengganggu stabilitas produksi kripik.
Namun di sini, yang paling mempengaruhi stabilitas produksi adalah unsur manusia. Bagaimana manusia dalam sistem organisasi produksi dapat menjadi elemen penting mengatasi error produksi. Dengan kata lain, jika error terjadi pada manusia, secara otomatis akan berpengaruh pada variabel lain. Manusia dalam sistem produksi ini, memiliki peranan sangat vital . Error pada mesin, misalnya, akan segera mendapat evaluasi dari pegawai perusahaan dan seterusnya.
Sedangkan kecenderungan mengulang kesalahan tersebut dapat dilihat dari bagaimana pengelola mengatasi error mesin,misalnya, hanya memperbaikinya saja. Tidak melakukan langkah strategis untuk mencegah hal itu terulang kembali, seperti i pengadaan mesin baru, pelatihan teknisi, penjadwalan service berkala, dan lain-lain.
Sampai di sini, ternyata kita sampailah pada pembahasan tentang hubungan problem sehari-hari dan kemampuan mengatasinya, kemauan membaca dan belajar bertindak solutif. Karena untuk menyelesaikan permasalahan tersebut tentu kita tidak langsung mengambil satu langkah. Ada proses yang disebut step by step.
Kita akan membuka kembali catatan-catatan dalam buku induk. Bagaimana permasalahnya, bagaimana tindakan penyelamatnya, siapa yang seharusnya bergerak, dan sebagainya. Yang pada akhirnya kebiasaan seperti ini akan mendorong dan memperudah kita mengidentifikasi lalu menyelesaikan masalah.
Praktik seperti ini tentu memerlukan penekanan kepada diri kita sendiri untuk mau membaca ayat-ayat disekitar kita. Bagaimana kita tidak terjerembab permasalahan yang monoton, selalu rugi, tertumpuk hutang dan sebagainya.
Dari pada hal di atas, muncul pandangan bahwa membaca (dalam artian sempit maupun luas) adalah jendela dunia. Dalam artian luas, membaca ayat-ayat Tuhan menjadi bagian terpenting akan munculnya kecerdasan seseorang. Lebih konkrit bapak Kyai Tanjung menggaris bawahi dengan bersandar, atau semua yang kita lakukan di dasari dengan niat ibadah.
Praktik seperti ini bisa juga disebut seni belajar, seni kehidupan, atau manusia seniman. Karena pada dasarnya kehidupan adalah seni. Kesenian tersebut terletak pada sebuah proses yang kadangkala kita mengalami semacam problem dan ada tuntutan untuk menyelesaikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H