Kita akan membuka kembali catatan-catatan dalam buku induk. Bagaimana permasalahnya, bagaimana tindakan penyelamatnya, siapa yang seharusnya bergerak, dan sebagainya. Yang pada akhirnya kebiasaan seperti ini akan mendorong dan memperudah kita mengidentifikasi lalu  menyelesaikan masalah.
Praktik seperti  ini tentu memerlukan penekanan kepada diri kita sendiri untuk mau membaca ayat-ayat disekitar kita. Bagaimana kita tidak terjerembab  permasalahan yang monoton, selalu rugi, tertumpuk hutang dan sebagainya.
Dari pada hal di atas, muncul pandangan bahwa membaca (dalam artian sempit maupun luas) adalah jendela dunia. Dalam artian luas, membaca ayat-ayat Tuhan menjadi bagian terpenting akan munculnya kecerdasan seseorang. Lebih konkrit  bapak Kyai Tanjung menggaris bawahi dengan bersandar, atau semua yang kita lakukan di dasari dengan niat ibadah.
Praktik seperti ini bisa juga disebut seni belajar, seni kehidupan, atau manusia seniman. Karena pada dasarnya kehidupan adalah seni.  Kesenian tersebut terletak pada  sebuah proses yang kadangkala kita mengalami semacam problem dan ada tuntutan untuk  menyelesaikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H