Mohon tunggu...
Lona Hutapea
Lona Hutapea Mohon Tunggu... Wiraswasta - Student

Lifelong learner. Memoirist.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Paris (12): Natal di Paris – Marché de Noël & La Crèche

28 Desember 2010   16:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:17 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di berbagai belahan dunia, terdapat beragam tradisi dalam menyambut dan merayakan Natal.Setiap benua, setiap negara bahkan setiap wilayah punya gaya masing-masing yang telah dipraktekkan turun temurun.Mungkin ada yang memiliki kemiripan, namun banyak pula tradisi khas milik masyarakat tertentu yang tidak ditemui di tempat lain.

Khususnya di benua Eropa dengan serangkaian sejarah panjang yang sudah berlangsung selama berabad-abad, terdapat berbagai tradisi menarik dalam perayaan Natal. Termasuk di Perancis.Berikut ini dua di antaranya.

Marché de Noël

Noëlberarti ‘Natal’ dalam Bahasa Perancis, berasal dari kata ‘les bonnes nouvelles’ yang berarti ‘kabar baik’, menunjuk pada Injil yang disebut juga ‘Kabar Baik’ tentang kelahiran Yesus Kristus.Santa Claus, salah satu icon Natal disapa sebagai ‘Père Noël(Father Christmas).

Ada lagi Marché de Noël (Christmas Market), semacam bazaar atau ‘pasar rakyat’ (street market ) menjelang Natal yang berlangsung di luar ruangan (outdoor), di tengah gigitan dinginnya udara bulan Desember.

Tradisi yang berlangsung selama masa Advent (beberapa minggu menjelang Natal) ini aslinya berasal dari Jerman (Bahasa Jerman : Christkindlesmarkt atau Weihnachtsmarkt) dan Alsace, namun kini juga umum diselenggarakan di banyak negara lainnya.

Alsace sendiri merupakan wilayah perbatasan antara Jerman dan Perancis.Sejarah mencatat beberapa kali wilayah ini sempat berpindah-pindah tangan antara kedua negara yang pernah bermusuhan ketika Perang Dunia II itu, sampai-sampai ada warga Alsace yang selama hidupnya sempat sampai 3 kali berganti kewarganegaraan – terlahir sebagai warga Perancis, menjadi orang Jerman untuk beberapa saat, dan di masa tuanya kembali ‘pulang’ ke pangkuan Perancis.

Strasbourg, salah satu kota utama Perancis di wilayah Alsace sering disebut-sebut sebagai ‘Capitale de Noël' (Christmas Capital).Marché de Noëldi kota ini sudah mulai berlangsung sejak tahun 1570, ketika ia masih menjadi bagian dari Kerajaan Romawi (wikipedia).Dewasa ini, selain kota-kota di Alsace, hampir setiap kota di seantero Perancis turut menggelar Marché de Noël yang biasanya berlangsung kira-kira sebulan, mulai akhir November sampai akhir Desember, sesaat setelah Natal.Tak terkecuali di la capitale, Paris.

Di berbagai penjuru kota Paris bisa dijumpai Marché de Noël.Peminatnya ternyata cukup banyak walaupun udara sangat dingin, khususnya tahun ini.Seperti tahun lalu, kali ini pun keluarga kami menyempatkan berkunjung meramaikan Marché de Noël yang digelar di sepanjang paruh jalan Avenue des Champs-Elysées, antara ‘bunderan’ Rond-Point de Champs-Elysées dengan Place de la Concorde, tak jauh dari lokasi Istana Kepresidenan yang dihuni Nicolas Sarkozy dan Carla Bruni.

[caption id="attachment_82165" align="aligncenter" width="481" caption="Le Village de Noel (dok. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_82167" align="alignright" width="300" caption="dok. pribadi"]

12935602251381174063
12935602251381174063
[/caption] Bertajuk ‘Le Village de Noël’, sepanjang jalan berhias kerlap-kerlip lampu warna-warni yang menyemarakkan wajah Champs-Elysées, bak gadis cantik berdandan apik. Kios-kios kayu bercat putih yang berderet di kiri kanan jalan turut memeriahkan suasana dengan bermacam-macam yang ditawarkan – mulai dari makanan dan minuman khas Natal seperti ginger bread dan vin chaud (hot wine) untuk menangkis dingin yang menggigit, sampai aksesoris, boneka, serta kerajinan hand made dari berbagai penjuru dunia.Tak ketinggalan wahana-wahana permainan anak-anak seperti trampoline, toboggan (perosotan), dan jet coaster lengkap dengan Père Noël dan Rudolph ‘ the red nose raindeer’, si rusa kutub berhidung merah bersama teman-temannya.

Secara keseluruhan suasana ramai, meriah dengan pengunjung mayoritas terdiri dari keluarga yang membawa anak-anak kecil itu tidak jauh berbeda dengan pasar malam di negara kita.Bedanya, kalau di Indonesia kita bakal basah oleh keringat gara-gara berdesakan dengan pengunjung lain, di sini siap-siap aja deh menggigil kedinginan.Apalagi jika bertepatan dengan turunnya salju yang sedang betah rutin mengunjungi kota Paris akhir-akhir ini... bbrrrrrr.Tak apalah, salah sendiri – siapa suruh sering-sering bersenandung ‘I’m dreaming of a white Christmas....’. ^_^

[caption id="attachment_82168" align="aligncenter" width="404" caption="Marché de Noël  (dok. pribadi)"]

12935602841834100466
12935602841834100466
[/caption]

La Crèche

Salah satu tradisi Natal lainnya yang unik – paling tidak menurut pengamatan saya pribadi – adalah kelihatannya di Perancis, dekorasi Natal yang lebih dominan adalah La Crèche, yaitu miniatur Keluarga Kudus (Holy Family) atau dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai Nativity, dibanding Sapin de Noël atau Pohon Natal yang merupakan dekorasi wajib di belahan dunia lainnya, sebut saja USA atau bahkan Indonesia.

Sejumlah sumber di Internet juga ternyata menyimpulkan hal yang sama – bahwa La Crèche ini memang lebih populer dibanding Christmas Tree.Situs the-north-pole.com, misalnya, menyebutkan bahwa hampir setiap keluarga di Perancis menghiasi rumahnya dengan dekorasi ini sebagai pusat perayaan Natal.

La Crèche adalah dekorasi berupa figur-figur mini yang merupakan representasi kisah tipikal Natal yaitu kelahiran Yesus Kristus, seperti yang terdapat dalam Kitab Injil Matius dan Lukas.Tokoh-tokoh yang ditampilkan di sana termasuk Yusuf dan Maria, para gembala dan domba-domba, malaikat, para Majus (Raja dari Timur), dan tentu saja Bayi Yesus sendiri.  Khusus untuk figur Bayi Yesus, biasanya baru akan diletakkan di Kandang Natal tepat pada saat Malam Natal (le réveillon).

[caption id="attachment_82169" align="aligncenter" width="532" caption="La Crèche (interpret.egloos.com)"]

1293560371679512381
1293560371679512381
[/caption]

Tradisi ini pertama kali dimulai oleh Santo Fransiskus Assisi pada tahun 1223, terinspirasi oleh kunjungannya ke Bethlehem, tempat di mana Yesus lahir.Awalnya Nativity ditampilkan dengan melibatkan orang-orang dan binatang-binatang asli (living nativity scenes), namun dalam perkembangan selanjutnya dengan pertimbangan kepraktisan dan lain-lain, bentuk miniatur lebih sering dipakai.

[caption id="attachment_82170" align="alignleft" width="225" caption="Si Pedagang (wikipedia.org)"]

12935605471559977721
12935605471559977721
[/caption] Nativity scene di Perancis lagi-lagi memiliki keunikan tersendiri, dengan hadirnya Les Santons, tokoh-tokoh mungil (figurines) yang turut menghiasi Kandang Bethlehem.Santons berarti ‘little saints’ yang merupakan kerajinan tangan (hand made) khas daerah Provençal di bagian selatan Perancis, terbuat dari tanah liat (terracotta).

Uniknya, selain tokoh-tokoh yang berasal dari cerita Alkitab, Santons juga menampilkan tokoh-tokoh yang berasal dari kehidupan sehari-hari seperti Walikota, Petani, Tukang Roti, dan lain-lain.Menurut wikipedia, dalam dekorasi La Crèche asli Provençal terdapat 55 Santons yang memeriahkan Kisah Kelahiran Yesus.

Sayang di rumah kami tahun ini belum ada La Crèche yang menghiasi.Hanya ada Sapin de Noël sederhana, tak jauh berbeda dengan saat tinggal di Indonesia.Selain karena mungkin terpengaruh tradisi dari masa kecil yang terbiasa memasang Pohon Natal, penyebab lain adalah karena harga patung-patung mungil alias Santons itu ternyata tak murah.Dana yang ada sudah terlanjur dialokasikan untuk membeli Pohon Natal yang kebetulan sedang didiskon di sebuah centre commercial.

Harga Santons yang sudah siap pakai tampaknya cukup tinggi karena merupakan karya tangan para perajin, hand made dan hand painted. Menurut seorang kenalan Perancis saya, akan lebih murah membeli yang masih polos (belum dicat), baru kita lukis sendiri di rumah sesuai contoh-contoh yang ada.“Ini sekaligus akan menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak,” demikian ujarnya.Hmmm… mungkin ide ini akan saya coba tahun depan.Untuk tahun ini, manfaatkan yang ada sajalah dulu.^_^

[caption id="attachment_82171" align="aligncenter" width="404" caption="sumber: le-beausset-en-provence.com, avignon-et-provence.com, letsbuyit.fr, collections63.artblog.fr"]

12935606422105645057
12935606422105645057
[/caption]

Anyway, untuk ukuran sebuah Negara Sekuler yang sebagian besar penduduknya kelihatannya sudah kehilangan minat terhadap hal-hal spiritual (secara statistik, mayoritas warga Perancis menganut agama Katolik, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa hanya sekitar 10% yang benar-benar menghadiri Ibadah di Gereja), tradisi La Crèche ini cukup ‘menghibur’ saya.Paling tidak, ada bagian tradisi – yang meskipun simbolis tapi cukup substansial – yang masih mereka pertahankan hingga sekarang.Mungkin ada bagusnya juga jika ditularkan di kalangan umat Kristiani di Indonesia!

Akhirnya, masih dalam suasana Natal, saya ucapkan Selamat Hari Natal bagi yang merayakan, dan Selamat Menyongsong Tahun baru bagi kita semua.All the best in 2011!

Tuhan memberkati…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun