REVOLUSIONER & MISTERIUS
[caption id="attachment_128062" align="alignright" width="150" caption="Leonardo Da Vinci, sang maestro nan revolusioner (dok. pribadi)"][/caption]
Monalisa yang lahir dari tangan Leonardo Da Vinci merupakan sebuah revolusi dalam sejarah Seni Lukis. Da Vinci sendiri memang seorang seniman yang revolusioner, dan beberapa teknik baru yang diterapkannya menjadi terobosan dan landasan dalam teknik melukis yang terus ditiru hingga sekarang.
Dari beberapa sumber terungkap bahwa posisi Monalisa - duduk sambil melipat tangan - secara keseluruhan menciptakan bentuk 'piramida' yang sangat berbeda dengan gaya lukisan-lukisan potret diri yang dibuat sebelumnya. Posisi ini menjadi gaya standar sampai saat ini.Â
Proporsi antara sang model lukisan dengan landscape yang melatarbelakanginya juga dianggap revolusioner dan menjadi pelopor dalam khasanah Seni Lukis.
Last but not least, senyum simpul Monalisa yang mengundang berbagai penafsiran dan kontradiksi. Senyumnya dianggap enigmatic, mengandung misteri yang memancing rasa ingin tahu. Simak saja lirik lagu yang dipopulerkan Nat King Cole ini:
"Monalisa, Monalisa, men have named you You're so like a lady with the mystic smile... ... Do you smile to tempt the lovers, Monalisa? Or is this your way to hide the broken heart?"
Misteri senyum Monalisa memang sangat memukau justru dalam kesederhanaannya, hingga mampu menjadi inspirasi sejumlah besar seniman yang hadir kemudian. Tak kurang dari nama-nama tenar di panggung seni seperti Salvador Dali dan Andy Warhol punya kontribusi dalam menghasilkan karya-karya seni yang bersumber dari Monalisa. Sigmund Freud, psikolog terkenal pun tergelitik untuk menganalisa senyuman Monalisa. Bahkan sampai detik ini popularitas Monalisa tak kunjung surut. Ia masih menjadi icon dan sumber inspirasi.Â
Statistik Pemerintah Perancis mencatat, dari total 78 juta turis yang berkunjung ke Perancis setiap tahunnya, 7 juta di antaranya (lebih dari 22 ribu/hari) menyambangi Musée du Louvre, menjadikannya tujuan wisata utama negara ini, disusul oleh La Tour Eiffel (6,4 juta). Dapat dipastikan, sebagian besar di antara mereka rela berdesakan di antara kerumunan orang yang menyemut di depan Monalisa, seperti kami.
Ternyata ia memang pantas disebut primadona, maha karya yang penuh pesona. Ukuran mungilnya tidak mengurangi daya tarik, popularitas, dan terutama nilai seninya. Saya belajar lagi, memang benar 'kecil-kecil cabe rawit'... small is beautiful, kecil itu indah !
Sumber: www.wikipedia.org, www.diplomatie.gouv.fr