Mohon tunggu...
Lona Hutapea
Lona Hutapea Mohon Tunggu... Wiraswasta - Student

Lifelong learner. Memoirist.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Paris (1): Monalisa - Kecil itu Indah

10 April 2010   17:18 Diperbarui: 18 Februari 2016   15:45 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesaat hampir saja muncul perasaan kecewa, nyaris saya menggerutu, "Hah!!! Nggak salah nih? Cuman kayak gini doang???" - seperti komentar yang hampir selalu terdengar dari para tamu yang pernah kami antarkan untuk melihat Monalisa.  Sudah berkali-kali kalimat serupa saya dengar terucap dari bibir kerabat dan kenalan yang mendapati bahwa 'cuma segini rupanya' lukisan yang demikian ternama itu.  Apalagi lapisan kaca tebal anti peluru yang dipasang untuk melindunginya membuat Monalisa agak berkesan 'gelap'.

Saya jadi penasaran, sebenarnya apa sih yang membuat Monalisa demikian tersohor? Terus terang selama ini saya sangat awam, mungkin seperti kebanyakan orang yang hanya sepintas 'merasa tahu' tanpa pernah tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Apakah memang lukisan yang disebut-sebut sebagai world masterpiece ini memang sedemikian luar biasa? Apakah ia memang pantas menyandang gelar 'primadona' dan menjadi buah bibir selama berabad-abad? Atau sebaliknya, apakah ukurannya yang (ternyata) begitu kecil membuat nilai maha karya ini menjadi berkurang?

Beberapa referensi yang (baru setelahnya) saya baca mempertegas selebritas lukisan yang selama ratusan tahun menjadi icon yang diperbincangkan, diperdebatkan, dan diperebutkan itu. Situs wikipedia memastikannya sebagai lukisan paling terkenal di dunia - 'perhaps the most famous and iconic painting in the world'. Di sebuah situs lainnya Monalisa bahkan diklaim sebagai 'without doubt the most famous work in the entire forty thousand-year history of visual art'. Wow !!!

Paling tidak, menurut beberapa sumber, ada beberapa faktor yang menjadikannya demikian termashyur dan bernilai; baik dari sudut pandang sejarah, nilai finansial, maupun nilai seni yang dikandungnya.

HISTORIS

Leonardo Da Vinci mulai menggoreskan kuasnya untuk mengabadikan figur Lisa del Giocondo di atas kanvas atas permintaan sang suami, Francesco, lebih dari 500 tahun yang lalu. Setelah berkutat dengan lukisan potret ini selama 4 tahun, ia berhenti di tengah jalan dan lukisan setengah jadi itu turut dibawa saat ia pindah ke Perancis. Potret Monalisa baru dirampungkan kira-kira 16 tahun kemudian, beberapa saat sebelum sang maestro berpulang. [caption id="attachment_128055" align="alignleft" width="150" caption="Raja Francois I yang membeli 'La Joconde', menjadikannya milik bangsa Prancis (dok. pribadi)"][/caption]

Monalisa kemudian berganti-ganti pemilik, beredar di antara nama-nama besar dalam sejarah Perancis, mulai dari Raja Francois I, Louis XIV (The Sun King), sampai Napoleon Bonaparte.  Ia menjadi bagian dari gelimang kemegahan negeri ini --- berawal dari Château Fontainebleau, Palais de Versailles, Palais de Tuileries menghiasi kamar tidur Napoleon, dan kemudian berakhir di Louvre.  Betapa panjang perjalanan dan betapa jauh sejarah telah membawanya  menyaksikan pergantian kekuasaan dan proses panjang transformasi negara itu sampai kini.

Monalisa pun sempat melanglang buana. Pada tahun 1962-1963 ia dipinjamkan kepada Amerika Serikat untuk dinikmati oleh publik di New York dan Washington, DC. Berikutnya di tahun 1974 giliran warga Tokyo dan Moskow yang beroleh kesempatan untuk menikmati keindahannya.

Namun jauh sebelumnya, pihak Musée du Louvre sempat dikejutkan oleh raibnya lukisan ini pada tahun 1911. Usut punya usut, ternyata Vincenzo Peruggia, salah satu karyawan museum berkebangsaan Italia-lah yang telah mencurinya. Ia menganggap Monalisa sebagai milik bangsa Italia yang patut dikembalikan ke negara asalnya. Hal ini baru terungkap dua tahun kemudian, padahal sebelumnya beberapa nama lain sempat dicurigai dan diinterogasi, termasuk Pablo Picasso, pelukis Spanyol ternama yang juga hijrah ke Paris. Di negaranya Peruggia malah dianggap sebagai pahlawan dan hanya diganjar hukuman ringan atas aksinya itu.

LUKISAN TERMAHAL

Sebelum bertolak ke negeri Paman Sam pada tahun 1962-1963, nilai lukisan ini ditaksir mencapai US$ 100 juta.  Meskipun belakangan ada beberapa lukisan yang terjual dengan harga sampai US$ 140 juta di tahun 2006, sesungguhnya nilai tersebut masih berada jauh di bawah Monalisa yang (dengan memperhitungkan inflasi tahun 1962-2009) nilainya mencapai US$ 700 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun