Membangun percaya diri (baca: Pede) itu gampang-gampang susah. Gampang, karena seharusnya ketika kita nyaman dengan diri kita, urusan pede tidak lagi menjadi masalah besar. Susah, karena ternyata banyak orang yang masih merasa kurang pede. Dan kalau boleh jujur, saya seringkali berada pada posisi itu, dulu sih :) Jaman saya masih jadi anak sekolahan, self concept tentang percaya diri adalah harus cantik. Cantik itu harus enak dilihat. Enak dilihat itu berarti pintar berdandan (ber-make up) dan tahu bagaimana cara memakai baju yang bagus, dan baju bagus itu identik dengan mahal. Definisi panjang ini semakin menekankan percaya diri itu bukan sesuatu yang mudah untuk dipenuhi. Sampai saya mulai memprovokasi diri saya sendiri, karena sebuah hal yang memalukan. Gara-gara sebuah kencan buta (baca ceritanya disini) :) Saya masih suka senyum-senyum sendiri ketika mengingatnya. Dari pengalaman ini saya belajar bahwa menjadi diri sendiri lah yang membuat kita nyaman. Perasaan nyaman itu yang menumbuhkan rasa percaya diri. [caption id="" align="aligncenter" width="252" caption="http://www.123rf.com/"][/caption] Dan konsep awal tentang percaya diri yang sedikit menyimpang mulai berada pada arah yang benar ketika saya berkesempatan belajar tentang Basic Personality Development. Nih saya bagi buktinya :) [caption id="attachment_359528" align="aligncenter" width="252" caption="belajar percaya diri dok.pribadi"]
- Personality (Kepribadian)
- Knowledge (Wawasan)
- Personal Gromming (Penampilan)
Personality (Kepribadian) Menjadi pribadi yang baik, itu membuat kita lebih dihargai. Baik memang artinya menjadi sangat luas. Tetapi yang mutlak adalah tidak melanggar nilai-nilai sosial. Ramah, rendah hati, tulus adalah salah satu dari sekian kebaikan pribadi. Knowledge (Wawasan) Dalam satu sesi personal branding, ada pertanyaan yang ditujukan Instruktur kepada saya. Surat kabar apa yang saya baca? Saya menjawab Kompas. Jawaban ini paling berbeda dengan jawaban peserta yang lain. Saat itu saya masih tinggal di Surabaya, dan Jawa Pos adalah surat kabar yang paling banyak dibaca warga Surabaya. Ketika ditanya mengapa Kompas, saya menjelaskan perbedaan gaya penulisan media-media tersebut. Kompas lebih dalam menggali karena jurnalisme yang dipakai menggunakan kekuatan riset, Jawa Pos lebih easy reading, karena memang sekedar memberitakan peristiwa. Kemudian saya menambahkan Tempo yang menggunakan jurnalisme sastra karena nama besar Goenawan Mohamad. Ternyata jawaban saya ini merupakan salah satu komponen wawasan, itu yang dikatakan si Instruktur kepada saya. Jadi apa yang kita baca juga menunjukkan bagaimana orang lain akan menilai kemasan kita. Personal Grooming Penampilan yang baik itu menunjang personal branding. Dan tentu saja ujung-ujungnya percaya diri akan meningkat ketika kemasan kita terlihat lebih baik. Jadi pepatah don't judge the book from its cover sebenarnya tidak lagi menjadi mutlak benar karena mau tidak mau, suka tidak suka setiap orang akan menilai pertama kali dari tampilan luar. Kepribadian dan wawasan yang kita miliki baru akan terlihat setelah melalui proses yang lebih panjang. Belajar personal grooming memberi pemahaman kepada saya, bahwa tampil cantik dan enak dilihat itu tidak harus mahal. Salah satu kuncinya adalah bisa memilih baju yang pas dengan soul kita , tepat sesuai dengan acara (tidak salah kostum), bersih, rapi dan wangi (value addednya). Bagaimana cara membuat baju terlihat bersih, rapi dan wangi? Selain proses mencuci yang benar, menambahkan produk Ironing Aid seperti Kispray yang mengandung bahan aktif anti kuman akan memberikan keharuman tahan lama pada pakaian dan memudahkan proses menyetrika pakaian. [caption id="" align="aligncenter" width="370" caption="Varian Kispray enesis.com"]
Berbagi cerita juga disini, dengan tampil sesuai dengan kepribadian kita, bukan sekedar rasa nyaman dan percaya diri saja yang didapat tapi kadangkalanya bisa berupa apresiasi. Saya pernah mendapatkan penghargaan sebagai best dress di acara seminar parenting yang digelar oleh majalah Ayah Bunda pada Juli 2010. Saat itu tidak menyangka ketika mba Tenik Hartono mendatangi meja saya dan berbisik, "bunda nanti jangan pulang dulu ya, di akhir acara nanti akan dipanggil ke depan untuk pemenang best dress". Kalimat sakti ini seperti pengakuan bahwa 12 jam yang saya pelajari sebelumnya tidak sia-sia ketika harus berdiri di depan hall, disaksikan ratusan pasang mata dan berfoto dengan Novita Angie yang menjadi MCnya :) [caption id="" align="aligncenter" width="273" caption="dokumentasi Ayah Bunda"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H