Banyak hal yang ingin ditulis sejak pulang dari peluncuran buku Interupsi karya Nova Riyanti Yusuf (NoRiYu) 19 Januari kemarin. Mengetahui nama ini sudah cukup lama, tepatnya ketika tahun 2003 meluncurkan novel Mahadewa Mahadewi.
Walaupun sampai hari ini belum sempat membacanya, yang saya ingat dari reviewnya adalah cerita dalam novel ini tidak jauh dari tema kesehatan jiwa, dunia yang begitu dekat dengan NoRiYu yang seorang dokter spesialis kejiwaan (psychiatrist). Keunikan itu yang masih saya ingat.
Minggu lalu membaca beberapa tweet tentang acara peluncuran buku Interupsi,The Other Side Of The Story, yang akan diselenggarakan di toko buku Gramedia Gandaria City Senin Sore, 19 Januari 2015. Saya spontanitas menyempatkan diri untuk datang dan melihat langsung seperti apa transformasi seorang NoRiYu setelah lima tahun menjadi seorang legislator, apalagi tahun ini dia diundang sebagai Harvard Medical School Visiting Scientist 2015, sungguh bagi saya seorang NoRiYu merupakan sebuah paket komplit dari sebuah pencapaian :)
[caption id="attachment_365293" align="aligncenter" width="512" caption="Peluncuran Buku Interupsi dok. pribadi"][/caption]
Hadir kemarin sebagai moderator, Prabu Revolusi dan dua orang pembicara , Sandiaga Uno serta Gede Pasek yang membuat acara menjadi lebih "gayeng" dan tidak terkesan serius, meskipun saya lihat hampir semua undangan adalah mantan (atau mungkin masih menjabat) anggota dewan, perwakilan dari Kementerian kesehatan dan juga beberapa media. Mungkin saya hanya satu-satunya yang datang tanpa embel apapun :)
[caption id="attachment_365300" align="aligncenter" width="288" caption="Cover Buku Interupsi dok. pribadi"]
Sebenarnya buku ini terdiri dari dua buah buku yang berbeda yang dikemas dalam satu buku. Keduanya merupakan hasil produktivitas NoRiYu ketika menjalani "masa-masa sulit" dalam kurun waktu 2009-2014. Â Dalam pengantarnya, Prabu Revolusi mengatakan keheranannya kepada NoRiYu, yang justru sangat produktif ketika dalam kondisi "tertekan" :)
[caption id="attachment_365305" align="aligncenter" width="288" caption="Sampul Belakang:A Rookie & The Passage Of The Mental Health Law dok. pribadi"]
Buku ini bisa juga dikatakan sebagai pledoi, seputar pemberitaan NoRiYu yang digosipkan (mungkin lebih tepatnya difitnah) menjadi istri kedua Anas Urbaningrum (AU) oleh Nazarudin ketika hangatnya kasus korupsi yang dituduhkan kepada AU.
Yang jelas, curhatan colongan kemarin cukup memberikan gambaran pada saya, betapa kejamnya dunia politik itu, dan dibutuhkan mental sangat "laki-laki" untuk menghadapi hal-hal keji macam itu. Itu pula ungkapan yang disampaikan Sandiaga Uno terhadap sifat kelaki-lakian dalam diri NoRiYu.
Ini menjadi sebuah pembelajaran, bahwa menghadapi serbuan fitnah itu bisa tetap dilakukan dalam diam. Menyalurkan energi kepada hal-hal yang lebih positif, karena semakin ditanggapi, masalah justru akan makin membesar dan menjadi bumerang. Ini yang justru diharapkan bagi orang-orang dibalik skenario drama skandal karena kecenderungan masyarakat yang menyukai dongeng "sinetron" semacam ini. Korupsi selalu dibumbui dengan skandal perselingkuhan.
Dalam curhatan colongan kemarin juga disinggung  juga dua dalang (penyanyi) yang diduga meniupkan drama ini. Salah satunya katanya adalah orang yang ahli dalam pembuatan iklan politik (ayo tebak kira-kira siapa) :)
Review buku ini akan saya tulis terpisah setelah membaca tuntas bukunya. Karena menarik sekali ketika kemarin sedikit diulas tentang pandangan dunia terhadap Indonesia yang dianggap melakukan pelanggaran HAM terbesar dari kasus pemasungan 56.000 orang dalam penanganan kasus sakit jiwa sehingga mendorong NoRiYu menuliskan salah satu bukunya yang menjadi satu kemasan ini A Rookie and The Passage of The Mental Health Law : The Indonesian Story.
Dan satu hal lagi yang membuat saya makin kagum pada sosok NoRiYu adalah alasan mengapa akhirnya memutuskan ikut mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Karena cerita seorang Ibu yang rela memberikan cincinnya sebagai pengganti biaya berobat anaknya yang sakit jiwa.
Penyakit jiwa membutuhkan penyembuhan (pengobatan) yang sifatnya long life. Ini tidak bisa hanya dibiarkan. Karena itulah diperlukan undang-undang dan pengajuan alokasi anggaran untuk mengatasi masalah yang mungkin tidak banyak terlintas dalam pikiran banyak orang. Cara memperjuangkan adalah masuk pada sebuah sistem.
Jadi bagi yang belum tahu nama Nova Riyanti Yusuf, silahkan segera memburu bukunya. Buku ini memang dikhususkan bagi generasi muda (bukan berarti yang tua tidak  berhak membaca). Mungkin bagi saya menjadi alternatif buku motivasi dengan genre yang berbeda. Selamat berburu dan membaca :)
Salam
[caption id="attachment_365307" align="aligncenter" width="288" caption="Buku bertanda tangan penulis dok.pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H