“Pajak kita masuk ke dalam sebuah brankas raksasa yang pintunya dikawal oleh lima penjaga. Kelimanya ditakuti oleh orang-orang yang berbuat curang dan para koruptor.”
Dalam perjalanan panjang yang berliku, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai sebuah langkah yang, banyak orang anggap, pantas diberi apresiasi. Sebuah langkah kecil dalam perjalanan panjang yang nampaknya masih akan sangat bergelombang. Sebuah itikad untuk berubah, yang semata-mata dilakukan untuk memenuhi tanggung jawab atas nama keadilan. Perguliran itikad yang diberi titel Reformasi Birokrasi mengubah citra menjadi lebih dipercaya. Anda tahu, kepercayaan itu kunci merebut hati orang lain. Dimulai dari rasa percaya, petugas pajak mencari cara, merebut hati kita merogoh saku membayar kewajiban. Pajak kita masuk ke dalam sebuah brankas raksasa yang pintunya dikawal oleh lima penjaga. Kelimanya ditanam, dipupuk dan disemai di dalam setiap diri petugas pajak. Harapannya ialah menjaga kepercayaan masyarakat pembayar pajak dan menenggelamkan harapan praktek penuh curang. Kelimanya ditakuti oleh orang-orang yang berbuat curang dan para koruptor. Kelimanya membentengi pengabdian serta kontribusi masyarakat pembayar pajak dan menjaganya tetap aman. Profesionalisme menjaga tugas tetap di jalur tugas. Jiwa Integritas yang memupuk loyalitas pada institusi. Pelayanan sebagai bentuk kontribusi dan pengabdian kepada masyarakat. Sinergi antar setiap elemen dalam menggapai tujuan. Serta, Kesempurnaan yang menunjukkan dedikasi dan pengabdian tanpa cela. Sebuah strategi cerdik dan misi yang dianggap telah mengarah pada ekspektasi masyarakat.
Perubahan, dalam bentuk dan pergerakan apapun, dulu dan masa kini, telah menjadi gelombang raksasa yang tak terbendung alirannya. Sejarah mencatat setiap pergerakan perubahan membawa manfaat yang lebih besar daripada sekedar memenuhi kebutuhan para pejuangnya. Perjuangan demi perubahan dibayar mahal dengan kenyamanan yang mungkin telah dinikmati. Sebuah tindakan revolusioner yang mungkin membenturkan kepentingan organisasi dengan kebutuhan dasar. Reformasi di Direktorat Jenderal Pajak semata-mata harus dilakukan, cepat atau lambat. Masyarakat meminta petugas pajak mereformasi diri mereka. Petugas pajak menjawab dengan mereformasi integritas setiap individu, mentransformasi bentuk organisasi dan standar operasi dalam institusi mereka serta membentuk aturan yang lebih baik dalam pengumpulan uang pajak. Perubahan yang semata-mata dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Perubahan yang, dalam perjalanannya, ternyata mengusik zona nyaman beberapa kelompok kecil di institusi ini. Ironisnya, dalam perjuangannya mengubah diri, media menemukan praktek kecurangan. Reformasi dipertanyakan, integritas kembali diragukan. Banyak anggapan bahwa gerakan reformasi di Direktorat Jenderal Pajak telah gagal. Keberadaan pajak mulai dipertanyakan, bahkan bergulir wacana haram bagi pajak. Kontribusi masyarakat dalam membangun negeri dianggap tidak perlu. Direktorat Jenderal Pajak dianggap gagal mereformasi dirinya. Pukulan telak bagi sebagian besar petugas pajak yang tengah berjuang menegakkan komitmen dan berhadapan dengan pertaruhan integritas mereka di setiap harinya. Sebagian kelompok pengamat menilai anggapan seperti ini terlalu gegabah. Semua gerakan boikot membayar pajak hanya akan mempengaruhi ketahanan perekonomian negeri ini, yang otomatis akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat. Tidak ada alasan gerakan reformasi di institusi ini harus dihentikan. Reformasi perpajakan harus tetap bergulir.
Keraguan terhadap reformasi di institusi ini sejujurnya membawa kita ke sudut pandang yang sedikit berbeda. Ada pembuktian terselubung bahwa keragu-raguan itu membuat kita tidak terlalu dini berpuas diri dengan sebuah pencapaian. Bukti kecurangan yang mungkin masih ada tidak membuat sebuah pergerakan secara otomatis dianggap gagal, justru dengan diketahuinya kebocoran itu, memicu pembentuk kebijakan untuk menambal lubang-lubang kecil penyebab kebocoran. Bukannya menumbuhkan demotivasi bagi petugas pajak, justru semakin memunculkan rasa haus akan gerakan reformasi. Ketahanan sebuah sistem justru baru dapat diuji apabila telah ada yang mencoba merusaknya. Harapannya ialah menjawab setiap keragu-raguan dengan perbaikan sistem dan peningkatan performa dalam setiap prosedur operasi. Reformasi di tubuh institusi ini akan mengelevasi kepercayaan dan merubuhkan keragu-raguan itu. Kepercayaan itu mahal. Semahal harga yang dibayar pada saat ada generalisasi terhadap seluruh petugas di institusi ini. Kepercayaan itu runtuh atas kecurangan yang dibuat satu dua orang. Di saat kepercayaan itu runtuh itulah, harusnya Direktorat Jenderal Pajak mengevaluasi dan introspeksi. Menambal kebocoran, menjawab keragu-raguan.
Lepas dari dinamika yang dihadapi institusi ini, reformasi Direktorat Jenderal Pajak masih terus berjalan. Berbagai pencapaian telah diraih. Peningkatan standar pelayanan dan transparansi telah dirasakan sebagian besar masyarakat bahkan mendapat respon positif. Tapi, perjuangan toh masih belum berakhir bagi Direktorat Jenderal Pajak, perjuangan masih panjang, akan lebih banyak tantangan yang dihadapi dan lebih banyak target yang harus dicapai. Setiap langkah yang diambil institusi ini untuk mereformasi dirinya layaknya menenggak air menghilangkan rasa haus. Proses panjang ini ialah rehidrasi atas rasa haus masyarakat akan institusi pajak yang bersih dan terpercaya serta menghilangkan rasa dahaga petugas pajak untuk terus merefleksi dan memperbaiki diri. Maju terus Direktorat Jenderal Pajak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H