Pencegahan Tuberkulosis
Pencegahan TBC meliputi:
A. Pencegahan Primer
1. Promosi Kesehatan
Penyuluhan dengan melibatkan pasien dan masyarakat dalam penyuluhan Rencana Pengendalian Infeksi., Koleksi Dahak Aman, penyuluhan Etika Batuk dan Batuk Efektif, penyuluhan Mendiagnosis TB yang Cepat dan Pengobatan, Meningkatkan Ventilasi Udara Kamar, Melindungi Pekerja Perawat Kesehatan, Pengembangan Kapasitas dan Memonitor Praktek Pengendalian Infeksi (WHO).
2. Proteksi Spesifik
Vaksinasi BCG secara signifikan yang bisa mengurangi resiko TB dan penggunaan alat pelindung diri ditempat kerja yang beresiko tinggi terkena TB dan terapi antiretroviral (obat anti virus) untuk orang dengan HIV.
B. Pencegahan Sekunder 1. Deteksi Dini
Skrining atau penemuan kasus baru yang benar-benar positif TB dengan melakukan pemeriksaan dahak, melakukan diagnosis TB paru dengan memeriksa semua aspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam 2 hari, diagnosis TB ekstra paru dengan gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena misalnya nyeri dada pada TB pleura dan diagnosis TB Pada Orang Dengan HIV (ODHA).
C. Pencegahan Tersier
1. Pencegahan Ketidakmampuan
Penggunaan kortikosteroid (hormon pertahanan untuk melawan infeksi dan perubahan lingkungan) tambahan pada pengobatan TB aktif, penggunaan operasi tambahan pada orang dengan TB aktif serta pengobatan TB aktif pada orang dengan penyakit penyerta.
2. Rehabilitasi
Pasien TB paru dengan pemeriksaan dahak (BTA) positif dengan pengobatan ulang kategori 2, bila hasilnya masih positif TB maka hentikan pengobatan dan rujuk ke layanan TB-MDR.
Jika Anda sudah terlanjur terinfeksi TB, cegah penularannya!
Terdiagnosis TB sebisanya tidak membuat penderita berkecil hati karena TB bisa sembuh. Selain fokus pada penyembuhan diri, penderita juga harus sebisa mungkin mencegah penularan TB ke orang-orang sekitar dengan melakukan langkah-langkah ini:
1. Meski pengobatan TB bisa berlangsung selama 6-12 bulan, sangat penting untuk disiplin dalam minum obat seperti yang diresepkan dokter secara terjadwal, bahkan jika penderita sudah merasa lebih baik. Jika tidak, penderita bisa sakit lagi.
2. Jika penderita memiliki kuman TB di tubuh tapi belum aktif, artinya penderita tidak menularkan penyakit tapi dokter akan tetap merekomendasikan untuk minum obat agar kuman tidak menjadi aktif.
3. Patuhi pengobatan seperti yang diresepkan sampai dokter menyatakan penderita sembuh.
4. Kontrol rutin ke dokter.
5. Selalu menutup mulut dengan tisu saat batuk atau bersin. Buang tisu bekas ke dalam kantong plastik, tutup atau ikat, lalu buang ke tempat sampah.
6. Cuci tangan setelah batuk atau bersin.
7. Jangan mengunjungi orang lain atau jangan mengundang orang untuk menjenguk penderita.
8. Liburkan diri dari kantor atau sekolah, atau jangan dulu berpergian ke tempat umum. Beristirahatlah dirumah.
9. Gunakan kipas angin atau buka jendela untuk menjaga ventilasi udara yang efektif.
10. Jangan gunakan moda transportasi umum.
11. Terapkan pola hidup sehat seperti olahraga rutin dan teratur, konsumsi makanan dan minuman yang bergizi, jauhi rokok dan alkohol, dan jaga kebersihan lingkungan sekitar.
Coronavirus Disease (COVID-19)
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran napas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit yang disebut Coronavirus Disease 2019 atau disingkat COVID-19.
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat hingga kematian. Virus ini bias menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bias menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu. Namun, virus ini juga bias menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti infeksi paru-apru (pneumonia).
Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan, misalnya ketika berada diruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak langsung dengan droplet. Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bias mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala- gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum ada 3 gejala umum yang bias menandakan seseorang terinfeksi virus Corona yaitu demam (suhu tubuh di atas 38o C), batuk kering dan sesak napas. Gejala lain yang juga bias muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang seperti diare, sakit kepala, konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa atai mencium bau dan ruam di kulit. Gejala-gejala COVID-19 ini muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus Corona bias mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun yang disebut dengan kondisi happy hypoxia.
Seperti apa proses penentuan, pengendalian dan pencegahannya?
Pasien bisa datang dengan keluhan infeksi saluran pernapasan mulai dari ringan hingga berat seperti demam, batuk, sesak napas hingga kesulitan bernapas. Pemeriksaan fisik pada pasien dalam tahap awal biasanya dilakukan pengkajian tingkat kesadaran. Pada awalnya bisa dalam keadaan composmentis atau sadar dalam keadaan normal dan sepenuhnya. Penurunan kesadaran biasanya terjadi pada pasien COVID-19 berat. Tanda- tanda vital pasien umumnya terjadi peningkatan frekuensi nadi, napas, dan suhu. Tekanan darah bisa dalam batas normal atau bisa menurun. Pemeriksaan fisik dada atau torak secara khusus juga diperlukan untuk memperoleh data diagnostik radiologi seperti foto toraks, CT-scan toraks dan USG toraks untuk mendapati gambaran pneumonia. Hasil pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan kimia darah lengkap, mikrobiologi seperti swab saluran napas atas dan aspirat saluran napas bawah (sputum) untuk Rapid Test-PCR.
Pengobatan definitif untuk COVID-19 sampai saat ini belum ada akan tetapi sudah dilakukan studi klinis tahap II di China menggunakan antiviral (obat anti virus) Remdesivir yang digunakan untuk terapi Ebola dan studi klinis di Jepang menggunakan ARV (antiretroviral) yang juga obat anti virus yang biasa digunakan untuk terapi HIV. Pencegahan komplikasi sesuai dengan gejala seperti terapi oksigen dan antibiotik. Tenaga medis juga bisa memberikan beberapa langkah untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus corona, yaitu (1) merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karantina di rumah sakit rujukan, (2) memberikan obat Pereda demam dan nyeri yang aman sesuai kondisi penderita, (3) menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup, (4) menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh.
Virus Corona pada kasus yang parah menyebabkan komplikasi seperti pneumonia (infeksi paru-paru), infeksi sekunder pada organ tubuh lain, gagal ginjal, Acute Cardiac Injury (kondisi aliran darah ke jantung berkurang secara tiba-tiba) hingga pada kematian. Selain itu pada beberapa kasus, seseorang juga bisa mengalami kondisi yang disebut post-acute COVID-19 Syndrome, meski telah dinyatakan sembuh dari infeksi virus.
Pengendalian dan Pencegahan (PPI) sesuai standar manajemen klinis pasien dimulai pasien masuk rumah sakit (IGD) terdiri atas:
1. Kebersihan tangan (hand hygiene) dengan prinsip “6 Langkah 5 Momen” sesuai panduan WHO.
2. Alat pelindung diri (APD) mulai dari masker jenis masker surgical atau N95, sarung tangan karet, kacamata pelindung (googles) hingga pakaian/jubah pelindung infeksi sekali pakai.
3. Pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam terutama pada staff kesehatan dan pasien, diperlukan alur tatalaksana jika terjadi kecelakaan seperti ini.
4. Pembersihan atau perawatan lingkungan rumah sakit untuk memastikan kondisi selalu bersih terutama pada ruangan yang digunakan untuk penanganan pasien infeksius.
5. Pencucian dan disinfektan peralatan medis sebagai sarana pencegahan berpindahnya patogen dari alat kesehatan yang sudah digunakan.
6. Manejemen pembuangan limbah medis yaitu sampah medis infeksius dibuang pada tempat sampah berwarna kuning dan diberi label “limbah infeksius”, sementara untuk sampah biasa (non- infeksius) dibuang pada tempat sampah dengan warna gelap dan diberi label “non-infeksius”.
Selain itu cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan terinfeksinya virus ini yang disebut sebagai Protokol Kesehatan secara umum, yaitu:
1. Terapkan Physical Distancing atau menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan dulu keluar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
2. Gunakan masker saat beraktivitas ditempat umum atau keramaian, termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan dan hal-hal lain sebagainya.
3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alcohol minimal 60% terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
4. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
5. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan opla hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, olahraga secara rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah stres.
6. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus Corona atau orang yang sedang sakit demam, batuk atau pilek.
7. Tutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku saat batuk atau bersin, kemudian buang tis uke tempat sampah.
8. Jaga kebersihan lingkungan dan benda yang sering di sentuh termasuk kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID- 19 (termasuk kategori suspek dan probable) yang sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar tidak menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu:
1. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal berpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
2. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
3. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
4. Larang orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk sampai dinyatakan benar-benar sembuh.
5. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sakit.
6. Hindari berbagai penggunaan alat makan dan minum, alat mandi serta perlengkapan tidur dengan orang lain.
7. Pakai masker dan sarung tangan bila berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain.
8. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin lalu segera buang tis uke tempat sampah.
Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh tenaga medis di rumah sakit seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak perlu ditangani secara berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemic COVID-19. Tujuannya untuk mencegah penularan virus Corona selama berada di rumah sakit.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemahaman konsep penyakit menular dimulai dari pengertian, faktor-faktor yang berhubungan atau yang menjadi penyebab suatu penyakit, perjalanan atau proses terjadinya suatu penyakit, serta cara untuk mengatasi atau mencegah sampai pada cara pengendalian dari suatu penyakit dalam kasus ini yakni perbandingan menyeluruh antara penyakit TB paru dan COVID-19, yang menjadi beberapa fokus dari hal-hal diatas adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep dari suatu penyakit secara umum dan secara khusus pada proses perjalanan penyakit atau bagaimana terjadinya suatu penyakit terkait kasus atas suatu penyakit yang diambil.
2. Bertambahnya tingkat pengetahuan tentang perbedaan satu atau beberapa penyakit tetapi memiliki konsep penyakit yang saling berhubungan terkait gejala- gejala dan tatalaksana pencegahannya.
3. Menjadikan opini terhadap pemahaman perbedaan konsep penyakit dan cara pencegahannya sebagai acuan untuk memberikan informasi yang lebih tepat sasaran dan berfokus pada inti dari pemahaman tersebut.
4. Kajian dan identifikasi suatu proses penyakit sebelum terjadinya penyakit yang lebih serius menjadi lebih terarah dan sistimatis.