Melatih kedewasaan melalui berpuasa
Assalamualaikum warahmatullahi wabwrokatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Hadirin yang berbahagia dan dirahmati allah
Belajar tentang kehidupan diri sendiri dan juga kehidupan orang lain adalah komponen penting dari kedewasaan. Namun mendefinisikan kedewasaan adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Apa arti dari istilah "kedewasaan"? Namun, menggunakan istilah "dia tidak dewasa" untuk menggambarkan berbagai masalah sebagai "kegagalan atau ketidaknormalan" cukup sederhana.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa "sesuatu yang mudah diucapkan tetapi sulit didefinisikan" adalah kedewasaan. Karena usia belum tentu merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kedewasaan. Ada beberapa contoh orang di lingkungan kita yang, meskipun usianya sudah lanjut, tetap saja berperilaku seperti balita.
Dalam kehidupan sehari-hari, memiliki sikap dewasa sangatlah penting, terutama ketika menangani berbagai masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari, memiliki sikap dewasa sangatlah penting, terutama ketika menangani berbagai masalah. Oleh karena itu, seiring bertambahnya usia, kita harus belajar untuk mengadopsi pola pikir orang dewasa.
Puasa adalah salah satu cara untuk menumbuhkan kedewasaan, terutama selama bulan Ramadan. Bersama-sama, mari kita gali makna puasa sebagai sarana untuk mengembangkan kedewasaan diri.
Dalam Islam, baligh adalah satu-satunya kriteria yang digunakan untuk menentukan kedewasaan. Seseorang dapat dikategorikan dewasa jika telah mencapai usia baligh.
Kedewasaan jenis ini ditentukan oleh sikap menerima tanggung jawab dan kematangan berpikir. Dalam hal berpuasa, seseorang yang sudah baligh dan mampu mempertimbangkan perintah berpuasa di bulan Ramadhan, tentu ia akan menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya.
Kedewasaan seperti ini ditentukan oleh sikap menerima tanggung jawab dan kematangan berpikir. Dalam hal puasa, seseorang yang sudah baligh dan mampu mempertimbangkan perintah berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh tanggung jawab dan kedewasaan, niscaya ia akan melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya.
Orang lain yang telah mencapai usia remaja tidak melaksanakan puasa Ramadhan atau berpuasa tetapi tidak memahami makna puasa, akibatnya, ia hanya merasakan lapar dan haus.
Dalam bahasa Arab, puasa disebut sebagai al-imsaak, atau menahan diri. Puasa adalah menahan diri dari makanan, minuman, hubungan seksual dengan pasangan, dan aktivitas yang mengganggu dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. Mentalitas "menahan diri" ini dapat membantu orang menjadi individu yang lebih dewasa.
Pada dasarnya manusia "berpikir" bahwa mereka berhak melakukan apa saja, baik atau buruk, termasuk berbuka puasa. Namun, orang yang sudah baligh harus "menjaga sikap" selama bulan Ramadan dengan tidak melakukan aktivitas yang membatalkan puasa.
Ia harus mempertimbangkan dan bertanggung jawab atas perannya sebagai manusia yang harus menjalankan ibadah puasa. Berbeda dengan anak-anak, yang masih memiliki pemikiran dan tindakan yang tidak terbatas.
Oleh karena itu saya bermaksud untuk mengajak saudara/i untuk menjalankan amalan puasa ini dengan sebaik-baiknya.Â
Demikian pidato yang saya dapat sampaikan, mohon maaf bila sekiranya ada salah perkataan saya pamit undur diri, Terimakasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabwrokatuh
Ditulis oleh Thoriq Abdurrahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H