Mohon tunggu...
Kevin Ivan
Kevin Ivan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Krisis Sumber Daya Alam yang Mengancam Keberlangsungan Hidup di Bumi

28 November 2017   10:22 Diperbarui: 28 November 2017   10:32 3096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hhsvoyager.org/

Tragedy of Common disini bukan merupakan sesuatu yang keadaan yang tidak membahagiakan tetapi berkaitan erat dengan sumber daya untuk kepentingan bersama. Pada saat ini jumlah manusia yang ada di bumi sangat banyak dan tidak sejalan dengan jumlah sumber daya yang tersedia saat ini. Secara teoritis dan biologis setiap organisme membutuhkan energi untuk berkembang. Populasi terus berkembang sedangkan alam bersifat tetap. Hal ini membuat ledakan populasi menjadi sebuah tantangan bagi kita. Sumber daya alam di dunia akan mengalami pengurangan, tidak menutup kemungkinan bahwa sumber daya akan habis. Hal ini diakibatkan oleh keegoisan dan keserakahan manusia, manusa selalu mengutamakan dan memperoleh kepentingan untuk diri mereka sendiri.

Permasalahan ini tidak hanya membutuhkan solusi teknis yang berhubungan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan karena akan berdampak kepada lingkungan tempat manusia hidup. Oleh karena itu, membutuhkan solusi yang mendasar mulai dari kesadaran dari setiap orang untuk secara bijaksana bersahabat dengan alam dan perlu adanya kontrol dari tiap-tiap orang sebagai suatu bentuk untuk mewujudkan populasi yang optimal. Bukan secara kuantitas, tetapi secara kualitas.

Kebebasan menggunakan hak-hak secara umum

Yang menjadi sumber permasalahan adalah pemahaman makna "bebas". Pada umumnya kebebasan diartikan sebagai hak untuk melakukan apa saja sesuka hati. Hal inilah yang memunculkan banyaknya eksploitasi secara berlebihan dan masalah lingkungan yang merugikan banyak orang. "freedom in a commons brings ruin to all".

Contohnya eksploitasi lingkungan yang dilakukan beberapa perusahaan kelapa sawit di daerah Sumatera dan Kalimantan. Untuk membuka lahan yang sangat luas perusahaan kelapa sawit yang telah membeli tanah yang luas pada warga setempat membakar tanpa berpikir panjang dampak apa yang akan timbul di daerah tersebut atau bahkan bagi kelangsungan hidup manusia secara luas di seluruh dunia yang akan berdampak pada jangka waktu yang lama. Hal ini merupakan salah satu praktek kebebasan dalam mempergunakan hak secara umum dengan tidak bijaksana.

Tidak hanya menyangkut masalah populasi dan kebebasan, Tragedy of Commons juga membahas mengenai polusi. Pembuangan sampah atau limbah ke perairan, yang mengandung bahan kimia sampah rumah tangga maupun bahan radioaktif. Tidak hanya di perairan polusi juga terjadi pada udara yang di akibatkan oleh asap kendaraan, asap industri, sisa-sisa pembakaran rumah tangga. Hingga sampah atau limbah yang dibuang di daratan merupakan masalah lingkungan. Penumpukan limbah baik di perairan, daratan dan udara akan menjadi polusi. Polusi tentunya sangat merugikan populasi yang ada di lingkungan tersebut. Semakin besar jumlah populasi, semakin besar pula jumlah limbah yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya jumlah barang dari seseorang, ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang serta, teknologi yang ada. Sehingga menjadi sebuah alasan untuk mengontrol dan mengoptimalisasikan jumlah populasi yang ada.

Di negara kepulauan seperti di indonesia, eksploitasi laut yang berlebihan juga terjadi yang mengakibatkan hampir punahnya spesies-spesies laut dan terganggunya keseimbangan biota laut. Negara kepulauan pada umumnya menganut asas "freedom of the seas"atau tidak adanya aturan yang ditetapkan di tengah laut. Sehingga kebebasan dijadikan sebagai patokan untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak di kemudian hari. Oleh karena itu, The National Park memberikan solusi untuk mengatasi hal semacam ini yaitu dengan menganggap sumber daya sebagai milik bersama bukan sebagai milik pribadi, memperlakukan sumber daya secara bijaksana dan tepat, serta kesadaran untuk menjaga dan melestarikannya bersama-sama.

Bagaimana cara untuk mengukur keseimbangannya?

Untuk mengurangi dampak dari Tragedy of Commonsdapat diatasi dengan menggunakan nilai-nilai moral, etika dan hati nurani. Moralitas tidak cukup hanya pada gambar karena gambar dapat diartikan dengan banyak makna, moralitas membutuhkan pesan yang dapat mempersuasif khalayak sehingga pesan yang ingin disampaikan di cerna sesuai dengan tujuannya. Hal terkait etika menyangkut dengan hukum yang berlaku dari dulu maka perlu adanya hukum yang tertulis mengingat manusia terus berkembang dan berubah. Moral dan etika pun ikut berubah tidak hanya sebatas nilai-nilai budaya yang tertanam pada diri seseorang tetapi perlu adanya hukum yang tertulis sehingga adanya punishment bagi yang melanggarnya.

Kebebasan yang tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang. Dampaknya mungkin tidak dirasakan pada saat sekarang, tetapi ketika populasi yang terus meningkat dan jumlah sumber daya alam mengalami penurunan maka akan terjadinya ketidakseimbangan alam. Sebagai salah satu cara mengurangi populasi dan polusi yang ada di dunia ini maka perlu adanya moral dan etika untuk tidak mementingkan pribadi masing-masing dalam hal penggunaan hak-hak secara umum seperti contohnya penangkapan ikan yang berlebihan yang dapat merusak tatanan keseimbangan biota laut. Hal lain yang dapat kita perhatikan adalah hukum secara tertulis sebagai aturan yang bersifat memaksa yang telah disepakati oleh banyak pihak dalam hal ini semua orang yang bersangkutan. Hal terakhir yang dibutuhkan adalah pendidikan yang dapat berperan sebagai pembentuk kesadaran akan kebebasan yang tidak merusak alam.

Daftar Pustaka:

Hardin, Garret. 1996. The Tragedy of the Commons

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun