Media menjadi mediator antara publik dan pemerintah. Dalam pandangan paradigma positivistik, surat kabar diantaranya berfungsi memainkan peran surveilenceatau pengawasan, yakni berupa pengawasan terhadap lingkungannya. Lingkungan itu berkaitan dengan masalah ideologi, politik, ekonomi hukum atau budaya. (Wright 1998). Wujud dari pengawasan yang dilakukan oleh industri media adalah berupa pemberitaan (Comb dan Shaw dalam Griffin, 2003: 390-402).
Pada kondisi saat ini media online menjadi sumber informasi yang dapat dikatakan sebagai keaslian dari sebuah informasi, setiap orang dapat dengan bebas mengutarakan pendapatnya atau meng upload isu-isu tertentu di media online publik juga dapat dikatakan sebagai citizen journalismatau "aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (bukan wartawan) yang mempunyaiperan aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis dan menyebarkan berita serta informasi yang dimiliki"
      Tetapi bagaimana dengan media massa cetak? Media massa cetak sejatinya menjadi wadah untuk berbagai penyampaian informasi yang berguna bagi masyarakat. Namun, pada prakteknya informasi-informasi dalam media massa cetak lokal lebih pada isi informasi yang mengandung unsur politik, tata pemerintahan, ekonomi, seputar kekerasan yang terjadi di masyarakat dan iklan. Terkait isu lingkungan, isi informasi beritanya masih terbatas.
Pada pertengahan tahun 2014, kota Yogyakarta dihebohkan dengan aksi seorang warga kampung Miliran Kelurahan Muja Muju, Kecamatan Umbulharjo, kota Yogyakarta yang mengalami kekeringan akibat eksploitasi air tanah yang dilakukan oleh Fave Hotel. Warga tersebut bernama Dodo Putra Bangsa yang menggelar aksi teatrikal dengan mandi dengan tanah untuk menggambarkan kekeringan yang terjadi pada puluhan sumur-sumur warga di sekitar hotel Fave.Â
Dodo mengatakan "sejak dua bulan berdirinya hotel Fave sumur warga di sekitar hotel mengalami kekeringan, seama puluhan tahun saya tinggal di kampung Miliran tidak pernah sekalipun sumur warga kering seperti saat ini, temasuk saat kemarau panjang, jika terjadi kemarau pun sumur warga tetap masih ada airnya.Â
Namun, sejak berdirinya hotel Fave, sumur kami kering. Kami menduga ini ada kaitannya dengan aktivfitas hotel Fave di sini". Tidak hanya itu kekeringan juga terjadi pada warga di kampung Penumping, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Kampung ini mengalami pengurangan debit air tanah pada sumur warga sejak akhir tahun 2014 ini diakibatkan oleh penggunaan air tanah (sumur bor) oleh Hotel 101, akibatnya kebutuhan air yang tidak terpenuhi oleh warga sekitar hotel 101.
Krisis air yang terjadi di kota Yogyakarta pada dasarnya disbabkan oleh banyak hal antara lain musim kemarau, perubahan iklim (Climate Change), jumlah pembangunan baru yang terus bertambah yang menggunakan air tanah, kepadatan penduduk dan hal lainnya. Pemerintah memiliki peranan penting untuk mengeluarkan keputusan dan kebijakan serta mengontrol pembangunan properti guna mejaga kestabilan sumber daya alam yang ada.Â
Namun pemerintah perlu melakukan kajian ulang terutama terhadap kemampuan pelayanan PDAM setempat dan pengawasan yang ketat akan peralihan fungsi bangunan, agar dapat ditemukan solusi permasalahan yang lebih tepat untuk kedepannya tanpa harus terjadi saling menyalahkan. Pengusaha dan investor juga dapat berkontribusi dengan melakukan pengembangan berkelanjutan yang mempertimbangkan tiga unsur yaitu ekonomi, lingkungan dan  sosial. Warga dan LSM juga memiliki peranan yang positif untuk mengawal dan mengawasi sari dua sis, baik dari kelayakan pembangunan-pembangunan hotel yang ada maupn pembelajaran masyarakat akan pola penggunaan air dan pemanfaatan resapan secara ideal.Â
Keberadaan isu-isu lingkungan yang berbasis sosial sekarang menjadi hal yang perlu dipertimbangkan mengingat bumi pertiwi yang kita pijak tidak akan selalu memberikan apa yang kita inginkan. Melalui pemberitaan isu sosial dengan industri pariwisata kapitalis di media massa dapat menyadarkan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung sebagai media pembelajaran demi terjaganya sumber daya alam yang dibutuhkan oleh setiap orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H