Berkembangnya Sastra Anak di Era 4.O
Era 4.O merupakan era yang berhubungan dengan kemajuan teknologi. Dengan berkembangnya kemajuan teknologi, membantu manusia modern untuk lebih efektif dan efisien. Tak terkecuali dalam bidang sastra, khususnya sastra anak. Sastra anak merupakan salah satu cabang sastra dari beberapa jenis sastra lainnya seperti sastra lisan, sastra tulis, dan sebagainya. Dari istilahnya sastra anak ditujukan untuk seorang anak. Namun untuk pembuatan karyanya sendiri sastra anak dikelompokkan menjadi dua jenis yakni sastra anak karya anak dan sastra anak karya orang dewasa. Meskipun memiliki perbedaan dari segi penciptanya dan dari segi pengembangan kalimatnya namun persamaan dari sastra anak karya anak dan sastra anak karya orang dewasa yakni sama-sama mengisahkan mengenai perjalanan cerita anak yang bertujuan untuk mendidik anak.
Sastra anak di Indonesia mulai muncul awal tahun 70-an sampai sekarang. Dari tahun 70-an, sastra anak hanya dikenalkan kepada anak-anak dan masyarakat dalam bentuk teks atau buku. Sastra anak semakin dikenal karena kemajuan teknologi yang mempermudah menemukan bacaan cerita anak melalui media digital. Hal tersebut menunjukkan bahwa era 4.O mendukung dan menjunjung kemajuan sastra anak di Indonesia.
Sejarah Perkembangan Sastra Anak di Indonesia
Dapat dikatakan bahwa perjalanan sastra anak di Indonesia belumlah positif karena sejak dulu hingga saat ini sastra anak baru berkembang. Anak belum menemukan dan merasakan adanya bacaan cerita anak yang diidolakan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya majalah, surat kabar, buku cerita anak, dan novel anak yang beredar di Indonesia. Peluang usaha cerita anak cukup baik, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa bukti antara lain, minat anak untuk mencari cerita anak untuk dibaca di koran setiap Minggu, majalah anak, majalah untuk keluarga dan untuk wanita, novel anak, dan kumpulan cerita anak yang di jual di toko buku. Jika dilihat dari minat atau keinginan anak terhadap cerita anak yang bagus, tidak diimbangi dengan cerita anak yang tersedia.
Sastra anak belum menjadi perhatian serius untuk tampil primordial, meyakinkan namun selalu mengkhawatirkan. Tidak diktahui dengan jelas argumen apa yang membuat banyak orang mengabaikan sastra anak, termasuk pemerintah yang gagal menghargai sastra anak sebagai bagian penting dari budaya di negeri ini. Â Minimnya perhatian terhadap sastra anak dari berbagai kalangan dipengaruhi oleh peninggalan pemerintah Belanda pada masa kolonial yang tidak menginginkan sastra berkembang secara bebas, khususnya sastra anak. Â Warisan kolonialisme Belanda ini berlanjut ketika Indonesia merdeka. Ada penilaian yang diwarisi Belanda dari anak-anak jajahannya, yaitu bahwa dunia anak-anak bukanlah bagian penting dari peradaban budaya yang ada di masyarakat. Peninggalan Belanda sangat erat kaitannya walaupun Indonesia sudah merdeka, kadang berubah tapi mentalitas tidak berubah. Menurut Riris K Sarumpaet (1976:205) sastra anak di Indonesia masih memprihatinkan, belum diperhitungkan dalam dunia sastra, sehingga tidak banyak penulis cerita anak yang profesional. Nama-nama pengarang cerita anak seperti Toha Mohtar, Dwianto Setyawan, Julius Sijaranamual, FX, Soesilo Moerti dan lain-lain kehilangan pamornya demi pegarang non-anak yang luput dari pengamat dan kritikus sastra.Â
Sebagai cerita anak-anak yang muncul di media cetak, apresiasi karya sastra anak cetak jarang dibahas, seolah-olah tidak dinilai sebagai karya sastra, meskipun kontribusinya sangat penting. Kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan peradaban manusia pada masa depan dikarenakan sastra anak memberikan kontribusi pada rasa emosional, intelektual, imajiner dan sosial anak, membentuk kepribadian yang mulia, memperkuat kreativitas anak, sehingga sastra yang baik untuk anak-anak akan berdampak pada kualitas anak. Sastra anak berperan penting dalam membangun sumber daya manusia sejak dini, sehingga kehadiran sastra anak tidak hanya hadir tetapi keberadaan sastra anak memberikan dampak yang luar biasa. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya perhatian semua pihak seperti, orangtua, pendidik, pemerintah bahkan satrawan Indonesia agar dapat menghasilkan SDM masa depan yang kualitasnya lebih baik dari SDM Indonesia saat ini.
Bentuk Sastra Anak Berbasis Digital
Setelah memahami bagimana sejarah berkembangnya sastra anak di Indonesia, mulai dari karya-karya yang tercantum di surat kabar, majalah, dan sebagainya yang masih belum banyak diperhatikan oleh pembaca khususnya anak-anak. Dengan kemajuan teknologi di era 4.O mendorong dan memotivasi sastrawan anak di Indonesia untuk lebih berkembang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan karya sastra anak pada masa kini tidaklah hanya terdapat pada surat kabar, majalah, dan buku saja namun dalam bentuk digital. Bentuk  digital yang dimaksud adalah aplikasi membaca karya sastra anak yang dapat diunduh serta dinikmati oleh para pembaca melalui gawai atau media elektronik lainnya. Salah satu aplikasi membaca anak yang memiliki berbagai macam karya sastra anak dari penulis lokal sampai internasional yakni aplikasi Let’s Read. Dalam aplikasi tersebut tersedia berbagai macam cerita anak mulai dari bahasa Indonesia, bahasa daerah, sampai bahasa internasional. Adanya aplikasi berbasis digital tersebut membuktikan bahwa sastra anak yang ada di Indonesia mulai berkembang serta semakin baik dan berkualitas. Bukan hanya dari segi karyanya, namun juga dalam segi sastrawan, pembaca, dan media pendukungnya.
Begitu panjang perjalanan sastra anak di Indonesia, mulai dari sastra anak yang masih memprihatinkan sampai kondisi sastra anak di masa kini yang mulai berkembang berbasis digital di era 4.O. Perjalanan sastra anak Indonesia sejak zaman Belanda sampai kini sudah ada, tetapi hanya sekadar ada. Di masa mendatang, berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkan kembali sastra anak agar tidak sekadar dianggap ada, tetapi turut mewarnai khasanah sastra di Indonesia dan memberi kontribusi yang positif untuk masa depan bangsa Indonesia. Maka sejak dini semua pihak diharuskan untuk peduli pada karya sastra anak. Kepedulian terhadap sastra anak sejatinya dimulai dari sastrawan Indonesia dalam menulis cerita anak yang berkualitas, mengapresiasi karya sastra anak yang ada dan tidak menilai kehadiran sastra anak sebagai sesuatu yang kurang punya nilai.