Mohon tunggu...
Alexander Gabriel Sae
Alexander Gabriel Sae Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa SMA

Siswa SMA Kolese Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merajut Kebersamaan dalam Keberagaman

17 November 2024   21:24 Diperbarui: 17 November 2024   21:31 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perbedaan kita adalah kekuatan kita sebagai spesies dan sebagai komunitas dunia"

 -- Nelson Mandela

Pada sekolah Kolese Kanisius kami memiliki program lintas agama, dimana kami yang mayoritas beragama Kristen Katolik harus tinggal di pesantren bersama beberapa hari. Program lintas agama ini dilakukan pada saat kelas 12, dan kegiatan ini dinamakan sebagai ekskursi. Saya dengan beberapa teman saya memiliki kesempatan untuk pergi dan tinggal selama beberapa hari pada Pesantren Al-Furqon. Ekskursi ke Pesantren Al-Furqon di Tasikmalaya adalah perjalanan yang penuh makna dan menjadi suatu pelajaran hidup. Pengalaman ini membuktikan bahwa perbedaan bukanlah penghalang ataupun sumber konflik  melainkan anugerah yang memperkaya kehidupan. Pada artikel ini saya akan menceritakan pengalaman dan opini saya selama tinggal di pesantren Al-Furqon dan berkenal dengan santri-santri disana. 

Ketakutan dan Kekhawatiran

Ketika mendengar bahwa kami ke pesantren, rasa khawatir sempat muncul di benak pikiran. Kekhawatiran muncul dari anggapan bahwa pesantren adalah tempat tertutup, khusus untuk mendalami agama Islam. Dalam benak saya, para santri mungkin tidak akan menerima kedatangan kami, yang berasal dari latar belakang budaya dan kepercayaan berbeda.  Saya khawatir para santri tidak akan bergaul dengan kami karena kehidupan kami sehari-hari tengah kota yang sibuk, bising  dan mereka tinggal di pesantren yang sunyi dan religius.  

Namun, perjalanan panjang menuju Tasikmalaya mulai mengubah perspektif saya. Sesampainya di pesantren, saya menyaksikan sambutan hangat dari para santri dan santriwati. Setelah keluar dari bis mereka berbaris satu-satu bersalaman dan berkenalan dengan kami. Ketakutan saya perlahan berkurang ketika kami saling berkenalan. Kesederhanaan mereka menghadirkan rasa nyaman, sekaligus menyadarkan saya bahwa stereotip yang saya bayangkan dan yang saya prasangka itu tidak benar. 

Salah satu momen yang paling membekas adalah kunjungan ke curug dan pemandian air panas. Di tengah percakapan santai sambil menikmati kehangatan air, suasana penuh kebersamaan terpancar. Interaksi yang terjalin menciptakan ruang untuk saling memahami, tanpa memandang perbedaan agama, bahasa, atau budaya. Kami juga bermain dan berkompterisi dengan mereka, seperti bermain sepak bola dan bola basket. Sesi olahraga ini juga menjadi momen bagi kami membangun keakraban dan persahabatan. Keterlibatan aktif ini menunjukkan bahwa persahabatan dan solidaritas dapat terjalin hanya dengan semangat saling menghargai. 

Kehidupan di pesantren sangat begitu kontras dengan apa yang kita kenal di kota metropolitan seperti Jakarta. Para santri menjalani rutinitas dengan disiplin, mulai dari menghafal ayat-ayat Al-Qur'an, belajar,  doa lima waktu. Keahlian mereka dalam berbagai bahasa seperti Sunda, Indonesia, Arab, dan Inggris sungguh menakjubkan dan membuat saya heran. Pesantren Al-Furqon ini juga memiliki program dimana para santri dan santriwati disana harus mengajar materi sekolah SD sampai dengan SMP. Pengajaran ini bukan hanya dilakukan menggunakan Bahasa Indonesia tetapi juga harus menggunakan bahasa Inggris dan Arab. Sebelum mengajar mereka juga harus mencatat setiap hal, detail kecil yang mereka akan bicarakan dan tampilkan pada papan tulis. Lingkungan yang terstruktur ini membentuk karakter mereka menjadi tangguh dan berfokus pada nilai-nilai spiritual.

Melalui interaksi sehari-hari, saya menyadari bahwa keberagaman dalam budaya dan kepercayaan memperkaya kehidupan. Anak-anak pesantren, meskipun hidup dalam aturan yang ketat, menyambut kami dengan hangat dan hati terbuka. Sikap mereka mengajarkan bahwa kebaikan tidak mengenal batas keyakinan dan perbedaan. 

Perbedaan adalah Kekuatan

Pengalaman ini menegaskan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk membatasi diri. Sebaliknya, perbedaan adalah peluang untuk belajar dan tumbuh. Seperti yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, "Kemampuan kita untuk mencapai kesatuan dalam keberagaman akan menjadi keindahan dan ujian bagi peradaban kita." Dunia yang semakin terhubung membutuhkan individu yang mampu melihat perbedaan sebagai kekuatan bukan sebagai masalah. Mengkotakkan diri hanya akan menciptakan kebencian yang tak berarti. Sebaliknya, memanfaatkan perbedaan untuk menjalin persaudaraan akan memperkaya wawasan dan memperkuat solidaritas. Ekskursi ini juga menegaskan pentingnya pendidikan lintas budaya sebagai jembatan pemahaman dan kesolidaritasan. Dengan memperluas wawasan melalui pengalaman langsung, kami dapat mengurangi prasangka dan membangun hubungan yang lebih harmonis.

Ekskursi ke Pesantren Al-Furqon bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin yang mendalam. Saya belajar bahwa dalam keragaman, terdapat  yang luar keindahan biasa. Pesan yang ingin saya bawa pulang dari pengalaman ini adalah bahwa mencintai perbedaan adalah langkah awal untuk menciptakan dunia yang lebih damai.

Salah satu dari santri  yang bernama Sidqi pernah mengatakan, "Pelangi menjadi indah karena warnanya yang beragam. Jika pelangi hanya satu warna apakah kita akan terpukau melihatnya?" Dari pengalaman ekskursi ini, saya yakin bahwa Tuhan menciptakan perbedaan untuk mengisi hidup kita dengan warna. Jika kita semua sama maka hidup kita akan membosankan dan monoton. Maka dari itu perbedaan bukan menjadi sumber isu atau konflik melainkan menjadi kekuatan dan keindahan dalam kehidupan kita, karena ini ada baiknya kita menerima dan melestarikan perbedaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun