Pengalaman ini menegaskan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk membatasi diri. Sebaliknya, perbedaan adalah peluang untuk belajar dan tumbuh. Seperti yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, "Kemampuan kita untuk mencapai kesatuan dalam keberagaman akan menjadi keindahan dan ujian bagi peradaban kita." Dunia yang semakin terhubung membutuhkan individu yang mampu melihat perbedaan sebagai kekuatan bukan sebagai masalah. Mengkotakkan diri hanya akan menciptakan kebencian yang tak berarti. Sebaliknya, memanfaatkan perbedaan untuk menjalin persaudaraan akan memperkaya wawasan dan memperkuat solidaritas. Ekskursi ini juga menegaskan pentingnya pendidikan lintas budaya sebagai jembatan pemahaman dan kesolidaritasan. Dengan memperluas wawasan melalui pengalaman langsung, kami dapat mengurangi prasangka dan membangun hubungan yang lebih harmonis.
Ekskursi ke Pesantren Al-Furqon bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin yang mendalam. Saya belajar bahwa dalam keragaman, terdapat  yang luar keindahan biasa. Pesan yang ingin saya bawa pulang dari pengalaman ini adalah bahwa mencintai perbedaan adalah langkah awal untuk menciptakan dunia yang lebih damai.
Salah satu dari santri  yang bernama Sidqi pernah mengatakan, "Pelangi menjadi indah karena warnanya yang beragam. Jika pelangi hanya satu warna apakah kita akan terpukau melihatnya?" Dari pengalaman ekskursi ini, saya yakin bahwa Tuhan menciptakan perbedaan untuk mengisi hidup kita dengan warna. Jika kita semua sama maka hidup kita akan membosankan dan monoton. Maka dari itu perbedaan bukan menjadi sumber isu atau konflik melainkan menjadi kekuatan dan keindahan dalam kehidupan kita, karena ini ada baiknya kita menerima dan melestarikan perbedaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H