Mohon tunggu...
Agafe Logos Silvester Naibaho
Agafe Logos Silvester Naibaho Mohon Tunggu... wiraswasta -

wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Analisis "Jokowi Effect" Tidak Ngefek

10 April 2014   11:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta yang juga merupakan bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. (KOMPAS.COM/VITALIS YOGI TRISNA)

[caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="Gubernur DKI Jakarta yang juga merupakan bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. (KOMPAS.COM/VITALIS YOGI TRISNA)"][/caption] Banyak orang dan juga dari tokoh-tokoh Partai tetap selalu menunjuk tidak efeknya Jokowi di Pileg 2014 ini, sementara partainya sendiri pada jeblok, tetapi tetap mencari kambing hitam, yaitu Jokowi. Jokowi tidak ngefeklah, biasa-biasa saja, dan banyak komentar-komentar lainnya.

Tetapi, terlepas dari hal tersebut itu sah-sah saja, tidak ada yang salah di situ, karena memang semua partai menginginkan hasil yang signifikan bagi partainya masing-masing, dan para partai tersebut juga merasa bersyukur karena partai-partainya tidak jeblok terlalu jauh dari perkiraan-perkiraan survei-survei sebelumnya.

Dalam, tulisan inisial, Penulis Mencoba untuk menganalisis kenapa hasilnya Pileg PDIP tidak sesuai dengan target PDIP yang lebih daripada 27% , walaupun di atas 20% saja seharusnya PDIP sudah bisa mencapreskan sendiri tanpa perlu koalisi dari partai lain.

Dari Hasil pengamatan Penulis, Penulis membagi ke dalam, 2 faktor, yaitu:

a.Faktor Internal.

b.Faktor Eksternal.

Adapun Faktor-Faktor internal tersebut adalah:

a.Ketika mencalonkan Jokowi sebagai capres Indonesia dari PDIP Perjuangan, PDIP sepertinya ada kesalahan dalam membuat perencanaan. PDIP sepertinya kurang mempersiapkan dampak mencalonkan PDIP tersebut. Seperti dalam pembuatan iklan, atau dalam penggiringan opini. PDIP sepertinya tetap membiarkan bola liar bergerak ke sana kemari, atau kemungkinan PDIP terlalu percaya diri kemenangan sudah di tangan. PDIP memang ada membuat iklan di Youtube, tetapi itu sudah terlalu lambat, dan mepet waktunya, sehingga sosialisasi iklan di Youtube itu tidak terlalu besar karena waktunya hanya beberapa menuju pencoblosan.

b.PDIP sadar akan dampak pencapresan Jokowi, akan mendapat serangan yang bertubi-tubi dari berbagai kelompok, tetapi kesannya PDIP tidak siap untuk menghadang atau mencekal semua itu. PDIP ketika mendapat serangan-serangan yang bertubi-tubi tersebut, kurang dapat memberikan jawaban yang maksimal, dan dalam menanggapi serangan-serangan tersebut terlalu lambat untuk mengkounternya sehingga serangan-serangan itu sangat efektif mengurangi tingkat kesukaan terhadap PDIP tersebut.

c.PDIP dalam mensosialisasikan tag “INDONESIA HEBAT” itupun kurang massif. Padahal kalau PDIP memang mengutamakan konsep Kebangsaan seharusnya PDIP menjelaskan apa itu tag INDONESIA HEBAT itu.

d.PDIP ada sedikit kesalahan di mana PDIP tetap mengajak Jokowi kampanye ke mana-mana, sehingga menimbulkan tafsiran bahwa seakan-akan Jokowi ini pun haus kekuasaan, dan kesannya manut-manut kepada PDIP. Padahal sebenarnya kalau Jokowi akhirnya memang harus dibutuhkan untuk kampanye di luar DKI seharusnya dengan hanya mengunjungi 2 daerah saja dan di 2 daerah ini di situlah harus dimaksimalkan pemberitaannya bahwa 2 daerah inilah sebagai simbol PDIP sebagai partai penjaga dan pendukung NKRI.

e.PDIP di waktu kampanye kurang memaparkan visi dan misi mau dibawa kemana negara ini, apakah mau ke arah pertaniankah, industrikah, atau kelautankah, atau teknologikah.

Dan faktor-faktor eksternal, penulis amati ada beberapa hal yang membuat faktor tidak efeknya Jokowi di Pileg ini, yaitu:

1.Berhasilnya kekuatan media yang berafiliasi dengan partai-partai politik tertentu untuk menghadang “Jokowi Effect” tersebut setelah ada wacana Jokowi diberi mandat oleh PDIP untuk menjadi capres dari PDIP. Di mana porsi pemberitaan-pemberitaan kampanye PDIP sepertinya tidak bergaung dan seakan-akan seperti biasa-biasa saja. Padahal sebelum dideklarasikan pencapresan Jokowi oleh PDIP, masalah sepatu jokowi yang sudah lusuh saja diberitakan, masalah baju yang dipakai saja diberitakan beli di mana, harga berapa, dan berita-berita lainnya yang tidak berhubungan dengan Jokowi sebagai gubernur DKI.

2.Berhasilnya penggiringan opini: PDIP No…. Jokowi Yesss… Ini juga salah satu momen di mana PDIP tidak dengan cepat mengkounternya. PDIP tetap membiarkan bola liar ini berkembang ke sana kemari.

3.Berhasilnya permainan perang di dunia maya baik di Twitter, Facebook, Kompasiana, dll. dalam pernyataan bahwa PDIP sebagai partai terkorup di Indonesia.

4.Berhasilnya penggiringan opini bahwa Megawati menjual segalanya dalam pemerintahannya Megawati waktu dulu, di mana di sini orang-orang PDIP tidak cepat mengkounternya juga, PDIP ketika mengkounternya juga terlalu lama sehingga stigma bahwa Mega menjual Indosat, BUMN-BUMN lainnya membuat para pemilih jadi kebingungan.

5.Ketika hasil survei-survei menunjukkan partai-partai Islam akan jeblok, dan ternyata di hasil Pileg versi quick count tidak terbukti malah PKB hampir naik 100% dari pemilu sebelumnya, adalah juga mungkin disebabkan juga pengaruh dari pernyataan-pernyataan yang disebarkan melalui broadcast mp3 pada tanggal 8 April yang berisikan dakwah di mana suara itu seperti dari ketua umum FPI Habib Rizik, yang mana inti dari isi dakwah tersebut adalah pernyataan haram hukumnya memilih caleg-caleg non-Islam. Secara tidak langsung pernyataan-pernyataan ini membuat sebagian para pemilih muslim jadi berpikir ulang untuk memilih partai nasionalis, dan ini juga akibatnya berdampak kepada penurunan suara Partai Nasionalis secara umum dan PDIP pada khususnya, sehingga pemilih akhirnya kembali ke PKB atau partai Islam lainnya.

Itulah menurut hasil analisis penulis mengapa sepertinya “Jokowi Effect tidak Ngefek”. Tetapi di luar daripada tidak ngefeknya hasil dari “Jokowi Effect” di sini penulis melihat, PDIP berhasil secara positif mengamankan 19% suara, dengan tidak mengeluarkan banyak dana kampanye dibandingkan dengan partai-partai besar lainnya yang habis-habisan dalam menaikkan branding Partai. PDIP berhasil melakukan pengkaderan dan menghidupkan mesin partainya dengan baik walaupun dikeroyok ramai-ramai.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa PDIP dalam rangka Pilpres mendatang, mulai sekarang harus sudah mendata kira-kira serangan-serangan apakah yang mungkin akan muncul, dan bagaimanakah kira-kira strategi yang dipakai untuk mengkounter di dalam menghadapi serangan-serangan hitam tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun