Ini terjadi sejak Narsih datang beberapa hari yang lalu. Setelah sekian lama berpisah tanpa sebuah alasan. Alasan yang tidak pernah ditanyakan oleh Tajarudin sekali pun.
Apa mungkin hati akan bertaut?
___
Ada banyak hal yang bisa berubah di dunia ini. Seperti menemukan kembali sesuatu yang sudah lama pergi. Harapannya sama, seperti masa lalu penuh bahagia. Tapi kenyataan kadang bisa meruntuhkan gunung es yang terlihat kokoh, mencipta longsor, membunuh seseorang. Dan orang itu adalah Tajarudin.
Pada akhirnya Narsih akan bertanya, ada apa dengan mereka? Acap kali pertanyaan itu muncul Tajarudin tidak pernah punya jawaban. Lalu satu ketakutan muncul di benak Narsih, takut kehilangan.
Mereka coba bertahan sambil berharap semuanya semakin membaik. Dan semuanya malah semakin memburuk.
___
Rasanya memang sakit, perih tak tertahankan. Namun akan lebih sakit lagi jika tidak disudahi. Mempertahankan batu bundar di ujung jurang, sama halnya dengan menunggu waktu bahwa suatu saat batu itu akan tergelincir dan hancur di antara batu karang yang ada di bawah jurang. Pun batu tadi tidak hancur, hempasan gelombang jelas akan menerjangnya, membuatnya terbelah, pecah, atau malahh musnah.
“Jadi lepaskan saja jabatan tanganmu.” Ucap Tajarudin pada suatu kesempatan. “Aku harus pergi, aku harus berhenti menyiksa hatimu yang tulus mencintaiku.”
Narsih bergeming. Kaca di matanya pecah, sungai mengalir menuju laut. Tapi laut sudah menjadi biru, tak mungkin menjadi keruh.
___