Mohon tunggu...
Loganue Saputra Jr.
Loganue Saputra Jr. Mohon Tunggu... Farmasis -

Hobi baca, nonton, video game, dan sering kali sedikit narsis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pamit

30 April 2016   00:30 Diperbarui: 30 April 2016   00:42 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini terjadi sejak Narsih datang beberapa hari yang lalu. Setelah sekian lama berpisah tanpa sebuah alasan. Alasan yang tidak pernah ditanyakan oleh Tajarudin sekali pun.

Apa mungkin hati akan bertaut?

___

Ada banyak hal yang bisa berubah di dunia ini. Seperti menemukan kembali sesuatu yang sudah lama pergi. Harapannya sama, seperti masa lalu penuh bahagia. Tapi kenyataan kadang bisa meruntuhkan gunung es yang terlihat kokoh, mencipta longsor, membunuh seseorang. Dan orang itu adalah Tajarudin.

Pada akhirnya Narsih akan bertanya, ada apa dengan mereka? Acap kali pertanyaan itu muncul Tajarudin tidak pernah punya jawaban. Lalu satu ketakutan muncul di benak Narsih, takut kehilangan.

Mereka coba bertahan sambil berharap semuanya semakin membaik. Dan semuanya malah semakin memburuk.

___

Rasanya memang sakit, perih tak tertahankan. Namun akan lebih sakit lagi jika tidak disudahi. Mempertahankan batu bundar di ujung jurang, sama halnya dengan menunggu waktu bahwa suatu saat batu itu akan tergelincir dan hancur di antara batu karang yang ada di bawah jurang. Pun batu tadi tidak hancur, hempasan gelombang jelas akan menerjangnya, membuatnya terbelah, pecah, atau malahh musnah.

“Jadi lepaskan saja jabatan tanganmu.” Ucap Tajarudin pada suatu kesempatan. “Aku harus pergi, aku harus berhenti menyiksa hatimu yang tulus mencintaiku.”

Narsih bergeming. Kaca di matanya pecah, sungai mengalir menuju laut. Tapi laut sudah menjadi biru, tak mungkin menjadi keruh.

___

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun