Mohon tunggu...
Loganue Saputra Jr.
Loganue Saputra Jr. Mohon Tunggu... Farmasis -

Hobi baca, nonton, video game, dan sering kali sedikit narsis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sumur Harapan

31 Juli 2015   07:44 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:25 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

~

Ada memegang gandar pancing, dia membisu seperti biasa menunggu umpan pancingnya di makan ikan, tapi hingga sore datang tak satu ikan pun didapatnya. Dia menyalakan mesin speedboat dan pulang dengan tubuh lesu. Sudah 5 tahun setelah kematian anaknya Nur yang ditemukan tak bernyawa di dalam sumur di belakang rumahnya, dan sudah selama itu juga dia jarang bicara daripada biasanya. Dia mengajukan pensiun dini lalu memulai hidup sepi yang penuh kesendirian. Anakknya Nov harus pindah ke kota karena suaminya ditugaskan disana sedangkan anaknya Dia baru saja menikah dan tinggal bersama suaminya di kota juga. Baik Nov atau pun Dia sering kali membujuk Ayah mereka itu untuk tinggal bersama salah satu dari mereka, namun Ada selalu menolak, dia bilang dia tidak apa-apa sendirian. Maka untuk mengurus rumah, Nov mempekerjakan seorang asisten rumah tangga paruh waktu. Awalnya Ada menolak tapi karena Nov dan Dia bersikeras maka Ada pun tak bisa berbuat apa-apa.

Ada lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memancing dan juga  menyendiri di pintu belakang sambil memandang sumur yang sudah kembali ditutup itu. Karena sering disana dia pun akhirnya membuka tutup sumur tadi, masuk ke dalamnya menggunakan tali yang diikatnya seperti tangga dan berdiam beberapa menit disana merenung dan kadang menangis. Tak ada yang tahu bahwa Ada sering ke dalam sumur itu, hanya dia dan mungkin sumur itu sendiri yang tahu.

Dan suatu ketika Ada tertidur di dalam sumur itu, saat terbangun dia keluar memanjat ke atas dia terkejut ketika mendapati lingkungan sekitarnya terasa asing di mata. Bunga-bunga indah bermekaran, dedaunan sakura berguguran bagai di musim sepi dari langit, lalu di ujung tebing diseberang sumur tempat dia keluar terdapat sebuah pohon yang terlihat hampir mati. Pohon itu tidak memiliki daun satu pun, dia hanya memiliki ranting-ranting yang merekah bagaikan cakar yang bercabang. Di ranting-ranting itu tergantung kertas-kertas yang berisikan ingatan-ingatan terlupakan.

Ada berjalan ke bawah pohon tadi dan berhenti sambil melengah melihat kearah ingatan-ingatan itu. Itu bukan ingatannya, itu adalah ingatan orang-orang yang tidak dikenalnya. Lalu dia duduk bersandar di pohon tadi mengeluarkan pita ingatannya, memeriksanya dengan seksama lalu memotong ingatan itu begitu saja bagaikan gulungan film. Potongan ingatan tadi digantungnya di pohon kemudian dipandanginya dengan perasaan yang berubah seketika, tiba-tiba saja semua ingatan yang dipotong tadi berubah kabur, menghilang dan dilupakan untuk selama-lamanya

Suara mesin kapal berlalu membangunkan Ada yang tertidur di atas speedboat, dia menunggu pancingnya yang sudah lama terendam di sungai. Dia pun menarik gandar pancing, menggulung tali pancing hingga mata pancing terangkat kepermukaan, cacing yang terkait di mata pancing sudah putih karena terlalu lama direndam.

“Ayah lama sekali tertidur!,” ucap seorang bocah lelaki yang berdiri di samping Ada mengomentari umpan pancing yang sudah memutih.

Ada menoleh kearah bocah tadi lalu tersenyumm tanpa mengucapkan sepatah kata pun.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun