“Aku juga demikian,” Bangau membenarkan.
“Untung saja ada perjalanan ini ya,” Berang-berang memandang kedua saudaranya itu. “Jika tidak kita akan seperti orang bodoh selamanya.”
“Jadi kau menyukai perjalanan ini?,” goda Jerapah.
“Dibagian ininya, sedangkan sisanya...” Berang-berang menggeleng ngeri.
“Kau harus bertahan karena sebentar lagi kita akan melanjutkan perjalanan.” Ucap Bangau mengingatkan.
Berang-berang menggelengkan kepala. “Boleh tidak perjalanan ini dipercepat.” Nada Berang-berang penuh mohon.
Bangau dan Jerapah pun mentertawakan ucapan Berang-berang, lalu mereka bertiga tertawa bersama-sama. Jarang sekali mereka bertiga bisa selepas itu tertawa!.
~
Senja datang tanpa bisa dihindari, perjalanan terus berlanjut. Berang-berang tertidur sedangkan Bangau berkonsentrasi menyetir. Jerapah melengak melihat langit, dan sepertinya sebenatr lagi hujan akan turun.
Sambil menjenguk di pintu belakang, Jerapah memberitahu Bangau. “Sepertinya akan turun hujan, aku akan memasang tutup bak dulu.”
Bangau memperlambat laju truk dan sesekali memerhatikan Jerapah dari kaca spion. Jerapah mengikat tutup bak di ke-4 sudut bak namun ketika ingin mengikat sudut terakhir sebuah ranting pohon menjulur cukup panjang, karena Jerapah tidak meyadarinya maka lehernya yang panjang tersangkut di ranting tadi, dia terjerebak dan terhempas ke dinding bak. Bangau yang baru menyadari itu ketika melihat ke kaca spion mendadak menghentikan truk. Dibangunkannya Berang-berang dan diberitahunya apa yang terjadi. Jerapah pingsan dengan leher agak memar.