Mohon tunggu...
Nur Lodzi Hady
Nur Lodzi Hady Mohon Tunggu... Seniman - Warga negara biasa

Seorang pembelajar yang mencintai puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jakarta Sore Itu

9 April 2011   15:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Riuh kota bingar di tengara musim musim bunting. isi kepala riuh berlesatan di antara kemacetan jalan-jalan protokol. puisi puisi silap di balik nota dan tumpukan progress report bilik bilik usaha.

Suara emas gemerincing di beberapa sudut, bersamaan dengan suara jerit sayat di lipatan tanah yang lainnya. kota telah menjelma meja judi yang besar...  puisi puisi ketlingsut di tumpukan chip coin dan kartu, terhimpit di belahan payudara hostes dan pramuria ...

Wajah mereka tampak mulai letih di suatu malam dan menangis batin dalam dengus nafas lelaki yang melepas lelah. senyumnya bagai boneka malam yang ringkih.  jiwanya terlampau mabuk.. dan puisi tak sempat menampung air matanya..

Dan remaja remaja... sore itu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun