“Arianna, kau tidak sendiri. Aku pun turut memikirkan dan merasakannya. Makna akan keberadaan diriku dalam kehidupan ini. Mari berharap kita bersama-sama dapat menemukannya. Setidaknya, kita berdua dapat merasakan apa yang dinamakan kebahagiaan.”
Aku mengangguk pelan, seraya memberikan senyuman lembut padanya. Sosok pria yang selama ini kukenal dan menjadi pelabuhan hati pertama sekaligus terakhirku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!