“Arianna, kau tidak sendiri. Aku pun turut memikirkan dan merasakannya. Makna akan keberadaan diriku dalam kehidupan ini. Mari berharap kita bersama-sama dapat menemukannya. Setidaknya, kita berdua dapat merasakan apa yang dinamakan kebahagiaan.”
Aku mengangguk pelan, seraya memberikan senyuman lembut padanya. Sosok pria yang selama ini kukenal dan menjadi pelabuhan hati pertama sekaligus terakhirku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!