Semua dimulai dari seorang Henry Dunant yang menyaksikan langsung korban luka-luka dan korban mati akibat peperangan yang terjadi antara Austria dan Perancis pada tahun 1859, di kota Solferino, negara Italia bagian utara.
Henry Dunant sendiri adalah seorang berkebangsaan Swiss - Perancis yang lahir di Jenewa pada tgl 8 Mei 1828, dan dia bukan saja hanya seorang pembisnis sekaligus penulis, akan tetapi diapun seorang aktifis.Â
Berangkat dari kegetiran batin akibat melihat ribuan korban meregang nyawa tanpa pertolongan, sisi kemanusiaan Henry Dunant merangsang otak untuk memunculkan sebuah gagasan tentang pembentukan organisasi atau TEAM RELAWAN yang tugas dan fungsinya secara khusus memberi pertolongan pada korban peperangan.
Tak ingin gagasanya hanya sebatas mimpi yang mengambang di awang-awang, Henry Dunant akhirnya menuangkan gagasan besarnya itu kedalam buku yang ia terbitkan pada tahun 1862, dan ia beri judul "Un Souvenir Of Solferino". Atau dalam bahasa kita artinya adalah "kenang-kenangan dari Solferino".
Niat baiknya berbuah hasil Gaes. Bak gayung bersambut, buku yang ia terbitkan itupun menggemparkan suluruh daratan Eropa. Hingga pada tanggal 17 Pebruari 1863, beberapa warga terkemuka Swiss berkumpul di Jenewa untuk bergabung dengan Henry Dunant guna mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. Dan sejak itu terbentuklah Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang terluka, "International Committee for Aid to Wounded Soldiers", lalu 12 th kemudian berubah menjadi "komite internasional palang merah atau International Committee of The Red Cross".
Tercatat dalam sejarah, bahwa semenjak komite itu di buat, banyak sekali negara-negera di dunia yang menyambut baik gagasan itu. Hingga setiap negara membentuk Team relawan untuk negaranya masing-masing. Austria sendiri misalnya, negara itu membentuk Team relawan yang mereka tandai dengan logo bendera warna putih sebagai identitas Team Relawan. Akan tetapi berbeda dengan negara Perancis yang menjadi musuhnya. Perancis justru menggunakan warna merah sebagai identitas untuk Team relawanya. Lalu di susul negara-negara lain yang juga menggunakan warna berbeda.
Nah, disinilah terjadi kekacauan atau Misskomunikasi. Team relawan yang semestinya terlarang untuk diserang, justru malah ikut diburu sebab logo yang dibawa tak dikenali oleh pihak lawan.
Maka semenjak itu, di tahun 1863 dibuatlah Konferensi Internasional yang diikuti hampir seluruh negara di dunia guna menentukan satu LOGO saja sebagai identitas Team relawan. Dan satu tahun setelah konferensi itu, di tahun 1864, disepakati logo PALANG MERAH sebagai Team relawan atau Team Medis setelah mendapat suara dukungan dari 153 negara, meski ada sekitar 43 negara yang memilihi logo Team relawan itu dengan logo Bulan dan Bintang.
"Intrupsi, Jack!".
"Silahkan, Panjul".
"Lalu kenapa para delegasi konfernsi itu lebih memilih logo Palang merah ketimbang logo yang lain?".
"Pertanyaan cerdas! Coba perhatikan kembali catatan sejarah di atas. Henry Dunant berasal dari negara mana?".
"Swiss".
"Bendera Swiss motifnya apa?".
"Latar belakang merah dengan tanda 'PLUS' warna putih".
Bukan hanya dimaksudkan sebatas pengingat bagi warga dunia tentang dari negara mana Henry Dunant berasal, tapi pemilihan replika bendera Swiss itu juga merupakan ungkapan rasa terimakasih dunia atas gagasanya. Bentuk penghargaan tertinggi atas jiwa sosialnya, dan juga merupakan penghormatan mendalam atas kepedulianya terhadap kemanusiaan. Oleh karna itulah Henry Dunant di tasbihkan sebagai "Bapak Palang Merah Dunia". Karena hal itu pula lah tahun 1901 "Nobel Perdamaian" diberikan padanya.
Jadi tidak benar itu jika ada yang mengatakan bahwa logo palang merah adalah lambang atau simbol-simbol keagamaan tertentu. Sama sekali tidak ada kaitanya dengan ranah kepercayaan".
"Bodoh orang yang mengatakan itu".
"Ih, ini beneran, Jack. Bahkan ada yang berpendapat bahwa dipilihnya logo yang mirip salib itu, katanya adalah merupakan agenda kristenisasi yang terselubung dari para kaum vampir".
"Nah, jauh lebih bodoh lagi adalah orang-orang yang percaya dengan hayalan tingkat tinggi itu. Kan sudah saya jelaskan di atas sejarah kenapa logo Palang Merah dibuat?!".
"Hahaaaa. Sial..! Oke, oke. Terus kenapa tidak logo Bulan Bintang saja yang dipilih?".
"Siapa bilang? Ada 43 negara yang menggunakan logo Bulan Bintang sebagai identitas Team Relawan negaranya, kok. Turki dan Malaysia adalah salah satu negara yang menggunakan logo Bulan Bintang itu!".
"Ya jangan lah".
"Kenapa?".
"Nanti disangka Bendera Partai milik ahli hukum tata negara".
"Hahahaaa..! Kampret. Gue serius, Jack".
"Tanya aja ke pak JK sebagai ketua umum Palang Merah Indonesia. Bukan saya yang memiliki wewenang untuk menjawabnya".
"Baiklah. Terus bagaimana cara kita menyikapi ajakan oknum Ustad yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mengganti logo Palang Merah itu dengan logo Bulan Bintang?".
"Ketawain aja lah".
"Tapi kelihatanya dia serius lho. Malah doi sedikit memoles gagasanya itu dengan dasar-dasar agama".
"Sudah tertebak kan arahnya kemana?".
"Bahkan dia juga menggunakan negara Turki dan Malaysia sebagai negara percontohan atas ajakanya lho, Jack".
"Ini Indonesia, Panjul. Bukan Turki apalagi Malaysia. Nehi nehi ya!".
"Kalau dia ngotot?".
"Ya suruh pindah aja ke Turki atau Malaysia!".
"Suruh ngapain di sana?".
"Suruh jualan ini".
"Memang ini apa?".
"Itu mah Softex merah. Hahahhaaaaa..!".
"Nah, itu tau. Faham kan bedanya?".
"Jelas faham lah!".
"Apa coba?".
"Kalau Palang Merah adalah kode bahwa Team relawan tidak boleh di tembak...".
"Kalau Softex merah?".
"Kode bahwa bini lu lagi gak boleh lu tembak!".
"Pintaaaarr..!".
"Hahahhahaaaaa...! Bubaaaar.. Bubaaaarrr.. Bubaaaaarrr..!
**
Silahkan berkunjung ke web saya Gaes.
www.jacksoarrow001.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H