Mohon tunggu...
Daniel Simanullang
Daniel Simanullang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lucid Dreamer/ Tarot Reader/ Pengamat Sepakbola/ Pecinta Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Penuntut Bertopengkan Cinta Sejati

6 Agustus 2014   00:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:20 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku akan bercerita kepada mu tentang rahasia kecil hari ini.

Bertemu dengan seorang ratu yang penuh cinta dan harapan akan kejujuran orang-orang yang datang kepadanya.

Orang- orang  tersebut mengharapkan isi mangkuk yang ia pegang yang bernama cawan cinta sejati.

"Cinta sejati bukan berbicara tentang sehidup semati, tapi cinta sejati adalah sebuah filosofi 'kita tetap hidup dalam diri pasangan kita sekalipun nama kita tinggal nama di dunia ini ' ."

Itulah yang tertulis di cawan yang ia pegang.

Cinta bukan berbicara tentang cinta saja,

kita tidak bisa menafikan bagaimana sebuah cinta didasari juga oleh yang namanya materi.

Apakah kamu mampu membagi hidup dengan cinta sejatimu dengan hanya cinta saja?

Jika kamu cinta dia, berikan dia kehidupan dengan mengubah cinta itu dengan materi yang membangun raganya.

Sebab makanan jiwa dan raga berbeda sekalipun kau membungkusnya dengan nama cinta. saat kamu memenuhinya dengan takaran yang tepat maka menara cinta sudah kamu bangun dengan dasar pengorbanan yang sesuai.

Pengorbanan adalah tuntutan cinta, namun jangan sampai cinta itu membuat kamu memberi pengorbanan yang bodoh.

Jika pengorbananmu menuntut kamu kehilangan jati diri dan identitasmu, buanglah cinta itu karena sejujurnya ia tidak mencintaimu. Dia hanya membodohimu dengan kehausan imajinasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun