Kembali kuselonjorkan kakiku, berharap bisa kembali terlelap tapi tetap tidak bisa, sampai akhirnya waktu subuh menjelang. Kuambil air wudhu dan ikut menunggu solat subuh bersama jamaah lainnya. Solat subuhnya ramai, banyak yang pakai rompi seragam, kuperhatikan mereka satu satu, ternyata dari sebuah partai hijau yang sedang mengadakan temu caleg sejatim. Selepas subuh, kukembali duduk didekat beduq sambil berzikir dan… aku terlelap. Suara berisik membangunkanku, puluhan orang sudah berbaris dilapangan dekat masjid, dengan baju olahraga disertai atribut partai. Mereka menunggu seseorang, nampaknya orang penting yang akan membuka gerak jalan sehat mereka. Dari megaphone seorang panitia, kuketahui bahwa yang akan hadir adalah seorang menteri, ya .. mentri kehutanan, pemimpin partai mereka.
Jam 7 pagi, rombongan gerak jalan sudah meninggalkan Asrama, Aku langsung beranjak pergi sebelum mereka kembali lagi. Ku tunggu taxi kosong yang lewat, aku tidak bisa menelepon taxi, tak ada simcard lokal di HPku. Untungnya, tak berselang 30 menit, sebuah taxi kuning agak kusam memghampiriku, Aku lantas naik dan meluncur ke stasiun gubeng. Di sana, aku langsung menuju warung nasi rawon, kupesan sepiring dengan air putih saja. Selepas sarapan taklupa aku meminum obat andalanku antangin, semoga obat ini bisa menghantarkanku sampai rumah dibanyuwangi.
Masih satu jam lagi, kereta Mutiara Timur yang akan membawaku meluncur ke ujung timur pulau ini akan tiba. Kuambil tempat duduk dan tertidur lelap tigapuluh menitan. Beberapa menit kemudian keretanya tiba, kuharap bisa beristirahat di dalam. Tiket eksekutif ditanganku yang dibelikan oleh suami temanku dan masih aku hutang akan menjadi jaminan istirahat nyaman di gerbong berpendingin. Yah!, aku langsung naik dan mencari tempat dudukku, cukup nyaman. Keretanya mulai beranjak tepat jam 9.14, InsyaAllah akan nyaman, gumamku. Lima menit berlalu, AC kereta mati, Petugas KA lantas datang dan meminta maaf, karena AC ada masalah. AllahuAkbar, KA menjadi panas. 6 jam di dalam kereta eksekutif yang panas. Keringatku bercucuran, walau jaket telah kulepas.
Ya Allah. Tak ada satu kejadianpun dimuka bumi ini yang berada diluar kontrol Sang Maha Pencipta, semua kejadian yang menimpaku telah tercatat di sana. Hanya keihlasan saja yang pantas membalut diriku ini, ku teringat pesan professorku ketika berpamitan: ” kamu hanya perlu bersabar untuk sukses, aku yakin kamu punya kemampuan, kamu pasti bekerja keras, yang terpenting bagimu adalah bersabar untuk bertahan hidup di sini“
Ya Allah, aku rela serela relanya. Jadikan aku hambamu yang selalu sabar, ikhlas menjalani hidup dan menjadi pemenang dalam pertarungan hidup ini. Selamatkan aku dari badai dan terpaan gelombang besar yang mungkin akan kuhadapi di kemudian hari.
bersambung…
Bersabar, Kekuatan Tersembunyiku (2)
Bersabar, Kekuatan Tersembunyiku (3-habis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H