Mohon tunggu...
Arieans_Saputra
Arieans_Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

MNAE

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kiai Tumenggung Jayapati, Sepenggal Perjuangan Rakyat Batang Alai

31 Agustus 2021   09:00 Diperbarui: 2 September 2021   11:32 1913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasukan Von Ende menyebarangi Sungai Batang Alai (1860), litografi karya C.F. Kelley (1887)

Ekspedisi Von Ende tanggal 25 – 26 Oktober ke Bulanin

Pada tanggal 25 Oktober 1860, Von Ende mendapat informasi bahwa sehari sebelumnya Demang Lehman bersama 30 orang pengikutnya berada di Intangan (2 jam dari Bulanin) bersama 30 orang pengikutnya. Menurut informan pribumi yang berasal dari Karangan (5 jam dari Barabai), Demang Lehman menuju desa Bulanin (saat ini masuk dalam wilayah  administrasi Kecamatan Batang Alai Timur).

Di sana tinggal seorang tokoh bernama Kiai Demang Jaya Negara Seman. Menurut informan, dari Bulanin Demang Lehman selanjutnya akan bergerak menuju Jati menemui Kiai Jayapati. Kiai Demang Jaya Negara Seman sendiri tak lain adalah Saudara dari Regent der Afdeeling Martapoera (Bupati Martapura) Pangeran Jaya Pemenang pasca dihapusnya kesultanan Banjar pada 11 Juni 1860. Kiai Demang sepertinya tidak sejalan dan sepaham dengan saudaranya. Ia memilih bergabung dan berjuang bersama pejuang dari rakyat di Hulu Sungai.

Von Ende keluar untuk kedua kali dari tangsinya. Kali ini bersama opsir bernama Coevoet dan menambah pasukannya dengan 60 prajurit bayonet. Ekspedisi kali ini bertujuan mencegah pertemuan Demang Lehman dengan Kiai Jayapati. Dikhawatirkan jika dua kekuatan ini bergabung maka akan sulit untuk ditundukkan, mengingat Kiai Jayapati telah mempersiapkan logistik perang yang cukup mumpuni sebelumnya.

Desa Bulanin menjadi target Von Ende dan pasukannya. Dibutuhkan waktu 9 jam dari Barabai untuk sampai di lembah yang indah itu. Von Ende tiba sekitar pukul 15:30 sore di Bulanin. Dari kejauhan terlihat enam orang musuh dengan menunggang kuda bergegas melarikan diri ke dalam hutan.

Coevoet diperintahkan maju terlebih dahulu bersama 30 orang prajurit bayonet untuk mengepung rumah yang dicurigai sebagai kediaman Demang Lehman. Setelah didekati ternyata rumah itu sudah dalam keadaan kosong. Kedatangan Coevoet dengan pasukannya nampaknya terendus oleh pengawas dari prajurit Demang Lehman. Hal ini disinyalir oleh Coevoet dengan adanya pohon durian tinggi di depan rumah itu yang batang pohonnya telah dipotong berbentuk anak tangga. Pohon seperti ini biasanya digunakan oleh para pejuang pribumi sebagai pos pengawasan untuk memantau adanya tanda bahaya.

Coevoet mencoba masuk ke dalam rumah itu. Sebelumnya, ia melihat di halaman rumah banyak terdapat bekas telapak kaki kuda dan di dalamnya ada tiang untuk menggantung atap, kayu ulin, rumput yang baru saja dipotong dan nasi yang baru saja dimasak. Karena tidak mendapatkan apa-apa dan hari sudah memasuki malam, Coevet dan pasukannya memutuskan bermalam di halaman rumah itu dengan mendirikan bivak-bivak (tenda).

Hari berganti, besoknya tanggal 26 Oktober 1860 seluruh rumah di Bulanin diperiksa. Dua penduduk ditemukan di sebuah rumah, salah satunya melarikan diri dan yang lain mengamuk dan menikam seorang serdadu bernama Sersan Senin, kemudian ia ditembak mati. Bulanin akhirnya dibumihanguskan oleh Von Ende dan pasukannya.

Tanpa membuang-buang banyak waktu, pasukan Von Ende dan Coevoet segera bergerak menuju Jati, namun informan mengaku tidak mengetahui jalur menuju Jati. Dengan terpaksa mereka pun kembali meniti jalur Intangan yang pada hari sebelumnya dilalui. Jalur ini adalah jalur yang melelahkan, karena harus melewati banyak sekali bukit dan lembah yang tentu saja medannya tidaklah mudah.

Di sepanjang jalur antar Bulanin dan Intangan banyak ditemui pohon kayu yang baru ditebang dan nampaknya dipersiapkan untuk membuat lahan perkebunan. Hal ini menarik perhatian Von Ende dan ia bertanya kepada informan. Berdasarkan keterangan dari informan, diketahui Demang Lehman lah yang mempersiapkan perkebunan tembakau itu atas perintah Pangeran Hidayatullah.

 Pertempuran kedua di Jati, 27 Oktober 1860

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun