Mohon tunggu...
Banteng Muda
Banteng Muda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mau Kalahkan Jokowi di 2019, Prabowo Bukan Pilihan Tepat

10 Juni 2017   05:40 Diperbarui: 10 Juni 2017   16:30 2533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: liputan6.com

Indo Barometer melakukan survei tentang tingkat keterpilihan calon presiden di Jawa Barat. Hasilnya berbanding terbalik dengan Pilpres 2014 lalu, jika saat itu Prabowo unggul, sekarang Jokowi yang unggul sementara.

Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, elektabilitas Jokowi mencapai 35,8% sedangkan Prabowo hanya 29,5%. Angka ini menunjukkan kalau selisih kedua kandidat mencapai 6 persen. Saat Pilpres 2014, Prabowo unggul hingga 19 persen atas Jokowi.

Data ini harus menjadi catatan penting, didaerah yang merupakan lumbung suara atau basis Prabowo malah mengalami kekalahan, apalagi daerah yang diluar dari basis. Hasil ini juga akan menjadi pukulan telak bagi Prabowo pasca kemenangan Pilkada DKI Jakarta, ternyata hasil Pilkada DKI tidak berimbas kepada naiknya elektabilitas Prabowo didaerah andalannya.

Bagi Jokowi, hasil ini tentu mengembirakan. Jabar sebagai daerah paling besar jumlah pemilihnya sangat menentukan bagi kemenangan di Pilpres. Dengan kemenangan sementara di Jabar, Jokowi bisa membalikkan keadaan dari kekalahan yang dialami di Jakarta.

Hasil survei ini juga menunjukkan kalau Prabowo bukanlah penantang terbaik Jokowi lagi pada kompetisi Pilpres mendatang. Kekalahan ini bisa menjadi pertimbangan bagi pihak yang tidak puas dengan kinerja Jokowi untuk mencari penantang lain. Jika tetapkan memaksakan Prabowo menjadi penantang utama, maka kita akan melihat Pilpres mendatang kurang menarik. Perbedaan tipis yang terjadi di 2014 akan berganti kemenangan mutlak bagi Jokowi di tahun 2019.

Menjadi menarik dibahas kenapa Prabowo bisa kalah di Jabar. Bisa jadi karena Prabowo tidak menjaga konsituennya pada Pilpres lalu, atau juga karena masyarakat kecewa terhadap sosok Prabowo. Bisa saja karena Prabowo tidak bersikap tegas terhadap penembakan petani di Majalengka, padahal dia pernah menjadi ketua himpunan kerukunan tani Indonesia. Ditambah lagi saat Prabowo ke Istana, petani di Majalengka sedang menangis karena ditembaki dengan gas air mata. Bisa juga karena Prabowo tidak menunjukkan sikap tegas sejak awal dalam mendukung aksi bela Islam.

Dengan kekalahan ini menjadi berat untuk Prabowo dapat mengalahkan Jokowi. Jika berkaca kepada dua daerah besar lainnya seperti Jatim dan Jateng, sepertinya kemenangan juga akan diraih Jokowi. Jika tiga daerah utama yang punya pemilih hampir 100 juta tersebut dikuasa Jokowi, maka mengusung Prabowo kembali sebagai penantang bukanlah pilihan tepat.

Dibutuhkan figur baru di tahun 2019 jika ingin mengalahkan petahana. Masih banyak kandidat lain yang layak untuk diusung dan berpeluang membuat kejutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun