Mohon tunggu...
Lizza Syita
Lizza Syita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Saya merupakan mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. menempuh pendidikan S1 di Program Studi Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Krisis Keuangan Global 2008

22 Maret 2024   05:55 Diperbarui: 22 Maret 2024   05:57 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Era globalisasi telah menjadi konsep perubahan dunia yang meborbardir berbagai sistem di setiap negara bahkan global. Perkembangan teknologi dan gagasan -- gagasan modern muncul menjadi tombak perubahan yang pesat. Banyak hal yang menjadi dampak positif dan dapat kita serap demi kualitas hidup lebih baik. Namun, terlepas dari itu juga terdapat banyak hal negatif yang lahir menjadi racun dalam suatu sistem dan personal. Dalam hal ini, penulis akan mengupas globalisasi di ranah perekonomian. Yang mana, sistem perekonomian merupakan aspek yang sangat berperan penting dalam dinamika sistem dan tatanan negara.

Dalam globalisasi ekonomi, banyak melahirkan sistem ekonomi yang lebih bebas. Salah satunya adalah globalisasi ekonomi telah menghasilkan peningkatan dramatis dalam perdagangan internasional. Misalnya, perusahaan-perusahaan multinasional saat ini memproduksi barang-barang mereka di berbagai negara, memanfaatkan keunggulan komparatif dan biaya tenaga kerja yang lebih rendah di negara-negara berkembang. 

Barang-barang ini kemudian dijual di pasar global, menciptakan aliran barang yang signifikan antar negara. Globalisasi ekonomi juga menciptakan aliran investasi asing langsung yang besar antar negara. Perusahaan-perusahaan multinasional berinvestasi di negara-negara lain untuk mengakses pasar baru, sumber daya alam, atau tenaga kerja murah. Sebaliknya, negara-negara berkembang sering kali mendorong FDI (Foreign Direct Investment) untuk mempercepat pembangunan ekonomi mereka.

Dengan adanya globalisasi juga melahirkan pasar yang lebih luas. tidak hanya pasar komoditas, melainkan aspek lain yang juga menjadi penunjang sistem perekonomian. Salah satunya adalah pasar modal. Pasar modal global memungkinkan arus modal keuangan yang bebas di seluruh dunia. Investor dapat dengan mudah membeli dan menjual saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya di pasar global. 

Ini menciptakan integrasi lebih lanjut antara pasar keuangan di berbagai negara dan memungkinkan risiko dan likuiditas untuk disebarkan secara lebih luas. dengan adanya pasar produksi yang lebih luas, pertumbuhan pasar konsumen pun jauh lebih meluas. Globalisasi ekonomi telah membuka pasar konsumen baru di seluruh dunia. Masyarakat yang semula terisolasi kini memiliki akses yang lebih besar terhadap produk dan layanan internasional. Hal ini telah memicu pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang dan menciptakan peluang bisnis baru bagi perusahaan-perusahaan global.

Globalisasi ekonomi telah memungkinkan perubahan teknologi dan inovasi untuk menyebar lebih cepat di seluruh dunia. Perusahaan di berbagai negara dapat berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan, dan teknologi baru dapat diadopsi secara global dengan cepat. Contohnya adalah pengembangan internet dan teknologi informasi, yang telah mengubah cara kita berkomunikasi, berbisnis, dan berinteraksi secara global. 

Dari fenomena maraknya dan luasnya sistem perekonomian tersebut, tidak menutup kemungkinan muncul tuai konflik dan kasus kasus yang berdampak uas pula. Hal ini dapat tergambar dengan adanya konflik krisis keuangan global pada tahun 2008 yang dampaknya merambah keseluruh dunia.

Krisis Keuangan Global tahun 2008 dimulai dari sektor perumahan di Amerika Serikat. Pada tahun-tahun sebelumnya, terjadi ledakan dalam pemberian pinjaman hipotek subprime, di mana lembaga keuangan memberikan pinjaman kepada individu dengan kredit yang kurang baik atau tidak mampu membayar kembali pinjaman mereka. Praktik ini didorong oleh kebijakan pemerintah AS yang mendorong kepemilikan rumah melalui insentif fiskal dan moneter. 

Namun, ketika suku bunga mulai naik dan harga rumah turun, banyak peminjam subprime mulai gagal membayar pinjaman mereka. Hal ini menyebabkan ledakan gelembung perumahan, di mana nilai aset hipotek turun tajam, dan lembaga keuangan yang memiliki paparan terhadap hipotek subprime mengalami kerugian besar.

Dampaknya tidak terbatas pada Amerika Serikat saja. Sebagai contoh, lembaga keuangan di negara-negara lain, seperti Eropa, memiliki paparan terhadap instrumen keuangan terkait dengan pinjaman hipotek subprime AS. Ketika krisis pecah di AS, lembaga-lembaga ini juga mengalami kerugian dan ketidakstabilan sistem keuangan. 

Selain itu, ada aliran modal global yang memperluas dampak krisis. Instrumen keuangan terkait dengan pinjaman subprime, seperti obligasi hipotek berpemeringkat rendah, diperdagangkan di pasar global. Investor di seluruh dunia, termasuk bank-bank, dana pensiun, dan lembaga keuangan lainnya, memiliki paparan terhadap instrumen ini. Ketika krisis pecah, mereka mengalami kerugian besar, yang kemudian menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem keuangan global.

Respon terhadap krisis ini juga melibatkan kerja sama internasional yang luas. Berbagai negara mengadakan pertemuan tingkat tinggi, seperti G20, untuk merumuskan respons bersama terhadap krisis. Selain itu, bank sentral di seluruh dunia berkoordinasi untuk menyediakan likuiditas tambahan ke pasar keuangan dan mengurangi ketidakpastian. 

Krisis Keuangan Global tahun 2008 adalah contoh nyata bagaimana keterkaitan ekonomi antarnegara dan aliran modal keuangan dapat memperluas dan memperdalam dampak krisis ekonomi yang dimulai di satu negara menjadi krisis yang lebih luas dan kompleks secara global.

Selain dampak ekonomi, Krisis Keuangan Global tahun 2008 juga memiliki konsekuensi sosial dan politik yang signifikan. Di Amerika Serikat, misalnya, jutaan orang kehilangan rumah dan pekerjaan akibat resesi yang diakibatkan oleh krisis ini. Tingkat pengangguran meningkat tajam, banyak bisnis gulung tikar, dan keluarga mengalami kesulitan keuangan yang serius. 

Dampak sosial ini juga merembet ke negara-negara lain di seluruh dunia. Negara-negara yang bergantung pada ekspor AS atau yang memiliki investasi dalam instrumen keuangan AS, mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan. Ini mengakibatkan peningkatan pengangguran, ketidakstabilan politik, dan bahkan protes sosial di beberapa negara.

Dalam hal politik, krisis ini menggoyahkan keyakinan masyarakat terhadap lembaga keuangan dan pemerintah. Ada kecurigaan yang meningkat terhadap peran bank-bank besar dan institusi keuangan lainnya dalam menciptakan krisis. Selain itu, kegagalan pemerintah dalam mengawasi dan mengatur sektor keuangan dengan baik juga ikut tersorot. 

Hal ini memicu permintaan reformasi sistem keuangan global dan meningkatkan dukungan terhadap pemerintah yang menjanjikan perubahan dalam regulasi keuangan. Selain itu, krisis ini memicu perdebatan tentang peran globalisasi dalam menyebarkan risiko dan meningkatkan ketidakstabilan ekonomi. Beberapa orang menyalahkan globalisasi ekonomi karena memperluas dan memperdalam krisis, sementara yang lain menganggap bahwa kerja sama internasional yang lebih erat diperlukan untuk mengatasi tantangan ekonomi global.

Secara keseluruhan, Krisis Keuangan Global tahun 2008 adalah contoh konkret bagaimana globalisasi ekonomi dan aliran modal keuangan dapat menciptakan ketergantungan yang kompleks antara negara-negara di seluruh dunia, sehingga krisis yang dimulai di satu negara dapat dengan cepat menyebar dan berdampak secara global. Selain itu, hal ini juga memicu respons ekonomi, sosial, dan politik yang luas.

Selain itu, krisis ini memicu ketidakpercayaan terhadap lembaga keuangan dan pemerintah, serta memperkuat tuntutan untuk reformasi sistem keuangan global. Pemerintah dan lembaga internasional mengambil berbagai langkah untuk mengatasi krisis ini, termasuk stimulus ekonomi besar-besaran, intervensi pasar oleh bank sentral, dan reformasi regulasi keuangan. Selain itu, kerja sama internasional menjadi kunci dalam menanggapi krisis tersebut, dengan negara-negara bekerja sama untuk menyediakan bantuan keuangan dan merumuskan kebijakan bersama. 

Dari krisis ini, pelajaran berharga diperoleh tentang pentingnya respons cepat, kerja sama internasional, dan reformasi keuangan dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Krisis Keuangan Global tahun 2008 menjadi tonggak penting dalam sejarah ekonomi modern dan mempengaruhi arah kebijakan ekonomi dan keuangan di banyak negara di seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun