Â
a   a.     Tau dong, Saya mengikuti perkembangannya dan mulai mempersiapkan diri
b   b.     Pernah denger sih, tapi selintas-selintas aja, nggak begitu merhatiin.
c   c.      Gak tau, Baru denger…embuh lah!
d  d.    Eh, ASEAN itu apa ya?
Â
Hasil perjalanan saya menjadi LSA (lembaga Survey Abal-abal) ternyata cukup mengejutkan. Mayoritas responden saya menyawab poin b. hanya pernah mendengar sesekali dan tidak terlalu paham, sisanya secara berurutan memilih c lalu a. Karena penasaran, saya melanjutkan pertanyaan tersebut kepada orang dewasa disekitar saya, di kantor, di rumah, bahkan di warteg langganan saat makan siang. Hasilnya lebih mengejutkan lagi karena sebagian besar malah belum pernah dengar sama sekali istilah AEC atau MEA yang saya sebut.
Memang benar bahwa apa yang saya lakukan tidak membuktikan apa-apa, pun tidak bisa dijadikan landasan untuk berpendapat bahwa gaung agenda AEC ini tidak sampai ke akar rumput, karena keterbatasan sample yang ada. Akan tetapi itu sedikit banyak mencerminkan kondisi di masyarakat (sekitar saya, setidaknya) yang sebagian besar belum aware bahwa akan ada banyak perubahan, sebagai konsekuensi AEC, sudah ada di depan mata.
Asean Economic Community/AEC (Masyarakat Ekonomi Asean/MEA) yang sudah akan dilaksanakan per 1 Januari 2016 mendatang ternyata memiliki sejarah panjang. Di awali ketika KTT ASEAN 1997 di Kuala Lumpur, ide tentang integrasi kawasan Asia Tenggara terus bergulir dan menjadi bahasan rutin dalam setiap kongkow-kongkow negara member. Hingga Januari 2007 ketika para pemimpin berkomitmen untuk mempercepat pelaksanaan AEC menjadi tahun 2015 dari rencana sebelumnya tahun 2020 saat pertemuan Bali Concord II.
Para anggota ASEAN sepakat untuk mentransformasikan ASEAN menjadi kawasan ekonomi terintegrasi dengan harapan menjadikan negara anggotanya lebih makmur, stabil, dan berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata. Para pemimpin khususnya telah sepakat untuk menyulap kawasan ASEAN menjadi suatu kawasan dimana terdapat aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil, serta modal yang tanpa hambatan baik berupa tariff maupun regulasi.
Ide integrasi AEC yang sudah dimulai sejak belasan tahun lalu tentu sudah melewati banyak fase perencanaan, perombakan dan telah menemukan sistem idealnya. Akan tetapi yang jauh lebih penting dari perencanaan tersebut adalah implementasi nya di lapangan. Dan selama ini, acapkali penerapan lah yang menjadi sumber masalah sehingga hasil yang didapat tidak sesuai ekspektasi.