Mohon tunggu...
Elizabeth Tjahjadarmawan
Elizabeth Tjahjadarmawan Mohon Tunggu... -

I'm a science teacher and writer of some books. I live to dedicate my life in education field. To contribute, to improve, and to enhance quality learning process for better education are my passion. Hp: 085383403600 www.eliz70.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melek IT atau Mati? (Tantangan Guru di Era Global)

10 Juli 2016   16:44 Diperbarui: 10 Juli 2016   21:10 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian era global bukan hanya mengubah paradigma berpikir namun lebih kepada fakta yang mendorong umat manusia untuk beranjak dari cara hidup dengan wawasan lama menuju gaya hidup mendunia (global) yang sedang berlangsung saat itu tanpa batasan teritorial maupun kebijakan tertentu.

Era global, salah satunya dibuktikan terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Indonesia bersama dengan negara-negara ASEAN bersepakat membentuk MEA yang bertujuan mempermudah transaksi penjualan baik komoditas barang maupun jasa antar negara ASEAN dan menarik minat investor asing yang dampaknya  menambah persaingan tenaga kerja semakin ketat. Persaingan dalam semua sektor termasuk sektor pendidikansebagai industri hulu hingga hilir harus mampu mencetak outcome pendidikan yang siap bersaing di pasar global.  Disini peran guru menjadi vital terkait peran sertanya dalam kontribusipencapaian tujuan pendidikan nasional.  Keadaan ini memerlukan SDM guruyang kompetensinya diharapkan cukup  memadai di segala era yang sedangberlangsung.  Artinya guru perlu terusbelajar.  Belajar sepanjang hayat.  Apakah bukti untuk hal ini?

Cognitive Flexibility - Era Guru Pembelajar

Guru pembelajar bukanlah hanya pada sebutan guru-guru yang perlu belajar kembali untuk meningkatkan kompetensi keilmuan hasil UKGnya namun istilah ini saya dapatkan dari sebuah situs world economic forum, kemudian saya implikasikan dalam tulisan ini.  Dalam suatu sumber ditulis bahwa:

Cognitive flexibility is the human ability to adapt the cognitive processing 

strategies to face new and unexpected 

conditions in the environment (Cañas, 

Quesada, Antolí and Fajardo, 2003)

  

Saya memanfaatkan media sosial facebook bukan sekedar berteman namun juga mencari informasi terbaru, akurat, dan on going guna memperkaya konten keilmuan saya untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.  Suatu saat saya membaca dari sebuah situs world economic forum yang mempublish 10 kompetensi global saat ini yang bakal digunakan oleh manusia untuk bersaing dalam dunia kerja tahun 2020 mendatang yaitu keterampilan:  cognitive flexibility, service orientation, judgement decision making, emotional intelligent, negotiation, coordination with others, creativity, critical thinking, people management, complex problem solving.  Salah satu yang barusan disebut yaitu cognitive flexibility, inilah yang saya maksud sebagai guru adalah pembelajar. Pembelajar seumur hidup, ketika era sedang bergeser, suka atau tidak suka, guru pun harus mulai mempersiapkan dirinya menyambut kedatangan era baru tersebut dengan mengasah kompetensinya untuk beradaptasi dengan kebutuhan dunia pendidikan saat itu.  Bagaimana guru mempersiapkan diri dalam rangka kebutuhan belajar yang terus menerus?

ICT literacy (keterampilan melek IT) 

Memiliki ke-10 keterampilan tersebut perlu menjalani proses belajar yang tidak mudah. Memiliki cognitive flexibility, critical thinking, dan creativity, membutuhkan stimulasi dari berbagai sumber belajar. Akselerasi kebutuhan kompetensi SDM saat ini harus dibarengi dengan percepatan proses belajar yang didukung aneka sumber belajar yang tersedia melimpah.  Pesatnya arus informasi melalui media sosial digital bak tak terbendung lagi.  Keterampilan mengakses informasi (ICT literacy,  (keterampilan IT, information technology) menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi sebagai sebuah urgensi vital bagi SDM saat ini.  Kita dapat belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja dalam suatu waktu bersamaan adalah bukti percepatan belajar dengan sumber belajar yang tersedia segera.  Hal demikian adalah bukti era digital sedang berlari kencang.  Sumberdaya manusia yang dapat menjawab kebutuhan dunia kerja saat ini adalah yang mampu bersinergi dengan teknologi yang ada.  Sebagai contoh, beberapa bulan lalu melalui media sosial WA (Whatsap) saya bergabung dalam grup seminar maya yang diadakan oleh SEAMOLEC.  Saya bersama guru-guru lainnya di seluruh Indonesia, masing-masing telah mempresentasikan hasil penelitian pendidikan. Kebetulan saat itu saya memaparkan tulisan Best Practice Guru yang pernah saya menangkan dalam lomba Best Practice Guru P2TK Dikmen 2013, melalui video conference WEBEX yang difasilitasi oleh host dari SEAMOLEC. Presentasi hasil penelitian ditonton oleh guru-guru atau siapa saja yang bergabung dalam meeting room saat itu di seluruh Indonesia.  Bukti era global, tanpa batasan waktu dan tempat namun akselerasi sumber dan proses belajar sudah berlangsung. Efisiensi biaya dan waktu pun menjadi nilai tambah tersendiri bagi pembelajar melalui ICT literacy yang dimiliki guru sebagai suatu ciri khas display SDM era global.

Presentasi by WEBEX Video Conference SEAMOLEC April 2016

Aneka Kegiatan ICT literacy - Guru melek IT

Melalui tulisan ini saya mencoba menawarkan solusi yang pilihannya tetap pada pembaca. Di mana, kapan, dan dengan siapa saja guru-guru dapat mulai belajar melengkapi kompetensi IT nya sebagai kompetensi SDM era global saat ini?  Survey menunjukkan masih banyak guru-guru belum melek IT sementara sebagian guru jauh hari sudah menjadi penggerak guru melek IT.  Mereka adalah Bapak Mampuono  (yang saat ini menjabat Sekjen IGI)  di Jawa Tengah yang pernah menjadi peraih medali emas Microsoft Innovative Teacher se Asia Pasifik, Bapak Abdul Kholiq (IGI Jawa Timur) penggerak dan pelatih Sagusanov dengan target menghasilkan 500 media buku digital berbasis berbasis Android, Bapak  Elyas (IGI DIY) yang getol membimbing guru membuat aplikasi media pembelajaran, dan Bapak Abdul Karim yang melatih guru-guru membuat komik dan game pembelajaran serta guru-guru lainnya yang tak bisa disebutkan satu-persatu di sini.  Pertanyaannya adalah di manakah mereka melatih guru-guru? jawabannya adalah melalui media sosial Whatsap atau telegram guru-guru berkoordinasi dan berlatih bersama melalui media digital, media maya tanpa batasan dimensi waktu dan ruang.  Keterampilan IT sungguh sebuah jawaban untuk mengakselerasi kompetensi guru menjawab tantangan era global dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga menghasilkan SDM berdaya saing.  Permasalahannya adalah apakah guru-guru mau merespon kebutuhan yang menjadi tantangan dunia pendidikan di era global.  

Ayo Guru Keluar dari Zona Nyaman

Ada tantangan, ada kemauan untuk merespon, ada perubahan paradigma berpikir, pasti ada transformasi perilaku.  Ketika rasa nyaman sudah membelenggu kita maka saatnya untuk melepaskan ikatan dan bergerak bebas meraih hal-hal terbaik yang ada di depan kita.  Berbagai tawaran gratis bagi guru untuk belajar bersama tersedia melalui media sosial digital.  Perlu tekad untuk meluangkan waktu belajar dengan disiplin, menyediakan waktu khusus selama periode tertentu dalam sebuah program pelatihan guru melalui media digital.   Melalui tulisan ini saya membagikan pengalaman telah mengikuti berbagai diklat online dalam kelas pelatihan guru melek IT yang antara lain diadakan oleh Bapak Sukani dengan program pembelajaran yaitu:

 

Pelatihan membuat e-book berbasis Android dalam komunitas SAGUSANOV yang dilatih oleh para mentor yang super seperti bapak Abdul Kholiq, Ibu Yati Kurniawati Yap, Cak Suhaifi, dll.  Produk e-book dapat diinstal melalui smartphone dan dipelajari langsung oleh siswa di mana saja karena saat ini faktanya ada smartphone ada siswa.

  

Pelatihan pembelajaran kelas maya menggunakan EDMODO yang diadakan oleh SEAMOLEC telah selesai pada batch 3, dipandu oleh mentor wilayah Sumatera Ibu Sovia Hayati serta teman-teman yang saling mendukung dalam belajar membuat adreanalin saya terpacu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tepat waktu.  Hasil dari pelatihan ini berupa pengorganisasian kelas digital yang dapat diaplikasikan langsung dalam pembelajaran klasikal maupun mandiri di mana guru, siswa, dan orangtua saling terhubung.

      Seminar akhir dalam kelas pelatihan EDMODO Batch 3 yang diadakan oleh kerjasama  IGI - SEAMOLEC

Pelatihan lainnya diadakan oleh organisasi guru yaitu IGI (Ikatan Guru Indonesia) Bidang Kewirausahaan DI Yogyakarta dengan tutor Bapak Elyas dari SMKN 4 Yogyakarta.  Program yang ditawarkan tersedia melalui WA, guru tinggal klik, tanda kemauan untuk menggunakan IT, kemauan untuk belajar:

Berikut buku penuntun diklat yang sedang digarap pihak panitia penyelenggara:

 

Bapak Elyas, S.Pd, M.Eng penggagas buku-buku ini sekaligus pelatih diklat bagi guru-guru di DIY. Bagi Bapak/Ibu guru yang berminat mengikuti diklat silakan hubungi via WA/Telegram/Hp pada nomer 085743990045 dan email elyaspuspa@gmail.com.

  

Bapak Elyas (IGI DIY)

Contoh  sumber-sumber belajar yang tersedia untuk mendukung akselerasi belajar terhadap kebutuhan peningkatan  kualitas SDM yang menjawab tantangan era global saat ini terjawab sudah. Keterampilan IT (ICT literacy) faktanya memang urgen dibekalkan pada guru-guru.  Namun keputusan ada di tangan pembaca. Maukah belajar? Maukah melek IT atau mati?  Mati terhadap teknologi. Mati terhadap arus informasi. Mati terhadap visi mencerdaskan anak bangsa. Mati terhadap filosofi 4 pilar Pendidikan dari UNESCO.  Semua akan terbukti dengan berjalannya waktu yang berlari jauh lebih kencang dari kemampuan kita untuk mengejarnya.  Mari merenung.

Jambi, 10  Juli 2016

Elizabeth Tjahjadarmawan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun