Kerjasama Indonesia China dalam Belt and Road Initiative membuat kedua negara ini jelas menjadi semakin bergantung satu sama lain. China membutuhkan Indonesia untuk memperkuat jalur sutra maritim kawasan Asia Tenggara dan Indonesia membutuhkan China untuk pendanaan infrastruktur Poros Maritim Global. Selain peluang yang akan didapat Indonesia, terdapat juga beberapa ancaman yang akan dihadapi terkait kerjasama Belt and Road Initiative yang baru dimulai ini.Â
Hal ini sejalan dengan maraknya isu Debt Trap Diplomacy (diplomasi jebakan hutang ) yang dituduhkan kepada China dengan cara pemberian bantuan atau penanaman modal besar-besaran yang membuat negara penerima kesulitan untuk membayar dan pada akhirnya harus merelakan kedaulatan nya diintervensi ataupun di eksploitasi oleh negara pemberi pinjaman dengan membuat kebijakan yang sesuai dengan keinginan negara pemberi pinjaman seperti yang terjadi di Srilanka, Nigeria, Zimbabwe berupa penguasaan sejumlah pelabuhan internasional dan mengubah mata uang nasional menjadi yuan.Â
Cara berikutnya adalah dengan mendominasi pasar maupun kultur lokal dengan produk-produk atau kultur dari negara pemberi pinjaman. Pola ini terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi dan westernisasi yang mengakibatkan kedaulatan dan nasionalisme semakin melemah. Eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan oleh negara pemberi pinjaman ini juga dapat menjadi ancaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H