Mohon tunggu...
Harliza Diah Purnomowati
Harliza Diah Purnomowati Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorang ibu dua anak yang hanya ingin berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berkhayal Itu (Meyakitkan) Indah

3 Januari 2011   01:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sering pasti kita berkhayal.

Saya?  Sering banget!

Sesering apa?  Hampir tiap malam menjelang tidur, saya pasti berkhayal kemudian disambung tidur, yang sering juga berkelanjutan masuk ke dalam mimpi!

Saya sering sekali memimpikan, berkhayal semua masalah ekonomi keluarga saya selesai.  Tidak lagi pusing memikirkan bagaimana membayar hutang, mencicil kreditan, pusing hari ini makan apa...dll

Tapi bagaimana caranya?  Sedang sumber keuangan utama saya hanyalah gaji suami yang mesti jadi kuli di luar pulau sana.  Dan kiriman suami, tidak cukup untuk mengurusi, satu rumah, dua anak, plus empat orang dewasa di rumah!

Terpaksa gali lobang tutup lobang.  Hutang di sana, buat bayar hutang di sini.  Sisa-sisanya buat ngurus rumah.

Ditengah kepusingan saya, bagaimana caranya melunasi semua itu, maka berkhayal adalah senjata paling ampuh untuk sejenak saja bisa melupakan segala masalah yang esok bakal mendera lagi.

Sampai saat ini, saya masih berharap menjadi novelis best seller, kemudian novel saya pun diadaptasi oleh sutradara ngetop kaliber Mira Lesmana untuk difilmkan.  Wah, bisa-bisa royalti buku dan adaptasinya bisa nyampe semilyard!  Bener-bener ngayal abis deh pokoknya!

Kalau ada uang semilyard di tangan...maka segala persoalan hidupku segera beres!

Bayar lunas semua utang-utangku dan utang-utang Bapak!  Itu yang akan kulakukan di hari pertama.  Segala kreditan juga mesti dilunasin.

Setelah itu, baru kusisihkan untuk Infaq, Zakat dan Sodaqoh!  Mesti itu!  Karena harta kita ada bagiannya orang nestapa (kayak saya sekarang kali yaaaaaaaaa)

Setelah itu, hari kedua, adalah berburu Gadget!

Blackberry...jelas!  Yang Torch!  Dua dunk...saya satu, suami saya satu...biar bisa BMMan kayak orang-orang Indonesia jaman sekarang hehehehe

Handphone dunk!  Musti diatas 3 juga...yang bisa telepon, SMS, MMS, facebookan, Twitteran, YM-an, Photo-photo, Youtube, DOwnload lagu hehehehe Berapa? Hmm...satu buat saya, satu buat suami, satu buat anak-anak, satu untuk bapak, satu untuk mama, dan masing-masing satu untuk adik-adikku.

Lalu...Laptop! Yang Sony Viao, Toshiba series yang slim...lima jutaan kan ya?  Berarti bisa beli 2 dong!  Satu buat saya, satu buat suami.

Beli motor Honda scoopy inceranku, juga Revo buat suami

Beli segala mainan buat anak-anak

Beli sembako buat rumah

Beli baju-baju untuk diri saya, suami dan anak-anak...juga orang rumah yang lain.

Kayaknya masih sisa nih!

Hari ketiga, mending beli mobil honda jazz warna pink!  Lucu kali ya dipake di jalanan?

Hari keempat, nyari tanah, dibangun rumah buat tinggal sendiri. Waaaaaaaaaaaah keren banget, pokoknya dibangun untuk menunjang pertumbuhan anak-anakku.

Hari kelima, deposito dan nabung buat pendidikan anak-anak...ikut asuransi kesehatan...

Hari keenam, dipake jalan-jalan gitu loh...biar merasakan hawa yang sejuk sekalian bisa belanja baju dan aksesoris gitu loooo

Hari ketujuh...daftarin ortu saya dan mertua naik haji!

Lihatlah list khayalanku...indahnyaaaaaaaaaaaaaaa

Tetapi kemudian aku bangung dan menyadari kenyataan yang menyakitkan, bahwa masalah-masalah ekonomi saya masih terbayang di pelupuk mata.  Sangaaaaaaaaat menyakitkan, karena impian itu hanya indah saat dikhayalkan.

Saya mau mimpi-mimpi dan khayalan itu terwujud.  Karenanya, saya harus berjuang lebih keras lagi, supaya itu bukan hanya sekedar mimpi...

Berkhayal...mudah-mudahan membuat saya makin keras berusaha untuk mewujudkannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun