Mohon tunggu...
Liza Martha Lova
Liza Martha Lova Mohon Tunggu... -

Aku adalah aku yang mempunyai seabrek kelemahan dan kelebihan yang semua itu jika disatukan akan menjadi sebuah potensi yang luar biasa. Aku tak pandai merangkai kata-kata indah layaknya para pujangga, karena aku bukan bagian dari para pujangga. Dan aku pun tak pandai berkata-kata layaknya para orator yang berorasi, karena sekali lagi aku bukan bagian dari mereka. Tapi, aku mempunyai sedikit rasa di dalam hatiku yang ingin aku bagi kepada semua orang. Walau terbata-bata lidah berucap, walau terpatah-patah tangan menulis akan kusampaikan. Karena itulah pesan dari sang idolaku sampaikanlah kebenaran walau hanya satu ayat saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu Abak (Ayah)

13 Maret 2014   22:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tiba2 kenangan itu meloncat keluar dari memoriku. Cerita masa lalu tentang laki2 hebat itu terus mengalir keluar, mengalir deras bagaikan anak sungai yang telah lama tak menemukan alirannya sendiri

Tiba2 liza rindu abak. Tak pernah liza merasakan rasa rindu sehebat ini pada abak sebelumnya. Karena selama ini hati liza sibuk untuk membenci abak. Sibuk bertanya tentang peran abak untuk kami. Tapi hari ini bak, liza benar2 sangat rindu abak. 25 tahun usia liza kini bak, tapi baru kali ini rasanya liza begitu amat sangat merindukan abak. Liza rindu kembali di tempeleng abak, liza rindu mendengar suara abak, liza rindu melihat abak tersenyum, liza rindu berdebat bersama abak, liza rindu mendengar tawa terbahak abak. Liza rindu mendengar celoteh abak. Liza rindu semuanya tentang abak. Tapi kemana rindu ini akan di labuhkan bak?

Abak telah pergi untuk selamanya, abak pergi tanpa pesan. Abak pergi ketika liza jauh dari abak. Bahkan liza tak sempat melihat wajah terakhir abak. Liza tidak sempat mmencium tangan abak. Abak, hari ini liza sangat ingin mencium.tangan abak.

Abak liza rindu abak. Liza sayang abak, sayang abak. liza bangga jadi anak abak. Bangga sekali abak. liza sayang abak. Liza senang ketika abak mengatakan kalau liza anak kebanggaan abak. Waktu itu liza mencibir mendengarnya bak, karena liza merasa abak tidak peduli dg kami, tapi hari ini ingin liza katakan kepada semua orang liza bangga jadi anak abak.

Abak, maafkan liza abak, karena bertahun2 lamanya liza memupuk rasa benci dihati ini sama abak. Tapi hari ini tak ada benci lagi di hati ini bak. Liza sayang abak. Sayang abak.

Liza ingat saat liza kecil dulu liza sering di jolang di punggung abak. Bahkan liza tidur dalam sarung abak. Tiap pagi abak selalu menyisakan kopi abak untuk liza. Liza bahagia abak.

Saat liza baru kelas 1 SD, liza pulang berlari-lari, karena liza dapat ponten nilai sempurna, kemuadian abak menggendong liza sambil bilang. Santiang anak Abak. Iko baru anak abak.

Tapi kini masa itu tinggal kenangan abak. Sudah tak bisa di ulang lagi. Abak terlambatkah jika serang liza ingin katakan kalau liza sayang abak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun