Gampang. Gampang-gampang susah sih. Coba, perhatikan apa kelemahan bos kamu. Misalnya, dia alergi debu. Datang saja subuh-subuh ke kantor. Sebarkan debu di kursi empuknya atau di atas karpet mahalnya itu. Setelah itu, tutup pintu, pulang, tidur lagi. Hilangkan jejakmu itu maha penting!
Pagi-pagi kamu datang, dia pasti bersin-bersin. Kan, dia alergi debu. Pada bersin ke lima, kamu harus buru-buru datang untuk menunjukkan simpatimu. Kasih dia tissue dengan tangan kanan, sementara tangan kiri kamu kembali menambahkan sebaran debu sedikit lagi. Agak siang, sarankan si Bos untuk pulang dan beristirahat. Bilang ke si Bos, kalau kamu bersedia menggantikannya ke undangan tersebut. Beliau tidak perlu khawatir. Buatlah wajahmu tersenyum sedikit, berikan hiasan tampak agak berat karena kasian dengan si Bos dan yah, karena itu bukan jam kerjamu dan kamu rela menyediakan waktumu untuk menggantikan si Bos. Kamu harus bisa memberikan impresi, kalau kamulah pahlawan bagi si Bos. Meskipun dalam hatimu, kamu lompat-lompat bergembira. Hey, kapan lagi kamu hadir di tengah bos-bos penting?! Ini soal lompat ke anak tangga tertinggi, jadi orang penting, bergaul sama para dewa. Busyet, belum tentu kesempatan kayak begini datang lagi, kan? Manfaatkan sampai jebol!
Empat. Temen selevel elo itu penting. Penting untuk melancarkan jalan kamu menuju kursi bos. Sering-sering traktir mereka. Traktir gorengan juga ampuh kok. Hal ini supaya mereka mau membantu kamu. Membantu ini itu. Itu ini. Penting juga buat kamu self-training jadi bos, kan?
Ingat!
You are the big bos, in the making.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H