Mohon tunggu...
Nur Halizah
Nur Halizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PIAUD 2021 UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Dasar Emosi: Disgust & Shame

28 November 2022   20:04 Diperbarui: 28 November 2022   20:13 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disgust atau rasa jijik umumnya diklasifikasikan sebagai salah satu dari enam emosi dasar; hal itu diklaim memiliki fungsi adaptif yang unik, substrat saraf khas yang menghasilkan fenomenologi yang tak ada bandingannya, dan ekspresi wajah khas yang diakui dalam budaya yang berbeda di seluruh dunia. Rasa jijik tidak sering dialami dalam kesendirian. 

Sebaliknya, itu sering bersamaan dengan emosi negatif lainnya, seperti ketakutan, dan kemarahan, dan mungkin sering berbaur dengan keadaan emosional lainnya (LoBue dkk., 2019). 

Rasa Jijik merupakan perasaan yang timbul karena adanya suatu objek yang menjijikkan, tidak disukai atau dibenci. Penyelidikan ilmiah terhadap rasa jijik telah mengidentifikasi beragam teori asal dan fungsi emosi ini. Banyak dari teori-teori ini mencirikan jijik sebagai yang berasal dari pertimbangan konseptual tentang konstruksi yang sangat abstrak dari rangsangan yang menimbulkan. 

Teori-teori tesebut dalam buku (LoBue dkk., 2019) yakni, Disgust as a Mechanism for Disavowing Desired Objects, Disgust as a Response to "Matter Out of Place", Disgust as an Existential Barrier, Disgust as Rejecting Offensive Substances, Disgust as Preventing Pathogens, Disgust as Regulating Social Interactions. Meskipun bukti saat ini menunjukkan bahwa rasa jijik sebagian besar merupakan hasil dari pembelajaran sosiokultural, mekanisme kausal lainnya perlu diselidiki. 

Selain itu, di luar penelitian lebih lanjut tentang proses akuisisi, mungkin sama pentingnya untuk memeriksa bagaimana rasa jijik dapat dihilangkan -- karena mungkin perlu untuk mengesampingkan perasaan jijik untuk berhasil mencapai tujuan penting seperti merawat orang sakit atau membersihkan sampah. Disgust atau rasa jijik yang muncul pada diri seseorang dapat mempengaruhi perkembangan sosialnya. 

Ketika seseorang merasa jijik akan suatu hal, maka seseorang tesebut akan memunculkan suatu reaksi pada perubahan raut wajah, sesorang juga akan melakuakn reaksi untuk menghindari hal yang menjijikkan itu seperti berteriak atau melompat-lompat jika seseorang melihat hal yang membuatnya jijik. 

Shame atau rasa malu adalah reaksi normal terhadap proses dan atribusi kognitif yang menyertainya. Patologi rasa malu ada di ekstrem, terlalu sedikit atau terlalu banyak rasa malu. 

Tentu saja, perannya tampaknya menjadi salah satu penghambat tindakan dan pikiran yang mengarah ke sana. Karena intensitas perasaan seseorang tehadap diri sendiri itu negatif dan merasa diri sendiri yang hancur, perasaan malu sulit untuk dihilangkan (LoBue dkk., 2019). 

Berbagai strategi kognitif dan atribusi termasuk melupakan, pengakuan, dan reinterpretasi konversi digunakan untuk mengatasi perasaan tersebut. Rasa malu dapat terjadi baik di depan umum maupun secara pribadi, tidak seperti rasa malu yang biasanya bersifat publik. 

Rasa malu adalah sebagai gabungan berbagai perasaan emosi yang tidak tenteram yang dikawal oleh hati meliputi perasaan bimbang, ketegangan, serba salah, rasa rendah diri dan tidak percaya kepada diri sendiri serta bimbang terhadap penilaian negatif daripada orang lain (Utama, 2019). Selain itu, perasaan malu sendiri tercermin dalam perilaku yang terhambat ketika dihadapkan pada situasi sosial yang baru.

Shame dan embarrasment merupakan dua kata yang memiliki ati yang sama yaitu "malu", namun dari kedua kata ini memiliki makna yang bebeda dan penggunaan yang berbeda. 

Shame yang berati rasa malu atas perbuatan buruk, atau menyesal atas atas sesuatu yang tidak menyenangkan. Sedangkan menurut Miller (Budiarto, 2019) mendefinisikan embarrasment sebagai keadaan akut dari kebingungan, canggung, memalukan yang mengikuti peristiwa yang meningkatkan ancaman evaluasi yang tidak diinginkan (negatif atau positif) dari khalayak yang nyata atau yang dibayangkan.

Shame atau rasa malu sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang terlalu pemalu atau biasa digambarkan pemalu saat bersosialisasi dengan orang lain akan mengalami kesulitan. Anak pemalu sering menghindari orang lain, merasa cemas, curiga, ragu-ragu, berhati-hati ketika melakukan sesuatu untuk mereka di tempat asing. 

Anak pemalu cenderung pendiam, berbicara dengan suara rendah, dan menghindari kontak mata dengan orang lain. Akibat dari sikap malu pada diri anak akan berdampak tehadap potensi anak yang akan tertimbun dan anak tidak berkembang secara optimal sesuai potensinya, perkembangan individu terhambat, kemampuan sosial individu semakin terasah dan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, kurangnya informasi dan pergaulan, kurangnya pengalaman, menyebabkan kesulitan belajar jika terjadi pada anak usia sekolah.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anaknya mengatasi rasa malu, yaitu orang tua atau pendidik tidak mengolok-olok rasa malu anaknya atau membicarakan rasa malunya di depan anak (di depan umum). 

Mengetahui potensi kesukaan anak, kemudian mendorongnya untuk berani melakukan hal-hal tertentu, melalui media hobi atau potensinya. Orang tua secara teratur mengundang anak-anak mereka untuk mengunjungi tempat-tempat di mana mereka dapat berinteraksi dan bermain satu sama lain. Orang tua atau pendidik sebagai contoh bagi anak.

Refrensi

Budiarto, Y. (2019). Studi Awal Atribusi dan Emosi Malu pada Remaja: Analisis Survey Kualitatif. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, Volume 8, No. 1. http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona/article/view/2105

LoBue, V., Prez-Edgar, K., & Buss, K. A. (2019). Handbook of Emotional Development. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-17332-6

Utama, N. P. (2019). Rasa Malu Ditinjau Dari Jenis Kelamin Pada Penyandang Tunawicara Di SLB B Yakut Purwokreto [Universitas Muhammadiyah Purwokerto]. http://repository.ump.ac.id/8573/3/BAB%20II_NANDA%20PUTRA%20UTAMA_PSIKOLOGI%2718.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun