Mohon tunggu...
Liza Irman
Liza Irman Mohon Tunggu... -

Saya suka menulis, itu saja...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menghindarkan Anak dari Gadget

2 Desember 2015   20:11 Diperbarui: 2 Desember 2015   20:21 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Most people think they need to make a better world for their children, but the reality is we need to make better children for our world.

~Carlos Slim~

Banyak orangtua yang merasa cemas dengan anak-anak jaman sekarang. Mereka bisa betah berjam-jam bermain gadget atau duduk manis di depan televisi sambil menikmati acara-acara & cemilan-cemilan yang tidak sehat. Tapi ibarat pepatah: “dipoyok, dilebok”, coba diingat-ingat lagi deh…siapa yang memperkenalkan televisi pertama kali? Siapa juga yang membelikan gadget untuk anak-anaknya? Orangtua juga kan yaa…hehehe.

Dulu saat kita kecil, para orangtua sering membandingkan masa lalu mereka dengan kita. Mereka berpendapat masa lalu mereka jauh lebih baik. Saat ini, sejarah terulang kembali. Di satu sisi generasi kita (yang kebanyakan sudah menjadi orangtua) “terbuai” dengan teknologi (baca: gadget) yang ada, tapi di sisi lain juga menuding teknologi sebagai biang kerok yang merusak anak2.

Padahal (menurut saya pribadi), selama orangtua bisa memanfaatkan fasilitas modern dengan tepat sesuai fungsinya & bukan malah ikut2an “terseret arus”, sebenarnya/seharusnya anak2 jaman sekarang jauh lebih baik.

Sebagai gambaran, saat kecil dulu banyak sekali keingintahuan saya yang tidak terjawab. Saat masih kecil waktu bertanya pada orang dewasa, saya harus “menelan” jawaban pahit semacam “udah, jangan banyak tanya!” & ketika dewasa harus repot2 ke perpustakaan hanya untuk memuaskan dahaga (itupun tidak semua jawaban tersedia).

Sekarang, saat anak saya penasaran mengenai banyak hal (seperti apa bentuk platypus, bagaimana komet menabrak bumi, bagaimana ayam berenang, bagaimana terjadi gempa bumi, dll) maka saya tinggal membuka google dan/atau youtube untuk mendukung & melengkapi rasa ingin tahu mereka saat jawaban dari buku2 ensiklopedia dirasa kurang memuaskan (biasanya kalau kita menjawab 1 pertanyaan anak, maka akan muncul beragam pertanyaan lanjutan & menurut saya, saat itulah gadget benar2 berguna).

Anak-anak memang tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan, tetapi lingkungan pertama yang membentuk sikap & kepribadian mereka adalah lingkungan keluarga alias lingkungan rumah. Dan yang sering membuat orangtua lupa adalah anak-anak MERESAP DENGAN CEPAT seperti spons dan MENIRU segala hal yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Jadi jika anak2 berbuat hal yang tidak dikehendaki, sebaiknya orangtua tidak langsung buru2 menyalahkan anak, melainkan mencari tahu lebih jauh apa & siapa yang mereka lihat (& kemudian ditiru) sampai melakukan hal yang tidak baik.

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya ingin berbagi tips buat teman2 yang berniat/akan/sudah punya anak & sayang sekali dengan anaknya serta ingin membesarkan anak yang sehat, aktif, cerdas & mandiri dengan penuh kasih di dunia modern yang penuh tantangan ini.

1. Singkirkan TV & Gadget

#Televisi
Televisi memang bisa menjadi babysitter yang baik, tapi pada kenyataannya menonton TV adalah kegiatan yang sangat pasif, tidak butuh pemikiran, khayalan & usaha, karena itu singkirkan televisi. *Sebagai penggantinya, letakkan rak yang berisi buku-buku & permainan edukatif yang disusun rapi (tidak bertumpuk-tumpuk) seperti balok kayu, puzzle, kertas kosong & pensil warna, board game, playdough (buatan sendiri lebih aman), dll. Hindarkan memajang terlalu banyak mainan & buku2 dalam satu waktu untuk menumbuhkan kerapian & rasa keteraturan.

Menyingkirkan televisi bisa dilakukan secara bertahap, seperti memindahkannya ke suatu sudut yang “kurang nyaman” sehingga televisi tidak lagi menjadi titik sentral dalam ruang keluarga, ruang duduk, ruang tamu atau apapunlah sebutannya, dimana tempat keluarga biasa berkumpul di satu ruangan dalam rumah. Baik sekali kalau waktu menonton mulai dikurangi & tontonannya pun mulai dikontrol sedemikian rupa.

Sangat bagus jika ada progam anak-anak yang berkualitas, seperti program “Sesame Street” misalnya atau juga film dokumenter mengenai binatang-binatang. Namun, alangkah bijaksana jika orangtua tetap memberi batasan waktu (misalnya 30 menit sehari atau 1 pilihan film seminggu sekali).

Ingat!
Anak-anak meresap dengan sangat cepat…
Hati-hati bagi orangtua yang menonton program dewasa (sinetron, infotainment, tayangan kekerasan, pembunuhan, perkelahian, sumpah serapah, dll) saat anak berada di sekitar televisi. Meski posisi anak2 tidak benar2 persis berada di depan TV & kelihatannya sedang asik bermain, namun suara2 yang berasal dari TV masih bisa terdengar di telinga mereka dan dengan cepat otak mereka akan merekam segala kosakata yang mereka dengar tanpa disengaja itu. Jadi jangan heran jika suatu saat mereka mengeluarkan kata2 tidak pantas dari mulut mereka (meski terkadang, mereka sendiri tidak mengerti artinya).

#Gadget
Menyingkirkan televisi mungkin mudah, tetapi menyingkirkan gadget adalah yang paling sulit khususnya untuk orangtua yang biasanya aktif di sosmed & chat room, sehingga gadget seolah sudah “menempel” di tangan. Lebih mudah untuk mengalihkan perhatian anak2 -yang secara alami mempunyai rasa ingin tahu besar- dari gadget, ketimbang orangtua yang memiliki “absolute power” & stok “excuse” segudang. Namun satu hal yang bisa diingat sebagai bahan introspeksi adalah menghabiskan waktu dengan gadget, artinya orangtua melewatkan detik demi detik perkembangan anak yang menakjubkan & mengorbankan “quality time” dimana seharusnya menjadi saat yang tepat untuk mengajarkan banyak hal, “menyuntikkan” wawasan & pandangan hidup, menceritakan pengalaman2 saat masih muda, mengenalkan mainan2 di masa kecil & bersenang-senang bersama anak.

~Mengontrol orangtua dari gadget
Tanamkan dalam pikiran bahwa gadget akan digunakan seperlunya saja. Hapus semua game & simpan aplikasi yang benar2 dibutuhkan untuk mengurangi aktivitas ber-gadget. Gadget bisa dipakai pada saat nongkrong di WC, saat anak2 sedang sekolah atau saat anak2 sudah tidur misalnya. Kalaupun mendesak, usahakan tidak di depan anak-anak karena efeknya anak2 merasa iri atau mereka merasa terabaikan.

~Mengontrol anak dari gadget
Sebagaimana televisi, batasi waktu penggunaan gadget. Ganti aplikasi game dengan puzzle, catur, scrabble, buku cerita anak, permainan musik atau menggambar yang “sedikit” lebih produktif. Lebih bagus lagi kalau anak-anak tidak diperkenalkan gadget sedari dini (kabarnya bahkan seorang Steve Jobs melarang anak2nya memegang gadget karena tidak ingin kehilangan waktu bermain bersama si anak: http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2014/12/20/kenapa-steve-jobs-larang-anaknya-bermain-gadget-ipad-temuannya-697850.html)

2. Mengisi Waktu Luang Anak

#Halaman rumah
Salah satu tempat yang sangat menarik yang bisa dieksplorasi oleh anak2 adalah halaman/taman/kebun di rumah. Beri tempat khusus bagi anak2 untuk bereksperimen & menanam sesuatu. Percaya deh, bakal lebih gampang membujuk anak2 supaya mau makan sayuran kalau mereka sendiri yang menanamnya. Sejak kecil, mereka bisa terlibat mulai dari menanam biji-bijian dalam wadah untuk bibit, memindahkannya ke kebun saat siap tanam, merawat lalu melihat sayur2an tumbuh hingga siap panen. Mereka juga bisa membantu untuk mendaur ulang wadah2 yang tidak terpakai untuk dijadikan pot & membuat kompos bersama.

Gunakan halaman rumah untuk membuat dampu. Ini adalah aktivitas positif bagi anak2 & orangtua sekalian yang ketika melangkah keluar, secara sadar atau tidak sadar akan loncat2 melewati dampu tersebut (sedikit berolahraga, baik bukan?). Belikan anak bola, hula hoop, lompat tali & letakkan secara rapi di halaman rumah. Ajak anak untuk merangkai karet gelang & perkenalkan mereka permainan karet yang biasa kita mainkan semasa kecil. Ajarkan anak membuat gelembung sabun dari sabun cuci piring & mereka akan bersenang2 dengan cara mudah. Selain itu, membuat ayunan di halaman rumah, bermain kemah2an, bermain air di kolam balon, sekedar piknik di halaman rumah atau mencuci kendaraan juga sangat menyenangkan.

Jika halaman rumah cukup luas atau terdapat tanah lapang di sekitar rumah, ajak anak2 bermain benteng, galasin, gobak sodor, ular naga, layang2, dll. Libatkan juga anggota keluarga lain (ibu, bapak, paman, bibi, asisten rumah tangga, dll) atau anak2 tetangga yang tinggal di sekitar rumah.

#Pasar Tradisional


Kalau memang segala fasilitas alam agak terbatas di tempat tinggal masing2, masih ada tempat-tempat lain yang bisa dikunjungi oleh anak2. Misalnya saja: pasar tradisional. Anak2 anak menggunakan tangan, mata, telinga, mulut & hidungnya untuk menyelidiki semua yang mereka temukan. Pasar tradisional adalah tempat yang tepat untuk orangtua mengenalkan aneka buah, sayur & bahan makanan lainnya kepada anak2 secara real ketimbang melalui gambar 2 dimensi. Disamping itu, mereka juga belajar bersosialisasi & mengenal berbagai profesi.

#Museum & Perpustakaan
Mengajak anak ke Museum & perpustakaan bisa menjadi tempat alternatif yang menyenangkan selain ke mall. Di museum anak2 bisa menyaksikan karya seni atau peninggalan bersejarah untuk menambah wawasannya. Sementara perpustakaan sendiri adalah gudang ilmu, sarang referensi & pengetahuan juga tempat dimana semua orang sibuk dengan pikiran masing-masing dalam keheningan. Selain menambah wawasan, perpustakaan juga tempat yang tepat untuk anak belajar diam & berpikir.

#Menjelajah alam


Beruntung saya tinggal di Bali yang dikelilingi berbagai macam pantai dengan jarak tempuh hanya sekitar 5-15 menit. Hampir setiap pagi saya membawa anak-anak ke pantai. Berendam/berenang di pantai, selain sebagai terapi alami untuk menyembuhkan asma/bronkitis pengganti penguapan ala nebulizer yang sedang “trend” dikalangan anak-anak kota yang sering batuk2, juga merupakan tempat belajar banyak hal bagi anak2. Mereka bisa belajar berenang, bermain dengan pasir pantai & membuat berbagai macam bentuk2, belajar soal ekosistem laut, mencari cangkang kerang untuk menambah koleksi museum alamnya, mengumpulkan sampah, dll. Di beberapa pantai juga terdapat gua yang menarik untuk dieksplorasi. Dijamin, mereka tidak akan pernah bosan.
Selain itu, masih ada hutan, danau, sawah, bukit, taman kota yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami yang bisa dieksplorasi oleh anak2.

#Saat Menunggu


Saat bepergian dengan anak, bekali mereka dengan kertas kosong & pensil warna, beberapa buku cerita juga board games magnet ketimbang memberikan gadget. Menggambar, membaca buku, bermain board games atau bermain permainan simple seperti tebak lagu anak2 & juga permainan menggunakan tepukan tangan seperti “domikado”, “polisi-polisi numpang tanya”, “ABC 5 dasar”, antimo”, “dung-dung sut”, “kembang gula sugus”, “ampar-ampar pisang” (kalo “cublak-cublak suweng” agak ribet yee…), akan sangat berguna waktu sedang berada di restoran, saat menunggu giliran atau saat antri yang tentunya akan semakin menumbuhkan imajinasi mereka.

#Saat hujan
Banyak orangtua yang khawatir anak2 bakal sakit kalau main hujan. Padahal, bermain hujan justru merupakan terapi air alami yang menyehatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak. Meski demikian perhatikan kondisi hujan (tidak disertai petir & angin kencang) & juga kondisi anak (tidak sedang sakit). Setelah puas bermain hujan, jangan lupa mandi dengan air dingin (keramas juga yaa..).

#Mendongeng
Luangkan waktu untuk membacakan buku cerita, mendongeng atau bercerita pengalaman masa kecil pada anak2 setelah sikat gigi (sebelum tidur malam). Beri kesempatan untuk anak2 memilih sendiri buku2 yang akan dibacakan. Bedakan suara dari masing-masing karakter untuk memperkaya imajinasi anak. Untuk membantu pengembangan kosa kata & keterampilan bercerita, dukung anak membuat cerita versinya sendiri. Setelah selesai mendongeng, selimuti & berikan ciuman selamat malam pada anak. Putarkan juga musik klasik yang menenangkan agar tidurnya lebih nyenyak.
Berikut adalah beberapa manfaat kebiasaan baik membacakan cerita pada anak: http://erlanggaforkids.com/read-a-story/manfaat-read-a-story.html

Tambahan:

*Mainan


Hindari mainan berbatrei yang mahal, yang bergerak sendiri sementara anak hanya memandanginya. Hal ini hanya akan membuat anak menjadi pengamat pasif yang menunggu dihibur. Karena itu pilih mainan2 yang membuat anak terlibat aktif seperti mainan kayu yang buatannya baik & indah, sehingga anak bisa menyusun, mengumpulkan serta berinteraksi & sedapat mungkin hindari mainan plastik. Mainan plastik selain teksturnya licin, juga tidak natural & tidak semenarik mainan kayu, padahal anak2 sedang berada dalam masa peka dalam membentuk sensorisnya.

*Board Game & permainan lainnya


Hindari memajang terlalu banyak board game dalam satu waktu. Pilih satu atau dua board game dan ganti secara berkala dengan board game lainnya.
Untuk anak2 lebih kecil bisa diperkenalkan “memory card”, ular tangga, halma, ludo, Uno, jenga yang kemudian secara bertahap bisa diajarkan bermain catur, monopoli, scrabble, dll.
Perkenalkan juga anak2 pada gundu/kelereng, gasing, congklak, bekel, dll. Dijamin mereka akan keasikan seperti saat kita kecil dulu.

*Buku


Mencari buku fiksi yang baik untuk anak perlu sedikit “usaha” karena di luar sana, banyak buku anak yang menggurui, tidak imajinatif, mengandung nilai “sadisme” (terutama untuk jenis fabel yang temanya balas dendam atau buku2 superhero) dengan gambar2 yang kurang menarik.

Carilah buku dengan tulisan “scholastic” di sampulnya. Biasanya buku scholastic cenderung aman. Sediakan juga buku2 yang mencantumkan level usia/kemampuan membaca. Buku2 karangan Dr. Seuss atau Eric Carle bisa menjadi acuan, ceritanya unik & gambar-gambarnya sangat menarik.

Buku2 & majalah mengenai binatang, tanaman, alam, dll dengan foto2 nyata (bukan berupa gambar) akan memperkaya pengetahuan anak2 & menarik minatnya untuk mengenal lebih jauh & bertanya segala hal. Saya merekomendasikan National Geographic Kids, majalah minim iklan dengan fakta2 menarik, imajinatif, kaya akan foto2 indah & artistik yang merangsang keingintahuan anak (bukan promosi loh!)

*Kertas kosong & pensil warna


Sedari dini saya selalu menyediakan kertas kosong & pensil warna untuk anak2, serta menghindari buku mewarnai. Tujuannya supaya anak2 bisa menggambar apa saja menurut imajinasi mereka. Menurut saya buku mewarnai tidak ada poinnya karena gambar sudah tersedia & anak hanya tinggal mewarnai saya. Di samping itu, gambar yang sudah tercetak dengan sempurna hanya akan membatasi kreatifitas anak.

Meski begitu bukan berarti saya anti “mewarnai”. Sesekali, saya memberikan gambar bendera yang bisa diwarnai anak2 untuk mengenalkan mereka pada negara, aneka tempat berbeda di dunia serta kebudayaan yang beragam. Aktifitas mewarnai bendera sambil bercerita yang didukung oleh foto2 & souvenir2 khas yang pernah saya beli saat berkunjung ke beberapa negara (serta tambahan bantuan dari Mbah Google & Om You Tube), menumbuhkan kekaguman & ketertarikan sehingga mereka bermimpi, berkhayal & berharap suatu hari bisa mengunjunginya.

Tinggal di Bali seperti saat ini juga sangat membantu anak2 memahami konsep “warga dunia” dimana mereka sadar betul bahwa mereka adalah bagian darinya. Karena hanya di Bali terdapat “mikro kosmos” alias “miniatur peradaban dunia”, dimana orang-orang yang tinggal di sini mewakili berbagai etnik, ras & peradaban di dunia. Dengan hidup berdampingan bersama mereka serta mempelajari tempat2 yang jauh, anak2 tidak merasa asing dengan perbedaan budaya serta belajar hidup dalam kedamaian & keselarasan. Pengalaman tersebut menjauhkan mereka dari rasa minder, rasa takut & prasangka terhadap orang asing. Tidak ada tujuan pendidikan yang lebih penting dari mengarahkan anak untuk menjadi anggota keluarga besar manusia, kan?

Demikian tips-tips & masukan dari saya, mudah2an bisa berguna. Silahkan ditambahkan kegiatan positif lainnya untuk menambah aktifitas anak2 & tentunya wawasan kita semua. Mohon maaf kalau terkesan “sok tahu” atau ada yang merasa digurui, saya sendiri juga masih terus dalam proses belajar. Semoga cocok yaaa… :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun