Mohon tunggu...
Liza Irman
Liza Irman Mohon Tunggu... -

Saya suka menulis, itu saja...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menghindarkan Anak dari Gadget

2 Desember 2015   20:11 Diperbarui: 2 Desember 2015   20:21 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Board Game & permainan lainnya


Hindari memajang terlalu banyak board game dalam satu waktu. Pilih satu atau dua board game dan ganti secara berkala dengan board game lainnya.
Untuk anak2 lebih kecil bisa diperkenalkan “memory card”, ular tangga, halma, ludo, Uno, jenga yang kemudian secara bertahap bisa diajarkan bermain catur, monopoli, scrabble, dll.
Perkenalkan juga anak2 pada gundu/kelereng, gasing, congklak, bekel, dll. Dijamin mereka akan keasikan seperti saat kita kecil dulu.

*Buku


Mencari buku fiksi yang baik untuk anak perlu sedikit “usaha” karena di luar sana, banyak buku anak yang menggurui, tidak imajinatif, mengandung nilai “sadisme” (terutama untuk jenis fabel yang temanya balas dendam atau buku2 superhero) dengan gambar2 yang kurang menarik.

Carilah buku dengan tulisan “scholastic” di sampulnya. Biasanya buku scholastic cenderung aman. Sediakan juga buku2 yang mencantumkan level usia/kemampuan membaca. Buku2 karangan Dr. Seuss atau Eric Carle bisa menjadi acuan, ceritanya unik & gambar-gambarnya sangat menarik.

Buku2 & majalah mengenai binatang, tanaman, alam, dll dengan foto2 nyata (bukan berupa gambar) akan memperkaya pengetahuan anak2 & menarik minatnya untuk mengenal lebih jauh & bertanya segala hal. Saya merekomendasikan National Geographic Kids, majalah minim iklan dengan fakta2 menarik, imajinatif, kaya akan foto2 indah & artistik yang merangsang keingintahuan anak (bukan promosi loh!)

*Kertas kosong & pensil warna


Sedari dini saya selalu menyediakan kertas kosong & pensil warna untuk anak2, serta menghindari buku mewarnai. Tujuannya supaya anak2 bisa menggambar apa saja menurut imajinasi mereka. Menurut saya buku mewarnai tidak ada poinnya karena gambar sudah tersedia & anak hanya tinggal mewarnai saya. Di samping itu, gambar yang sudah tercetak dengan sempurna hanya akan membatasi kreatifitas anak.

Meski begitu bukan berarti saya anti “mewarnai”. Sesekali, saya memberikan gambar bendera yang bisa diwarnai anak2 untuk mengenalkan mereka pada negara, aneka tempat berbeda di dunia serta kebudayaan yang beragam. Aktifitas mewarnai bendera sambil bercerita yang didukung oleh foto2 & souvenir2 khas yang pernah saya beli saat berkunjung ke beberapa negara (serta tambahan bantuan dari Mbah Google & Om You Tube), menumbuhkan kekaguman & ketertarikan sehingga mereka bermimpi, berkhayal & berharap suatu hari bisa mengunjunginya.

Tinggal di Bali seperti saat ini juga sangat membantu anak2 memahami konsep “warga dunia” dimana mereka sadar betul bahwa mereka adalah bagian darinya. Karena hanya di Bali terdapat “mikro kosmos” alias “miniatur peradaban dunia”, dimana orang-orang yang tinggal di sini mewakili berbagai etnik, ras & peradaban di dunia. Dengan hidup berdampingan bersama mereka serta mempelajari tempat2 yang jauh, anak2 tidak merasa asing dengan perbedaan budaya serta belajar hidup dalam kedamaian & keselarasan. Pengalaman tersebut menjauhkan mereka dari rasa minder, rasa takut & prasangka terhadap orang asing. Tidak ada tujuan pendidikan yang lebih penting dari mengarahkan anak untuk menjadi anggota keluarga besar manusia, kan?

Demikian tips-tips & masukan dari saya, mudah2an bisa berguna. Silahkan ditambahkan kegiatan positif lainnya untuk menambah aktifitas anak2 & tentunya wawasan kita semua. Mohon maaf kalau terkesan “sok tahu” atau ada yang merasa digurui, saya sendiri juga masih terus dalam proses belajar. Semoga cocok yaaa… :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun