Kalau memang segala fasilitas alam agak terbatas di tempat tinggal masing2, masih ada tempat-tempat lain yang bisa dikunjungi oleh anak2. Misalnya saja: pasar tradisional. Anak2 anak menggunakan tangan, mata, telinga, mulut & hidungnya untuk menyelidiki semua yang mereka temukan. Pasar tradisional adalah tempat yang tepat untuk orangtua mengenalkan aneka buah, sayur & bahan makanan lainnya kepada anak2 secara real ketimbang melalui gambar 2 dimensi. Disamping itu, mereka juga belajar bersosialisasi & mengenal berbagai profesi.
#Museum & Perpustakaan
Mengajak anak ke Museum & perpustakaan bisa menjadi tempat alternatif yang menyenangkan selain ke mall. Di museum anak2 bisa menyaksikan karya seni atau peninggalan bersejarah untuk menambah wawasannya. Sementara perpustakaan sendiri adalah gudang ilmu, sarang referensi & pengetahuan juga tempat dimana semua orang sibuk dengan pikiran masing-masing dalam keheningan. Selain menambah wawasan, perpustakaan juga tempat yang tepat untuk anak belajar diam & berpikir.
#Menjelajah alam
Beruntung saya tinggal di Bali yang dikelilingi berbagai macam pantai dengan jarak tempuh hanya sekitar 5-15 menit. Hampir setiap pagi saya membawa anak-anak ke pantai. Berendam/berenang di pantai, selain sebagai terapi alami untuk menyembuhkan asma/bronkitis pengganti penguapan ala nebulizer yang sedang “trend” dikalangan anak-anak kota yang sering batuk2, juga merupakan tempat belajar banyak hal bagi anak2. Mereka bisa belajar berenang, bermain dengan pasir pantai & membuat berbagai macam bentuk2, belajar soal ekosistem laut, mencari cangkang kerang untuk menambah koleksi museum alamnya, mengumpulkan sampah, dll. Di beberapa pantai juga terdapat gua yang menarik untuk dieksplorasi. Dijamin, mereka tidak akan pernah bosan.
Selain itu, masih ada hutan, danau, sawah, bukit, taman kota yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami yang bisa dieksplorasi oleh anak2.
#Saat Menunggu
Saat bepergian dengan anak, bekali mereka dengan kertas kosong & pensil warna, beberapa buku cerita juga board games magnet ketimbang memberikan gadget. Menggambar, membaca buku, bermain board games atau bermain permainan simple seperti tebak lagu anak2 & juga permainan menggunakan tepukan tangan seperti “domikado”, “polisi-polisi numpang tanya”, “ABC 5 dasar”, antimo”, “dung-dung sut”, “kembang gula sugus”, “ampar-ampar pisang” (kalo “cublak-cublak suweng” agak ribet yee…), akan sangat berguna waktu sedang berada di restoran, saat menunggu giliran atau saat antri yang tentunya akan semakin menumbuhkan imajinasi mereka.
#Saat hujan
Banyak orangtua yang khawatir anak2 bakal sakit kalau main hujan. Padahal, bermain hujan justru merupakan terapi air alami yang menyehatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak. Meski demikian perhatikan kondisi hujan (tidak disertai petir & angin kencang) & juga kondisi anak (tidak sedang sakit). Setelah puas bermain hujan, jangan lupa mandi dengan air dingin (keramas juga yaa..).
#Mendongeng
Luangkan waktu untuk membacakan buku cerita, mendongeng atau bercerita pengalaman masa kecil pada anak2 setelah sikat gigi (sebelum tidur malam). Beri kesempatan untuk anak2 memilih sendiri buku2 yang akan dibacakan. Bedakan suara dari masing-masing karakter untuk memperkaya imajinasi anak. Untuk membantu pengembangan kosa kata & keterampilan bercerita, dukung anak membuat cerita versinya sendiri. Setelah selesai mendongeng, selimuti & berikan ciuman selamat malam pada anak. Putarkan juga musik klasik yang menenangkan agar tidurnya lebih nyenyak.
Berikut adalah beberapa manfaat kebiasaan baik membacakan cerita pada anak: http://erlanggaforkids.com/read-a-story/manfaat-read-a-story.html
Tambahan:
*Mainan
Hindari mainan berbatrei yang mahal, yang bergerak sendiri sementara anak hanya memandanginya. Hal ini hanya akan membuat anak menjadi pengamat pasif yang menunggu dihibur. Karena itu pilih mainan2 yang membuat anak terlibat aktif seperti mainan kayu yang buatannya baik & indah, sehingga anak bisa menyusun, mengumpulkan serta berinteraksi & sedapat mungkin hindari mainan plastik. Mainan plastik selain teksturnya licin, juga tidak natural & tidak semenarik mainan kayu, padahal anak2 sedang berada dalam masa peka dalam membentuk sensorisnya.