Mohon tunggu...
Liza Wijayanti
Liza Wijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semarak Mudik Bagi Para Perantau dalam Menyambut Hari Raya Idul Fitri

5 Mei 2024   16:00 Diperbarui: 5 Mei 2024   16:02 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam lima tahun terakhir, jumlah pemudik terus meningkat. Namun di tahun 2020 dan 2021 jumlah nya terpantau menurun, dari 2019 yang menjadi 18,3 juta pemudik, anjlok menjadi 297 ribu pemudik karena pembatasan mobilitas pandemi, dan pada tahun ini kembali naik perkiraan menjadi 193,6 juta pemudik.

       Di indonesia sendiri sangat lah banyak tradisi dalam menyambut semarak hari raya idul fitri contoh nya seperti di Sumatera Barat ada beberapa tradisi yang sampai sekarang masih dilakukan seperti:

Festival Rakik-Rakik, kaitannya dengan mudik akan muncul bermacam pemaknaan atau  tanda dalam struktur kehidupan setiap daerah. Seperti hal nya di sumatera barat, misalnya ketika "MUDIK" saat lebaran selain sebagai ritus atau kultur anak rantau yang rindu akan suasana kampung halaman dan segala macam kebiasaannya, juga dapat menyaksikan tradisi yang tidak dapat dilihat selain saat lebaran yakni festival rakik- rakik.

Nikmat "Lamang" disaat mudik lebaran, merupakan tradisi yang sejalan dengan mudik disaat lebaran, malamang merupakan suatu budaya yang diwariskan secara turun temurun dan berkembang di lingkungan masyarakat minangkabau. Semarak malamang biasanya terasa pada peringatan hari- hari besar islam seperti contohnya hari raya idul fitri, dan idul adha. Nah bagi  para perantau tradisi ini merupakan tradisi yang tidak boleh terlewatkan di saat mudik ke kampung halaman.

Sumatera barat adalah salah satu daerah yang terkenal dengan budaya rantau, di mana banyak orang minangkabau yang merantau ke luar daerah, bahkan keluar negeri, untuk mencari penghidupan. Di sumatera Barat memiliki tradisi mudik tersendiri yang dilakukan masyarakat minangkabau yaitu Tradisi "PULANG BASAMO" menjadi momen yang sangat ditunggu- tunggu bagi para perantau untuk kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga. 

Di samping aspek kebersamaan dan silaturahmi, tradisi pulang basamo di sumatera barat juga sarat dengan nilai- nilai adat dan istiadat budaya minangkabau. Nah disini makanan tradisional minangkabau, seperti rendang, sate padang, dan berbagai hidangan lainnya, menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi pulang basamo yang selalu dirindukan oleh para perantau.

       Ada juga tradisi Takbir keliling atau tradisi pawai obor yang merupakan salah satu tradisi yang dilakukan dalam rangka menyambut saat malam hari raya idul fitri . Takbir keliling biasanya dilakukan dengan berkeliling kampung membawa obor atau menaiki kendaraan beramai- ramai dengan meneriakkan takbir.

       Tradisi ini lah yang selalu dirindukan oleh para perantau yang tidak bisa di dapatkan di ibu kota yang membuat mereka rindu akan kampung halaman dan merupakan salah satu  alasan untuk mudik ke kampung halaman.

       Semarak mudik lebaran menciptakan suasana kebahagiaan dan keterhubungan emosional yang kuat antara keluarga dan kerabat. Bertemu kembali dengan orang-orang terkasih setelah berpisah jauh selama periode waktu tertentu menghasilkan momen yang berkesan dan membahagiakan. Mudik Lebaran tidak hanya tentang berkumpul bersama keluarga, tetapi juga tentang merayakan tradisi dan nilai-nilai keagamaan. 

Tradisi seperti salat bersama, bermaaf-maafan, dan berbagi keberkahan menjadi bagian tak terpisahkan dari semarak mudik. Semarak mudik Lebaran juga mencerminkan keberagaman budaya dan kuliner di berbagai daerah. Meskipun semarak mudik Lebaran menyuguhkan kegembiraan dan kebersamaan, tetapi tetap penting untuk memperhatikan keselamatan dan kewaspadaan.

       Namun, penting untuk diingat bahwa dalam semaraknya mudik, tetap diperlukan kewaspadaan terhadap faktor-faktor seperti keselamatan perjalanan, kesehatan, dan menjaga lingkungan agar tetap kondusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun