Mohon tunggu...
Lintang Panjer Sore
Lintang Panjer Sore Mohon Tunggu... -

Ingin menjadi insan yang baik, meskipun bukan yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

I am Not an Angel

18 Maret 2016   13:13 Diperbarui: 18 Maret 2016   13:40 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Angel, please listen to me,” ucapmu di sela-sela kesibukanku membenahi ruang tidur. Seperti biasa sambil mondar-mandir menata ruangan, aku selalu mendengarkan cerita yang akan kau mulai. “You know, three nights I can't sleep well, Sir always keep moving and tremble, scratching for whole night. And when he’s suddenly mumble or something, it's so frightened me,” ucapnya dengan nada takut dan bercampur agak kesal.
“So, it's better for you to take a nap at noon,” jawabku singkat. 


“Well, I'll try. But it seems that I need to separate him from me. It's unbearable anymore.” Ucapmu yang semakin kesal. Entah kenapa setelah mendengar nada suaramu yang seolah menggerutu, hatiku terdorong minta izin untuk berbicara, “Mom, can I say something.”
“Yes, say,” perintahmu singkat.


"If mom wanted to break up the bed with Sir, I think it is unfair for him. Because as I know, the couple should always be there when needed each other. From the smallest to the biggest thing though, as a wife should be at his side. Well as the incidence of these last few nights, when sir keep moving in the middle of the night, scratching his body, 

and so forth, try with gently tone mom asked what was wrong, and reassure him, if necessary, help him to scratch his limbs felt itching for him.” Entah darimana datangnya, aku berani mencelotehkan kalimat tersebut, walau dengan hati yang sedikit takut. Takut jika kamu salah mengartikanya, dan membuatmu murka atas kelancanganku berbicara karena terlalu ikut campur tentang kehidupanmu.

Namun celotehku kau bilang sangat berarti. Dan kau nyatakan, itulah bukti dari kepedulianku denganmu. Dengan keluargamu.
”Dear, you are an angel who fall from heaven to save me. Thanks you so much for listening to every words I've said."
Ucapmu sembari memeluk tubuhku. Dan mendaratkan satu kecupan di kepalaku.
“Mom, can I ask you?”
“Of couse.”
“Why, you call me Angel?”
Kau malah tersenyum lalu mencubit hidungku atas pertanyaan yang aku lontarkan padamu.
“Before you here, the days was very difficult to me, though I had hired a servant. But she wasn't like you. I still had to do many jobs. But now you came. So my hand's free and I can continue my dance. I hope you stay a little longer.”

 Penjelasanmu bagaikan hujan di musim semi. Namun aku sadar, aku bukan bidadari sesempurna yang kau katakan. Aku hanyalah insan yang tak luput dari salah dan cela. Jika suatu ketika nanti bahasa lisanku membuatmu luka, bahasa tubuhku membuatmu tak nyaman dan bahasa mataku tak lagi teduh, hanya satu kata yang ingin aku tengadahkan darimu, plese forgive me, Mom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun