Mohon tunggu...
Lintang Panjer Sore
Lintang Panjer Sore Mohon Tunggu... -

Ingin menjadi insan yang baik, meskipun bukan yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menguak Sosok Siapa Si Ayah

3 September 2015   12:49 Diperbarui: 7 September 2015   22:48 11552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        MENGUAK SOSOK SIAPA SI AYAH!

Hong Kong adalah sebuah kota belahan dari negeri TiraiBambu(China) Di mana keberadaan Hong Kong ini sangat tidak asing bagi para pemburu dollar maupun pengadu nasib yang ingin merubah nasibnya menjadi lebih baik dari segi ekonominya. Di antara pengadu nasib itu sebut saja TKW/BMIyang bekerja disektor pramusaji/pembantu rumah tangga(termasuk yang sedang menulis catatan ini)

 Hong Kong bagi sebagian orang bisa dijuluki negeri Bauhinia/negeri Beton/negeri non muslim atau bisa jadi negeri surga dunia. Tapi apapun yang dikatakan oleh sebagian orangorang, bagi saya pribadi Hong Kong adalah rumah ke dua untuk saya menimba ilmu dan pengalaman sembari mengadunasib demi keluarga bangsa dan Negara. Tahun 2009 adalah awal pembelajaran saya. Bekerja sebagai pembantu rumah tangga disebuah keluarga berkebangsaan China dan America telah menuntut saya untuk menguasai dua bahasa, Kantonis dan Inggris. Menuntut saya untuk bersabar agar bisa selesai kontark dua tahun. Menuntut saya untuk selalu mengubur dalam dalam airmata sedih karena berita yang tidak enak dari tanah air. Menuntut saya untuk bersembunyi melakukan ibadah dan menuntut saya untukvmelakukan banyak hal yang belum pernah saya lakukan seperti dirumah sendiri. 

Alhamdulillah dua tahun selesai juga masa kontrak. Libur yang diberikan untuk saya pada hari Jum’at selalu habis di meja perpustakaan Hong Kong. Tahun 2011 adalah awal kontark baru bersama keluarga baru,jadwal libur hari Minggu yang saya dapatkan telah membuat hidup saya di Hong Kong serba baru. Mengenal temansetanah air, membangun talisilaturahmi dan melanjutkan sekolah mulus saya capai. 

Tak terasa waktu benar-benar mengembleng saya. Pengalaman menjadi guru yang mengarahkan saya menuju jalan lebih baik dari hari kemarin. Ekonomi pun lebih membaik dari sebelumnya. Hingga pada suatu hari pola pikiran saya berkembang bersama sama BAI(Bintang Al-Ikhlas) kelompok relawanperpustakan yang selalu mengajari saya untuk membaca dihalaman sekitar.Bersama BAI bermarkas di bawah jembatanCouseway Bay satu demi satu langkah saya berjalan ke depandengan tujuan ibadah.

Bersama BAI pula saya diberikesempatan untuk mengenal apa itu kemanusiaan dan apa itu berorganisasi. Melalui BAI pula saya dipertemukan denganpara korban kejahatan/penipuan uang, utang,pelecehan,kekerasan dan kebohongan orang orang pintar yangbersembunyi dibalik kebaikan seorang sahabat,tetangga,motivator, ustad atau orang yang mengaku-akupunya nama besar.Di antaranya korban korban itu ada Diana BMI asal kota Ngawi yang ditipu BMI asal Blitar dengan sejumlah uangHKD35.000. Ada Kartika korban kekerasan majikan, Erwiana gadis Seragen yang menjadi sejarah perjuangan para TKW Hong Kong, Kinan Fajri yang lengah dengan kebaikansahabatnya Dhieny Megawati. Serta tipu tipu muslihat Ustad Solmed yang pernah saya layangkan tulisan berjudul “Surat Kecil Untuk Kang Solmed”.

Dan baru baru ini BAI mengantarkan saya untuk bertemu dengan sosok BMI bernama Ndut, seperti curhatanya yang telah saya tulis di akun facebook Lintang Panjer Sore sebelum raib

 

 Yang isinya tertulis:

                                                Selembar Akad Percaya 1.

"Ndut" adalah nama samaran dari seorang teman yang kukenal sejak setahun silam. Perkenalan yang awalnya hanyasebatas member kini telah menjadi lebih dari itu. Sahabat,saudara, mungkin itu yang kini sepantasnya kuucapkan.

Ndut, adalah sosok wanita tangguh. Berdiri di atas kakinyasendiri demi menghidupi ke lima anaknya. Bertahun tahun dia bekerja di HK, memiliki sebuah usaha yang lumayanmenjajikan meski sekedar usaha toko online. Dengan niatan ingin mencari tambahan demi modal masa tuanya kelak, diamulai tertarik dengan bisnis jual beli dengan seorang lelakiyang lumayan memiliki nama di salah satu nama organisasiterkenal di HK.

Ndut, memanggil lelaki itu dengan sebutan Ayah. Awal perkenalan Ndut dengan Ayah berjalan lancar. Ndut langsungpercaya seratus persen dengan Ayah, lantaran Ayah adalahsosok orang penting dalam organisasi yang sudah punyanama itu. Ayah mulai menitipkan produk produk organisasi itudirumah Ndut. Juga mulai menjalin kerjasama bisnis lainyadengan perjanjian bagi hasil. Ndut pun menerimanya.

Seminggu dua minggu semua berjalan biasa biasa saja. Bahkan berbulan bulan. Meski produk belum habis terjual, si Ayah telahpun memasukkanya ke nota utang Ndut. Ndut punterima dengan lapang dada karena beralaskan kepercayaanyapada si Ayah. Hingga pada satu hari Ndut ditawari untukmembeli rumah si Ayah yang seharga 1,8M area Ciputat."Rumahnya bagus, di tengah kota, Nok. Dikredit 1,8 M.perbulan dicicil 15 juta." Begitulah tawaran pertama si Ayahpada Ndut.

 Kembali lagi, atas nama kepercayaan seorang Ndut terhadaplelaki yang memiliki nama penting disebuah organisasiternama itu mencuat cuat tingginya. Demi masa tua nanti,demi anak anaknya kelak, dengan niat lillahi ta'alla, Ndut punmembeli rumah si Ayah dengan selembar akad kepercayaanseharga 1,8M (Kredit).Bulan pertama cicilan mulai diansur sesuai jadwal tgl danharinya. Yaitu sebesar Rp.15.000,000. Uang pun telah terkirim dengan selamat sampai di nomer rekening si Ayah. Namunkabar tidak enak harus Ndut terima. Ternyata Ndut telat membayar cicilan yang pertama. Kemudian si Ayahmengenakan denda perharinya sebesar Rp.150.000. Dan nominal denda pertama sejumlah Rp.750.000 karena Ndut telat lima hari dari tgl pembayaran.

 Hari kian berjalan, Ndut meminta salah satu anak dan menantunya untuk tingal di rumah itu. "Mah, pintunya sudahdimakan rayap. Samping kanan kuburan, depan banyak bungakemboja, belakang kuburan, jauh dari tetangga," begitulah komentar menantu Ndut saat pertamakali masuk rumah itu. Sang anak dan menantu yang kebetulan adalah mantan murid Ayah itu sendiri telah memberitahukan ke Ndut segala kondisi rumahyang sebenarnya. Baik mulai dari diding yang pada retak dangenteng bocor. Kembali lagi, atas nama kepercayaan. Ndut tak mengendahkan komentar dari menantu dan anaknyanya yang diaanggap memang manja. Ndut lebih percaya omongan si Ayah yang selalu membaik baikan kondisi rumah dan keadaan sekitar.

Pada satu hari dikarenakan ndut kekurangan dana dan takut kena denda lagi, tepatnya pada tanggal 30/03/2015, pukul14:21 waktu INA, telah terkirim sejumlah Rp. 15.000,000, darirekening suami saya ke rekening si Ayah lantaran Ndut meminta tolong saya.

POTO.

Tak terasa bulan demi bulan berjalan begitu cepat. Cicilan demi cicilan telahpun terlaksana meski kadang ada saja halangan pembayaran karena dateline tak bisa kompromi dengan kantong. Dengan berusaha semaksimal mungkin, pagi siang malam, Ndut terus berusaha mengaktifkan toko onlinenya. Sampai akhirnya Ndut telahpun mengeluarkan uangke rekening si Ayah dengan total semua sejumlah Rp.240.000,000setara untuk cicilan yang ke 15 rumah itu.

 Waktu cuti tahunan pun tiba. Tepatnya beberapa hari sebelumlebaran Juli lalu, Ndut telah merencanakan percutianya untuk dijemput anak dan menantunya. Dari bandara Soekarno Hatta,Ndut bersama anak anaknya meluncur ke rumah Ciputat. Dalam perjalanan, Ndut hanya membayangkan sebuah rumah di tengah kota, indah dan siap untuk dia beristirgat sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Indramayu kampunghalamanya.

Tak dinyana, setibanya Ndut di depan rumah, ternyata komentar menantu dan anaknya sama sekali tidak salah. Pemandangan bunga kemboja dan ladang pemakaman begitu menohok hatinya. Ditambah lagi kanan kiri tak satupun tetangga yang dilihatnya membuat dia harus menelan ludah kering. Perlahan demi perlahan Ndut seperti kehilangan tenaga. Sosok lelakiyang dia kenal lewat satu organisasi bernama, yang telah diapanggil ayah karena alasan tertentu, yang dia percayai semuaomonganya, dan yang dia hormati karena agama dan kepandaianya spontan telah mengaduk ngaduk isi kepala Ndut. "Tuhan, terimakasih atas cobaan yang telah kau berikanpadaku," ucap Ndut sebelum mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan rumah itu lalu menelpon si Ayah,memberitahukan tak sanggup lagi men eruskan cicilan.Kini Ndut kembali lagi ke HK dengan selembar akad kepercayaan yang telah terkoyak (*)

(Kisah nyata)HK 21-Agustus 2015.

Di terbitkan pertamakali di akun facebook Lintang Panjer Sore yang salah mengetik tahun 2013 kemudian sudah dibenahi tahunnya.

 

   Beberapa jam setelah tulisan saya unggah, komentar demi komentar berdatangan, pertanyaan demi pertanyaan siapakah si Ayah itu belum bisa saya jawab secara terbuka. Hingga pada jam berikutnya ada sebuah foto masuk ke Whatsaap saya. Obrolan Ndut bersama si Ayah terbaca jelas dengan kalimat pernyataanya menyebut nama saya, tulisan saya dan alasan alasan si Ayah yang tidak masuk diakal mengenai penjabaran kronologi denda dan rumah resmi saya abadikan sebagai dokumentasi gambar.

 Walhasil lahir lah tulisan saya “Selembar Akad Percaya 2” yang kembali saya posting di akun facebook Lintang Panjer Sore pada hari berikutnya.

 

                                    Selembar Akad Percaya 2.

(Tulisan dalam poto yang di black mark adalah nama sebenar Ndut) 

     Ndut, maafkan jika aku masih tetap bandel menuliskan curhatanmu tentang si Ayah padaku. Demi hati banyak orang, aku tak bisa menghapusnya meski kamu telah memintanya padaku,dengan alasan serahkan saja segalanya pada Tuhan dan mungkin ini adalah takdirmu yang tidak bisa dielakkan. Kamu pasrahkan segala galanya pada yang Kuasa. Dan kamu hanya bisa berharap manusia yang kau panggil Ayah itu mau menyadari kesalahan lalu berbenah diri, agar ke depannya dia tidak mengulangi lagi.

Ndut, aku tahu kamu. Kamu wanita kebal, hatimu tahan dibantai dengan segala macam cobaan. Kamu adalah wanita yang tak ingin membalas kejahatan orang lain meski orang itu jahat padamu. Itulah yang aku kagumi darimu. Sekali lagi maafkan aku yang selalu berteriak teriak di telingamu,memarahimu atas semua keteledoran dan keputusanmu yang salah menurut penilaianku.

Ndut, ular tetap ular. Dan belut tetap lah belut. Dua makhluk ini tidak akan bisa berganti nama meski dalam satu karung meeka bertemu. Seperti halnya dengan manusia yang kau panggil ayah. Se-ngalah apa kamu, se-benar apa kamu, dan se-kuat apa dirimu menyerahkan pada yang di Atas, dia akan tetap mendesis dan melilit. Dan belut harus memberikan darahnya secara gratis.

Ndut, aku bersyukur setidaknya catatan tentang dirimu sampai juga di mata dia.

       

       Yang pada akhirnya, dia menghubungimu agar bilang padakusupaya tulisan dihapus.

 

Tahukah, Ndut? Sambil membersihkan lubang WC aku tertawa kecil. Itu si Ayah ternyata kok ke GE-ER-an banget. Dan tahu kalau tulisan itu buat dia, sampai sampai ada salah satu akun facebook di bawah tanganya yang mengapdate status tentanghukum pencemaran nama baik pasal 310 KUH Pidana yangseperti kicauannya di sini.

 

Yang bikin aku tertawa dalam tanda tanya, itu akun apakah benar ada hubungnya dengan si Ayah? Karena sinergi dengan komentar dia yang mengatakan seperti dalam poto ini.

 

Lalu ada teman teman pengacara si Ayah yang dengan senang hati telah membaca tulisanku yang intinya berbau ancamanuntuk kita berdua.

Dengan kata kata lebaynya membawa nama Tuhan tidak menyangka kamu berbuat sejahat itu padanya. Lalu memberikan alasan bahwa untuk menjadikan rumah yang kaubayar dengan harga 15 juta perbulan dia telah menggadaikan BMW dan Elgrandnya ke bank BCA. Serta menjatuhkan segala bebanan denda kepadamu. 

Ah alangkah konyolnya si Ayah itu. Kau yang buta akan ilmu hitam di atas putih hanya bisa melamun dan bertanya tanya dalam hati, sejak kapan rumah itu berdiri? Mulai kapan rumah itu ditawarkan padamu, dan atas nama siapa rumah itu? Lalu kenapa di awalnya tidak ada keterbukaan tentang bank, denda dan ini itu?Lalu kamu kembali pasrah pada yang di Atas mungkin uang 240 juta itu adalah rezeki si Ayah lewat tanganmu. Bukan rezekimu yang akan kau nikmati nanti pada hari tua dengan mewariskan rumah itu untuk anak anakmu.

 

Aku tahu, Ndut. Semenjak mata si Ayah membaca tulisankupikiran dia mulai muter muter, ide dia mulai berlompatan dariangka nol, menuju angka sembilan. Dari huruf "Alif" yang takakan pernah bisa digandeng dengan huruf "Ya' " pun akan tetap dia paksakan semata mata demi pembenaran pihaknyasaja.Buktinya, sebagai orang yang tahu agama tahu apa dan siapa itu umat Tuhan, masih dengan jumawanya bilang "Woow,lintang bukan level saya."

Lalu dia lebih memilih melontarkan kata kata yang bernyawa adu domba dengan mengatakan aku iri pada kesuksesanmu, Ndut. Jujur dalam hatiku berkata, iya kamu memang sukses, Ndut! Sukses jadi sapi perahannya!Sukses dibohongi dari A sampai Z! Dan sukses jadi ladang yang selalu siap di panennya.

 

  
 

Ndut, setahuku setiap kali kamu mengirim uang 15 jutamasuknya ke bank BNI lalu apa hubunganya dengan pinjamandi BCA? Dan seperti yang kita tahu, namanya pinjaman itu pasti ada masa tenggang waktu sebelum denda diberlakukan,bukan seenaknya kayak makan krupuk karung.

Ah, Ndut, Aku menganggap pertemuan dan pertemanan kita ini adalah takdir Tuhan yang tak dapat kamu elakkan meski kamu mau pasrah dengan model apapun pada yang di Atas. Aku sudah cukup berterimakasih atas kisah hidupmu selama kenal si Ayah bertahun tahun lamanya. Setidaknya aku bisa belajar darimu bahwa uang tidak akan bisa membeli kepercayaan. Dan yang terpenting, kamu tetap wanita tangguh pembawa petunjuk buat teman-teman BMIHK untuk membuka mata.

240 juta, ya 240 juta akan menjadi memory yang takakan pernah kamu lupakan. Karena dengan jumlah 240 juta itu setidaknya kamu telah terlepas dari beban tagihan perbulan dari si Ayah. Sungguh tak dapat aku bayangkan, jika 900 juta atau 1,8M lunas kamu cicil hanya dengan bukti selembar akad percaya tanpa hitam di atas putih? Seumur hidupmu hanya akanmerasakan penyesalan karena telah mengenal manusia itu.Terimakasih, Ndut.

 

HK. 28/08/2015.

Note buat pembaca: Tidak ada larangan untuk mengesharedan tidak pula ada perintah untuk mengeshare. Semua kembaipada pembaca.

 

                                              ***

 

Seperti pada catatan bagian pertama, pertanyaan demipertanyaan siapa ayah bermunculan di kolom komentar. Bahkan permainan teka teki silang tentang ayah pun mulai kongkrit. Praduga dari sebagian teman teman BMI Hong Kong yang jeli mulai menuju satu nama. Ayah! Oh Ayahanda! Ayah edan!

Mention demi mention nama akun akun facebook berlompatan dari arah pemberitahuan facebook. Share demi share dari satu dua akun bahkan puluhan akun makin merajalela. Yang merasa si Ayah orang baik orang terhormat datang memberi pembelaan. Yang merasa si Ayah orang tidakbaik datang memberi bantuan ke saya untuk menjawab setiap pertanyaan dan pembelaan juga.

Ratusan komentar menjadi sorotan akun facebook lain, setiap share-an yang melewati beranda mereka sangat mengusik mata untuk membacanya.Dan pada hari berikutnya, akun facebook bernama Lintang Panjer Sore milik saya lenyap begitu saja. Sama halnya akun milik salah seorang teman Ahla Jenan yang tahu persis kronologi catatan saya pun musnah.

Tak ingin menunggu lama, pikiran saya melompat menuju si Ayah. Yang pada sebelumnya salah satu akun Ayah telahmenghapus komentar saya dan Ahla Jenan di kolomkomentar, kemudian dengan bangganya dia memblokir kami secara bersamaan.Tak ingin pakai kata ba-bi-bu saya langsung mengirimkan messeg singgkat seperti dalam poto ini

 

Tapi sayang,penantian saya untuk mendapatkan respon dia tidak digubris,lalu saya kembali teringat kata-kata dia yang mengatakan“woow lintang bukan level saya” akhirnya terpaksa saya haruskembali mengunggah catatan seperti di facebook. Agar dia tahu, saya sama sama selevel dia ke GE ER AN(menulis).[*]

 

Hong Kong 3 Sepember 2015. 

Lintang Panjer Sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun